Libur satu hari kemarin saya manfaatkan jalan-jalan ke Pasar Glodok. Sekian tahun tinggal di Jakarta, berkeliling pasar Glodok mungkin hanya pernah satu kali dilakukan, itu pun bertahun nan lampau. Bayangan selama ini Pasar Glodok semrawut dan kotor membuat saya enggan kesana, padahal menaiki Transjakarta sekali dari Blok M sudah mengantarkan saya ke pasar dalam sekejap. Rekan-rekan kantor saya yang keturunan Tionghoa tentu saja sering ke Pasar Glodok. Mbak Mirah bahkan hafal setiap kios dan toko yang menjual aneka bahan masakan China dan makanan vegetarian. Andalan beliau adalah jalan bernama Petak Sembilan. Setiap kali Mbak Mirah bercerita seru mengenai Petak Sembilan, saya susah membayangkan kondisinya. Daripada penasaran akhirnya hari Rabu kemarin saya mengajak Pak Kus, teman kantor yang sering berbelanja ke Pasar Glodok untuk menemani berkeliling. Pak Kus adalah rekan kantor keturunan Tionghoa yang pernah memberikan resep soto Betawi maknyus yang pernah saya share sebelumnya disini. Beliau cukup tahu setiap sudut pasar Glodok dan area Petak Sembilan.
Kami lantas berjanji untuk bertemu di halte Transjakarta Dukuh Atas di pukul sepuluh pagi dan lanjut dengan bis ke arah Pasar Glodok. Hari itu bis sangat sepi, kursi hanya terisi sekitar 40% penumpang saja. Kami tiba di Pasar Glodok sekitar jam sebelas siang, untuk ukuran pasar tradisional maka jam segitu sudah terlalu siang tapi pedagang masih banyak yang menjajakan barang dagangan.
Pemberhentian pertama adalah pabrik mi di jalan Kemurnian, gang Ten Liong. Dari luar pabrik ini tidak tampak seperti sebuah rumah usaha sama sekali, karena hanya berupa pintu yang separuh terbuka. Tidak ada tulisan, sign board atau apapun yang menjadi penanda bahwa dirumah itu dijual mi kuning dan bakso yang sedap. Untung Pak Kus adalah pelanggan lama jadi kami masuk tanpa ragu. Langkah pertama kami langsung bertemu dengan tangga semen menanjak dan sebuah tempat cucian piring. Saya cukup terkaget-kaget dengan pemandangan ini, jika tidak ditemani Pak Kus mungkin saya akan berbalik arah mengira nyasar ke antah berantah. Menaiki tangga kami kemudian dihadapkan pada hamparan keranjang-keranjang plastik berisi mi telur yang telah dikemas ukuran satu kilogram. Mi telur disini terkenal sedap dan bakso daging sapinya direkomendasikan rekan kantor lainnya untuk dicoba. Selain itu, yang terpenting semua halal karena di daerah Pasar Glodok sebagaimana kawasan Pecinan lainnya agak susah menemukan makanan halal.
Keluar dari pabrik mi, tas jinjing saya berat dengan sekilo mi telur dan lima puluh butir bakso sapi, kami lantas menuju ke arah Petak Sembilan. Diluar perkiraan saya, kondisi pasar bersih dan rapi. Area ini adalah sebuah jalanan panjang dimana kiri dan kanannya penuh dengan penjual yang menjajakan aneka bahan makanan, "Bahan makanan apapun bisa ditemukan di Petak Sembilan," saya teringat dengan kata-kata promosi Mbak Mirah. Mata saya langsung disambut dengan hamparan sayuran segar yang 'kinyis-kinyis' dan langsung membuat ngiler berat. Godaan terbesar bagi saya adalah tak bisa menahan diri jika berhadapan dengan sayuran yang segar, bersih, berjajar rapi dan jenisnya pun bervariasi. Berbeda dengan pasar tradisional umumnya yang menjual sayuran umum seperti bayam, kangkung, kol dan buncis, maka di Petak Sembilan sayuran umum untuk masakan China yang lebih banyak dijajakan. Caisim, horenso, baby kailan, siomak, aneka sawi-sawian, semuanya dalam kondisi fresh dan bersih. Setengah kilo horenso dan baby kailan masuk kedalam tas Doraemon yang saya selempangkan di bahu. Saya sudah membayangkan sewajan besar tumis horenso yang sedap setiba dirumah.
Sepanjang jalan Petak Sembilan bagi saya serasa melihat atraksi yang menarik. Aneka barang dagangan unik yang tak pernah kita temukan di pasar tradisional biasa, ada disana. Handphone saya beraksi menjepret barang-barang yang dijual tanpa ada keinginan untuk membeli, penjual juga terlihat cuek dan sepertinya sudah biasa melihat turis lokal yang hanya bermodal kamera seperti saya.😄 Banyak gang didalam Petak Sembilan, masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri. Ada gang yang khusus menjual kue-kue tradisional, dan ada juga yang menjual masakan China. Saya sempatkan berkunjung melihat penjual kue tradisional, tapi karena sedang menghindar gula dan karbo kami tidak membeli apapun disini.
Pemberhentian berikutnya adalah toko Kian, disini aneka ragam bahan makanan kering, makanan kalengan, bumbu khas masakan China, hingga jajanan apapun dijual. Saya membeli seperempat kilo jamur shiitake kering ukuran kecil, dan jamur kuping. Nah disini saya juga menemukan jujube atau ancho (Chinese red dates) yang berukuran jumbo sebesar telur ayam kampung. Biasanya jujube yang dijual di online shop berukuran kecil sebesar telur puyuh, jadi menemukan versi jumbonya disini sungguh menggembirakan. Setengah kilo ancho masuk kedalam tas, setiba dirumah saya menyesal mengapa tidak membelinya satu kilogram sekaligus.
Ancho atau jujube memiliki banyak manfaat antara lain kaya akan kandungan vitamin C, membantu kualitas tidur menjadi lebih nyenyak, kaya serat makanan, kaya antioksidan, menurunkan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan masih banyak manfaat lainnya. Biasanya ancho dicampurkan dalam sup ayam herbal khas China, atau teh ancho dimana buah ini diseduh air panas dan ditambah gula batu dan kayu manis. Saya sendiri langsung menyantapnya begitu saja, tanpa mengolahnya menjadi makanan atau minuman lainnya. Rasanya manis dan teksturnya chewy, dalam sekejap seperempat kilo buah masuk ke dalam perut malam itu. Tobat!
Keluar dari toko Kian waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang, kami berjalan menyusuri gang menuju ke arah jalan utama pasar, mencari tukang bakso langganan Pak Kus. "Bakso emperannya enak, jadi kita harus coba," saya yang sudah kelaparan langsung bersemangat menyusuri jalan sesak yang penuh dengan manusia berlalu-lalang. Sepanjang jalan ini banyak toko-toko yang menjual aneka camilan seperti keripik, kacang-kacangan dan manisan. Tukang bakso yang dimaksud teman saya ini hanyalah pedagang gerobakan di emperan jalan, tanpa warung sama sekali. Sebuah panci besar berisi bakso dan kuah panas menggelegak diletakkan dibawah dan tiga penjual bakso sibuk melayani pembeli yang luar biasa banyaknya. Beruntung kami mendapatkan sebuah kursi panjang, dan langsung memesan dua porsi bakso. Rasanya sungguh lekker dan harganya hanya lima belas ribu rupiah saja! Jika tidak teringat masih ada satu makanan lainnya yang harus dicoba rasanya saya ingin memesan porsi kedua. Baksonya berukuran kecil terdiri atas bakso halus, bakso urat dan tahu goreng. Bakso uratnya lebih sedap dibandingkan bakso halusnya dan kuahnya terasa gurih tetapi tidak berat.
Selepas menyantap bakso pedas, kami mengguyur tenggorokan dengan segelas es jeruk peras yang dijual ditepian jalan. Harganya sepuluh ribu rupiah saja, dan asli dari jeruk keprok yang baru diperas. Rasanya manis walau tanpa gula dan super fresh. Penuh tenaga kami kemudian menuju ke mall Chandra, ada satu resto pempek Palembang yang direkomendasikan Mbak Fifi, rekan kantor lainnya. Walau banyak sekali makanan dijajakan di pasar tapi saya tidak berani membelinya. Bahkan ada satu resto kuo tie terkenal disana, saya hampir membelinya karena harganya hanya empat ribu rupiah. Untung Pak Kus iseng bertanya, "Halal nggak sih Pak?" Jawaban si penjual membuat saya ngakak, "Haram Pak! Haram," saya langsung ngibrit kabur dari resto tersebut. Dipikir-pikir lucu juga Pak Kus yang jelas-jelas keturunan Tionghoa menanyakan halal tidaknya makanan China disana, bukan saya yang berwajah Jawa.
Jalan-jalan kami hari itu diakhiri dengan bersantap pempek Palembang di food court lantai dasar di mall Chandra. Resto pempek tersebut adalah satu-satunya penjual makanan halal yang bisa saya makan, karena umumnya resto disana menjual Chinese food dengan piggy didalamnya. Pempeknya sedap walau kuahnya kurang nendang bagi lidah saya. Perut kenyang dan puas, kami pun kembali menyusuri gang Ten Liong menuju ke halte Transjakarta. Pasar Glodok sungguh menarik, saya berjanji akan kembali lagi mengajak Ibu berjalan-jalan disana. Walau tak banyak makanan yang bisa dijajal tapi aneka barang unik yang dijual cukup mengobati kekecewaan. Jika anda belum pernah ke Petak Sembilan Glodok dan kebetulan suka dengan suasana pasar tradisional maka tempat ini sangat saya rekomendasikan.
Menuju ke resep bolu pisang labu siam. Idenya sebenarnya dari cake pisang zucchini yang resepnya banyak bersliweran di internet. Zucchini harganya mahal dan teksturnya toh mirip-mirip dengan labu siam, jadi saya gantikan saja dengan sayuran yang murah ini. Ternyata hasilnya mantap! Tekstur bolu moist, lembut dan sedap. Sebagaimana banana cake umumnya maka adonan bolu ini cukup diaduk-aduk saja, jadi perlu bantuan pengembang seperti baking powder double acting untuk membuatnya mengembang ya.
Berikut resep dan prosesnya yang mudah.
Cake Pisang Labu Siam
Tertarik dengan resep cake / bolu pisang lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
(Tinggal Aduk) Hummingbird Cake
Cake Coklat Pisang (Chocolate Banana Cake)
Bolu Pisang Moist - Best Banana Bread
Masukkan tepung terigu, baking powder, kayu manis bubuk , kedalam mangkuk, aduk rata, sisihkan.
Lumatkan pisang hingga halus, saya masukkan ke chopper dan proses 1 menit. Sisihkan.
Siapkan labu siam, kupas, buang inti tengahnya. Serut kasar, peras dan buang airnya. Sisihkan.
Saya jadi pengen main ke glodok juga nih, mbak endang ceritanya selalu menarik sih,next time saya ke jakarta saya usahain mampir ke glodok dan beli bakso kayak yg dicerita..ngiler saya soalnya.
BalasHapusHalo Mba Anni, yeeep kudu kesana, wah mantap. Saya saja rasanya kepengan kesana lagi. Dan baksonya enaaak!
HapusBoleh di recook ya mbak ? klihatan klo yummy bgt.
BalasHapussilahkan Mba, ini enaak banget
HapusSalam kenal mba Endang, saya silent reader blog JTT ^_^. Seru banget cerita pasar Glodoknya. Saya penggemar pasar tradisional. Jadinya masukin ke Pasar Glodok sebagai to do list saya tahun ini. Trims resepnya yang selalu maknyus dan ceritanya yang menginspirasi ya mba Endang. Sehat selalu.
BalasHapussalam kenal Mba Ina, thanks ya sudah menjadi pembaca JTT. Saya bahkan pengen lagi ke pasar glodok, soalnya barangnya oke2 wakkaka
HapusMba endang klo dikukus bisa ga ya?
BalasHapusmaklum ga pnya panggangan, heheheh....
bisa dikukus ya Mba, bisa pakai pisang apapun asalkan matang ya. saya pakai pisang uli, tapi pisang ambon, hijau, raja, kepok, atau pisang buah seperti sup pride ok ya
HapusOh ya mba endang satu lagi mau nanya, itu pake pisanh apa ya mba endang?
BalasHapussaya pakai pisang uli, tapi pisang ambon, hijau, raja, kepok, atau pisang buah seperti sup pride ok ya
HapusSeru banget petualangannya ke pasar Glodok, mbak...saya bacanya sambil menelan ludah beberapa kali:) Resep-resep cake mbak Endang ini fotonya menggugah selera semua. Masalahnya seperti mbak Endang, saya juga berusaha mengurangi gula dan tepung. Dilema...hahaha
BalasHapusWaakkkaka, saya saja pengen balik lagi makan baksonya Mba, enaak banget
HapusSalam kenal mba endang...
BalasHapusSaya sudah lama baca postingan mba, suka baca cerita2 mba, suka sama resep2 nya.. ngebayangin nya aja udah ngiler...makasih mba atas cerita dan resepnya...
salam kenal Mba, thanks ya sudah menyukai JTT, senang resep dan ceritanya disuka, sukses yaaa
HapusTanya donk mba Endang, terigu bisa diganti dengan tepung gandum gak? Biar lebih sehat.😁
BalasHapusbisa Mba, kalau adonan terlalu berat bs tambah dikit susu cair, krn tepung gandum berserat dan menyerap cairan
HapusMba, untuk resep2 bolu dan cake itu bisakah gula pasir diganti dengan gula palem?terima kasih mba -kasih-
BalasHapusbisa mba
Hapus