Akhirnya saya naik MRT juga! Kemarin seperti yang saya ceritakan di postingan sebelumnya, mulai tanggal 1 April 2019, MRT di Jakarta mulai dibuka untuk publik. Jika sebelumnya saya merasa masih cukup nyaman menaiki bus Trans Jakarta yang semakin banyak beredar di jalan Sudirman, ketika pulang kantor kemarin saya nekat ke stasiun MRT untuk mencoba keretanya. Stasiun MRT di depan gedung Sampoerna Strategic ini sangat dekat dengan halte bis Trans Jakarta, cukup jalan kaki sekian meter saya telah tiba dimulut stasiun.
Stasiun terletak under ground, dan karena sedang berpuasa maka perjalanan turun cukup membuat kaki gemetaran. Ruangan dibawah tanah ini sangat luas, saya berjalan mengikuti papan petunjuk hingga tiba di depan pintu loket. Terus terang saya belum tahu metode pembayarannya, tapi saya mengira kartu sakti Flazz bisa digunakan. Ajaibnya pintu masuk terbuka lebar dan petugas yang berdiri disana berteriak, "Cepat masuk Bu, satu jam kedepan gratis!" Sebagaimana orang Indonesia umumnya yang suka dengan hal berbau gratis, saya langsung ngacir melewati pintu dan berjalan menuju ke arah tepian rel kereta yang tertutup rapat.
Cukup banyak calon penumpang yang antri pada hari pertama itu, tapi tidak sampai berjubelan. Semua masih rapi, teratur berbaris mengikuti tanda panah yang tercetak di lantai. Papan pengumuman schedule kedatangan menunjukkan pukul 17.30 kereta menuju ke arah Lebak Bulus akan tiba, artinya lima menit lagi saya akan menaiki MRT Jakarta pertama kalinya. Ada rasa bangga sekaligus haru, akhirnya kereta seperti ini hadir ditengah ibu kota. Walau terlambat sekian puluh tahunnya dibandingkan negara tetangga, tapi it's okay, yang penting terlaksana.
Kereta tiba didepan mata, penumpang ternyata sangat penuh tapi tidak sampai berjubelan seperti pepes sebagaimana KRL Bogor atau Serpong, saya masih bisa berdiri dengan nyaman. Tujuan Blok A hanya dicapai dalam waktu 10 menit saja. Fantastis! Serasa tak percaya ketika turun di stasiun Blok A, betapa cepatnya saya melintas melalui jalan Sudirman, Blok M dan Panglima Polim yang super macet. Kondisi berdiri sama sekali tak terasa, apalagi sebagian perjalanan berada dibawah tanah. Saya berjalan riang dari stasiun menuju rumah, sebelum azan Maghrib bergema saya sudah tiba di rumah. Ah saya cinta MRT Jakarta!
Menuju ke resep ayam panggang kali ini. Menu ini umum ditemukan di resto Padang dan merupakan salah satu masakan yang saya gemari selain rendang dan gulai cincang. Ayam bersalut bumbu yang meresap hingga ke tulang dan dipanggang hingga permukaannya kering ini memang super lekker. Resto Padang di dekat rumah setiap pagi biasanya sudah sibuk membakar batok kelapa di alat pemanggangan, sebagai persiapan memanggang ayam. Batok kelapa membuat ayam atau ikan bakar menjadi lebih harum dibandingkan menggunakan arang kayu biasa. Tentu saja cara memanggang seperti ini super ribet jika untuk pemasak rumahan seperti saya, tapi oven menjadi penyelamat. Cukup tata ayam yang sudah matang diungkep bersama bumbunya di loyang dan panggang di suhu 200 derajat Celcius hingga permukaannya terpanggang kecoklatan. Aroma ayam panggang oven ini akan memenuhi seisi rumah dan butuh perjuangan hebat menahan diri untuk tidak segera ke rice cooker menciduk nasi. Tobat!
Umumnya ayam yang digunakan di resto Padang berukuran kecil, bukan jenis ayam negeri yang gemuk dan gendut. Tampilannya menyerupai ayam pejantan atau ayam kampung supermarket yang imut-imut. Ayam kampung tentu saja akan memberikan rasa paling maknyus, tapi saya pakai ayam negeri biasa yang berukuran agak kecil. Bisa juga menggunakan ikan, cumi-cumi dan udang. Jika pakai ikan, mungkin harus digoreng dulu setengah matang, dan bumbu ditumis terpisah, baru kemudian ikan goreng dioles bumbu dan dipanggang hingga matang. Saya belum pernah mencoba versi ikannya, tapi sepertinya ikan nila dan ikan mas mantap dipanggang dengan bumbu ini.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Ayam Panggang a la Padang
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 4 porsi
Tertarik dengan resep ayam panggang lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Bahan:
- 4 potong paha ayam (atas dan bawah)
- 1/2 sendok makan garam
- 1/2 buah jeruk nipis peras airnya
Bumbu dihaluskan:
- 6 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 3 buah cabai merah keriting
- 3 buah cabai rawit merah
- 2 sendok teh ketumbar bubuk
- 1/4 sendok teh jintan bubuk
- 5 butir kemiri sangrai
- 2 cm jahe dan 2 cm kunyit
- 1 batang serai, ambil bagian putihnya saja
Bahan dan bumbu lainnya:
- 3 sendok makan minyak untuk menumis
- 3 cm lengkuas, memarkan
- 3 lembar daun salam
- 3 lembar daun jeruk purut
- 300 ml air
- 1 1/2 sendok teh gula jawa sisir / gula palem bubuk
- 1 sendok teh garam
Cara membuat:
Siapkan potongan ayam, gosok permukaannya dengan garam dan jeruk nipis. Diamkan selama 15 menit, cuci bersih. Tiriskan.
Siapkan wajan, panaskan 3 sendok makan minyak. Tumis bumbu halus hingga harum, masukkan lengkuas, daun salam, daun jeruk, aduk dan tumis hingga layu. Tumis bumbu hingga matang dan berubah warnanya lebih gelap.
Masukkan ayam, aduk hingga terlumuri bumbu, masak hingga ayam berubah tidak pucat lagi. Tuangkan air, gula dan garam, aduk dan masak dengan api kecil hingga air habis dan ayam matang. Cicipi rasanya, sesuaikan garamnya. Angkat.
Tata ayam di loyang datar beralas silpat, grill/panggang di oven hingga permukaannya kecoklatan dan terbakar. Atau ayam juga bisa dipanggang di pemanggangan di kompor atau panggangan biasa di bara api. Keluarkan ayam dari oven dan sajikan.
Salam dari Malaysia..
BalasHapusSemenjak saya berjumpa dengan blog mba, sudah jadi satu kemestian hari-hari mau menjenguk blog yang penuh dengan makanan yang cukup menyelerakan..hihiii
Halo Kak Naily, salam kenal dan thanks ya sudah menyukai resep2 di JTT. sukses yaa
HapusMbak Endang bisa tidak ya di frozen gitu bwt persediaan bulan puasa besok? Pas sahur atau buka baru saya oven? Terima kasih by Inda.
BalasHapusHai Mba Inda, yep bisa banget. Saya sering frozen Mba.
HapusAssalamualaiakum mba Endang..maaf mau tanya apa bumbunya harus ditumis dulu? Klo langsung diungkep bisa ga? Aman brp hari klo ga ditumis dulu buat stok frozen?
BalasHapusTerimakasih.
bisa Mba kalau langsung diungkep, hanya tumis membuat aromanya wangi. Freezer bs 1 bulan mba
HapusWah mba, ini masakan yang selalu saya dirindukan.
BalasHapusmemang enaak yaa
HapusSama mbak, bangga dan terharu ya, dan memang berdiri di MRT tidak secapek berdiri di busway. Terima kasih resepnya, sepertinya memang cocok buat menu sahur ini.
BalasHapusyep, betul Mba Heni, karena super cepaaat ya.
HapusResep mba super semua saya suka.minta resep cincang daging dan gulai tembusu mba!
BalasHapushai Mba Rika, saya udah coba beberapa kali bikin cincang kok rasanya gak mirip sama resto padang wakakkak, cincang ada aroma dan rasa khas yang saya bingung itu dr rempah apa.
Hapusgulai tambusu udah masuk list hanya belum ketemu sama usus sapinya hehhehe