Masakan yang dijual ditata di piring-piring saji disisi sebelah kiri memanjang hingga ke bagian belakang. Aneka masakan khas Batak seperti ayam saksang, ayam pinadar, gulai salai ikan, gulai ubi tumbuk, arsik ikan mas dan sambal-sambalan diletakkan dalam nampan stainless steel dan tembikar. Kita bisa memilih paket nasi atau memilih sendiri lauk yang dipajang dimeja. Sayangnya karena datang terlalu malam maka kebanyakan masakan sudah habis, termasuk ikan salai yang diincar Mbak Fina. Akhirnya kami memesan nasi dengan ayam saksang, ayam pinadar, ikan bakar, aneka sambal dan seporsi mi gomak yang kami bagi berdua. Rasanya sungguh laziz!
Mencicipi kuliner di resto yang asli menyajikan masakan daerah seperti ini membuka mata dan indra pengecap saya akan taste makanan yang sebenarnya. Contohnya mi gomak kuah yang dipesan Mbak Fina, saya pernah membuatnya sebelumnya dan saat itu saya berpikir rasanya biasa saja, tapi ketika mencicipinya di Bonga Bonga saya menjadi ketagihan. Kuah mi gomak yang kental namun dengan bumbu yang terasa tidak berat semakin sedap dengan jejak bunga kecombrang yang khas. Saya bahkan berjanji hendak merevisi resep sebelumnya dan memasaknya kembali.😃
Gulai ubi tumbuk di Bonga Bonga menjadi favorit saya, selain mi gomak tentunya. Daun ubi yang ditumbuk hingga lemas ini dimasak dalam santan yang agak kental. Didalam kuahnya saya menemukan rimbang / takokak dan terung telunjuk serta tentu saja serpihan bunga kecombrang. Saya pernah diajak kakak saya, Mbak Wulan, menikmati arsik ikan mas dan gulai ubi tumbuk di resto Batak di Batam, walau saat itu gulai ubinya saya akui sedap, namun di Bonga Bonga terasa lebih nendang di lidah.
Terinspirasi dari gulai ubi tumbuk Bonga Bonga, weekend beberapa minggu yang lalu saya eksekusi di rumah. Daun singkong mudah ditemukan dipasar Blok A, sayang rimbang / takokak susah ditemukan, akhirnya saya ganti dengan leunca. Rimbang dan leunca walaupun masuk keluarga terung-terungan (Solanaceae) namun adalah dua tanaman berbeda. Rimbang atau terung pipit memiliki buah dengan butiran lebih besar dan keras, batangnya berduri dan lebih kekar dibandingkan leunca. Walau tidak sama, namun ketika leunca diolah menjadi gulai rasanya tetap lezat. Saya skip penggunaan terung telunjuk karena susah ditemukan, namun bunga kecombrang hukumnya wajib. Untung saya selalu stok bunga ini di freezer, walau sudah berusia lebih dari tiga bulan namun ketika digunakan aromanya masih nendang.
Untuk mempermak daun, saya proses di food processor hingga menjadi serpihan kecil. Bisa juga diproses di blender bersama sedikit air tapi karena saya suka teksturnya agak kasar maka food processor dan chopper adalah alat yang lebih tepat. Tentu saja daun yang ditumbuk akan memberikan rasa dan tekstur lebih sedap, karena daun menjadi lebih lemas serta jus yang keluar dari daun singkong akan membuat rasa gulai lebih lekker. Tapi membayangkan proses tumbuk-menumbuk daun di lesung terasa super ribet, apalagi saya tidak memiliki lesung khusus untuk pekerjaan ini, jadi cara instanlah yang dipakai.
Karena daun singkong memiliki tekstur liat, maka daun harus dipotong-potong menjadi potongan kasar sebelum dimasukkan ke dalam alat. Hasilnya adalah serpihan daun singkong yang mudah lunak ketika dimasak. Bunga kecombrang dan sebagian leunca juga saya proses di food processor agar aroma dan rasanya lebih menyatu di kuah. Ketika gulai ini matang, saya langsung menyantapnya estafet dua piring sekaligus bersama nasi! Untungnya nasi telah saya masak sebelumnya di rice cooker. Gulai ubi tumbuk ini sungguh sedap, jauh lebih sedap dibandingkan jika daun singkong dimasak begitu saja (tanpa proses tumbuk). Ah, saat ini membayangkan rasanya saja sudah mampu membuat saya ngiler berat.😄
Berikut resep dan prosesnya ya.
Tertarik dengan resep sayur lainnya? Silahkan klik link dibawah ini;
Sayur Besan
Sayur Daun Katuk
Sayur Lodeh Jantung Pisang
Siapkan food processor / chopper, masukkan sebagian daun singkong yang telah dirajang kasar, proses dengan speed tinggi hingga menjadi serpihan kecil. Keluarkan dari mangkuk alat dan tuangkan ke mangkuk lainnya. Lakukan hingga semua daun terproses.
Masukkan setengah bagian leunca (biarkan setengah lainnya masih berupa butiran) dan bunga kecombrang ke food processor / chopper, proses hingga tercacah kasar. Keluarkan dan masukkan ke mangkuk berisi daun singkong, sisihkan.
Tambahkan daun singkong, semua leunca dan bunga kecombrang, aduk rata. Masak hingga daun matang dan lunak. Tambahkan santan, gula, garam dan kaldu bubuk (jika pakai), aduk dan masak dengan api kecil hingga santan mendidih dan matang. Aduk-aduk masakan sesekali agar santan tidak pecah. Jika santan telah matang dan beraroma harum, cicipi rasanya, sesuaikan asinnya. Angkat dan sajikan. Super yummy!
Sumber:
Dear mbak endang. Duuh saya udah lama pengen banget sama takokak. Sampe pesen di mamang sayur gal.pernah ada. Padahal dulu di kalimantan cukup jalan ke kebun sudah banyak di jumpai pohon takokak.
BalasHapussusah kalau di jakarta juga Mba, dulu di kampug saya di paron dimana2 ada, bahkan jadi tanaman liar
Hapuskalau dirumah saya biasanya bumbu ga ditumis mba... lebih seger, suer deh
BalasHapuspernah buat versi tanpa tumis juga, enak juga
Hapuspas lagi nyari2 resep ubi tumbuk di google, saya jadi silaturahmi ke web nya mba Endang ... salam kenal mba, terima kasih banyak resepnya, langsung mau dicoba masak xixixi :)
BalasHapussalam kenal Mbak, thanks ya, moga suka resepnya.
Hapus