Operasi berlangsung selama lebih dari empat jam. Sekitar pukul satu siang saya mendapatkan kabar dari kakak saya yang melihat proses operasi berlangsung. Adik saya masih belum sadar dari bius totalnya, tergeletak di ranjang ICU dengan Diar, adik ipar saya, yang menemani. Air mata saya langsung menetes melihatnya seperti itu, apalagi kabar yang diberikan kakak saya kurang begitu bagus. Walau sudah enam bulan berjalan namun tulang yang telah dioperasi sebelumnya belum mengalami penyambungan, artinya perkembangan penyembuhannya sangat lambat.
Umumnya pada kasus-kasus patah tulang, sekitar 6 mingguan tulang sudah menunjukkan proses pertumbuhan dan penyambungan, dan membutuhkan waktu 1 tahun hingga pen bisa dilepas. Seharusnya dalam kurun 6 bulan tulang sudah cukup kuat, namun kenyataannya posisi patahnya berada ditempat yang lama. Dokter bedah yang menangani Tedy sebelumnya di rumah sakit di Cawang sangat baik, sabar dan bersedia menjelaskan ke kami prosesnya. Menurut beliau, kemungkinan tulang belum menyambung baik karena ada beberapa aliran darah yang memberi makan tulang terputus, sehingga tulang tidak mendapatkan asupan makanan untuk memperbaiki diri. Selain itu pasien juga dianjurkan lebih sering berjemur sinar matahari pagi untuk memperkuat tulang, melakukan olah raga ringan selain tentu saja banyak mengkonsumsi makanan yang kaya kalsium dan suplemen.
Mendapatkan cukup sinar matahari dan olah raga ringan, adalah dua hal yang jarang dilakukan oleh adik saya. Sebagai orang kantoran maka kami memang jarang terpapar sinar matahari. Berangkat pagi ketika matahari belum bersinar sempurna dan pulang malam ketika matahari terbenam adalah kondisi yang terjadi setiap hari. Olah raga pun hanya dilakukan sekedarnya, bukan aktifitas rutin, dan Tedy yang pergi dan pulang kantor mengendarai mobil hampir tidak banyak bergerak, tidak seperti pengguna angkutan umum lainnya.
Saya akui, saya sendiri pun menjalani pola hidup yang sama, bedanya mungkin saya sedikit lebih banyak bergerak karena berangkat dan pulang kantor menggunakan angkutan umum. Sejak MRT mulai berjalan, saya pun bergerak lebih banyak karena setiap hari harus menuruni tangga menuju stasiun MRT yang dalam. Kini saya berusaha merubah diri, jika dulu matahari selalu dihindari (karena takut kulit menjadi hitam!) kini di Sabtu dan Minggu pagi saat berjalan kaki keliling kompleks perumahan saya sempatkan diri diam sejenak menikmati sinar hangat yang menyehatkan ini. Saya baca-baca di internet, kasus tulang keropos makin banyak terjadi, mungkin karena pola hidup manusia yang semakin berubah terutama orang kantoran yang jarang terkena udara terbuka dan sinar matahari. Betapa berbedanya dengan mereka yang hidup di pedesaan, para petani yang setiap hari terpapar sinar matahari memiliki tubuh dan tulang yang kuat, bahkan hingga usia senjapun masih sanggup mengayuh cangkul. Ah, betapa inginnya saya kembali ke desa.
Okeh menuju ke resep hari ini. Sejak menemukan bahwa online shop menjual aneka daging steak dan protein hewani seperti ikan dengan harga lebih murah dibandingkan supermarket, maka saya beralih berbelanja daging-dagingan kesana. Sirloin, iga, rib-eye, hingga hati sapi segar lokal saya beli secara online. Di online shop langganan, sepotong sirloin seberat 200 gram hanya dibandrol seharga dua puluh tujuh ribu rupiah. Super murah, dagingnya pun empuk dan gurih. Bayangkan jika membelinya di resto steak, minimal tujuh puluh ribu perak melayang dari kocek. Potongan daging cukup dibumbui dengan garam, merica dan panggang sebentar di pan. Dagingnya tidak alot, juicy dan rasanya pun sedap.
Rib-eye wagyu yang dipakai diresep ini pun saya beli di online shop. Satu kilo rib-eye wagyu berisikan lima potong steak yang masing-masing seberat 200 gram dihargai sekitar Rp. 150 ribu. Bayangkan berapa rupiah yang kita harus keluarkan jika menyantapnya di resto, apalagi jenis daging wagyu. Tapi saya akui, wagyu yang berlemak kurang saya sukai tastenya dibandingkan sirloin biasa, walau teksturnya memang super empuk. Rib-eye steak ini saya kolaborasikan dengan saus jamur, tumis bayam dan kentang goreng. Tumis bayamnya terinspirasi dari resto steak didaerah Senopati, Holycow yang menyajikan steak dengan tumisan bayam yang laziz. Kedua keponakan saya, Rafif dan Fatih yang bukan penggemar sayuran bahkan akan menambah porsi tumis bayam ini jika kami makan disana. Entah bagaimana cara membuatnya, yang jelas aroma bayamnya tak terasa sama sekali, padahal menurut saya bumbu tumisannya sama saja.
Berikut resep dan prosesnya.
Steak Saus Jamur dengan Tumis Bayam dan Kentang Goreng
Siapkan wajan, panaskan minyak agak banyak. Goreng kentang hingga setengah matang. Angkat, tiriskan. Biarkan dingin. Goreng sekali lagi hingga matang kecoklatan. Sisihkan. Menggoreng kentang dua kali bertujuan supaya teksturnya lebih renyah.
Ikut sedih mba, jatuh lagi disaat yg jatuh pertama belum sembuh benar pasti lebih menyakitkan.. Mba, itu daging sapi masih asli daging atau sdh olahan?
BalasHapusbetul Mba Herlina.
Hapusdaging asli mba, wagyu memang teksturnya begitu, banyak lemaknya.
Hi Bu Endang, salam kenal. Sebelumnya terima kasih ya bu, saya banyak praktek resep-resep dari Blog ibu dan enak-enak banget.. semoga sehat dan bahagia selalu ya bu, dan bisa share ilmu dengan para pemula seperti saya.
BalasHapusBtw untuk dagingnya beli di online shop mana ya Bu? boleh info nya?
salam kenal Mba Shinta. Saya beli di tokopedia, toko ratu daging atau frozenology
HapusSemoga mas Tedy cepat pulih ya mbak...
BalasHapusSaya kok gak pernah yakin ya mbak kalo bikin steak, takut alot. Memang sih beli dagingnya di pasar... jadi seringnya bikin steak jawa he he... kayak bikin semur...
Thanks Mba Nina. Amin atas doanya.
HapusKalau pakai daging dari pasar, cari yang has dalam (tenderloin) mba, teksturnya empuk. Atau kalau pakai bagian lainnya, rendam daging di parutan nanas minimal 1 jam seblum dibumbui.
Kalau daging di onlen shop memang khusus steak jadi teksturnya empuk
halo mbak Endang... semoga adiknya cepat sembuh yaaaa.... dan mungkin setelah sembuh boleh diperiksa kepadatan tulangnya mbak ( BMD scan ), kuatirnya kalau rendah, kecenderungan lebih mudah patah. Saya jg agak riskan, jadi BMD terus tiap tahun.. sambil terus minumin vit D dan calcium..
BalasHapusOh ya mbak Endang... thanks resep2nya juga.. saya kalau kepingin sesuatu cari dulu di sini hehe... rawon juga berhasil buat dengan resep mbak Endang...:) .. Mbak.. boleh tanya online shop nya yang beli daging ini apa kah ? Saya jg pingin nih bikin steak sendiri... Thanks alot mbak Endang.. :) :)
Thanks Mba Josephine sarannya ya, akan saya info adik saya.
HapusUntuk online shop, saya beli di tokopedia, nama tokonya ratu daging dan frozenology
Halo Mbak Endang… kalo boleh komen dikit, kalo liat foto dagingnya itu daging wagyu meltique ya ? kalo wagyu meltique, pasti akan lebih murah karena bukan real wagyu.
BalasHapusJadi dari daging sapi yang didekonstruksi supaya bertekstur seperti wagyu.
Memang empuk, cuman teksturnya cenderung kayak mrotoli kalo menurut saya.. cuman kembali ke selera masing-masing.
Di online shop biasanya pasti disebut wagyu meltique.
Kalo yang real wagyu, yang tingkat marblingnya rendah masih tetap minimal 3x harga meltique.
Maaf kalo komennya kurang berkenan.
Halo Mbak Maria, iya bener banget ini wagyu meltique dan saya gak suka tektsurnya, awalnya saya curiga kek daging diproses, bukan murni daging. memang empuk tapi rasa gurih daging dan kenyal dagingnya kurang mengena. Makanya harganya lebih murah wakkakak. Thanks infonya yaaa
HapusHai Mba Endang,
BalasHapusTerima kasih buat resep2nya.. Keluarga suka banget klo saya masak dari resep2 mba Endang.
Oiya Mba, kalau dagingnya dipanggang pakai oven listrik pakai panas atas bawah, kira2 suhu brp dan brp lama ya?