Godaan terbesar ketika bulan puasa, jika anda tinggal di Jakarta adalah banyaknya penjual takjil dimana-mana saat menjelang berbuka. Hampir setiap sudut jalan diseputaran kantor dan rumah penduduk sejak pukul empat sore bermunculan lapak-lapak penjual gorengan, kolak, kue-kue yang dijajakan diatas meja-meja kecil. Para pedagang ini berjajaran ditepian jalan dan setiap kali pulang kantor saya pasti melewatinya. Jika dihari biasa gorengan adalah makanan yang saya hindari maka di bulan puasa justru dicari, seakan buka puasa tak lengkap jika tidak dimulai dengan dua atau tiga potong tahu isi dengan cabai rawit segambreng. Saya tahu ini habit yang sama sekali tidak sehat, tapi salahkan para pedagang gorengan yang memajang makanan menggiurkan itu, serta tentu saja iman saya yang setipis kertas.
Selain aneka gorengan maka bihun goreng juga menjadi menu yang saya incar. Daripada bercapek dan beribet ria mempersiapkan sewajan bihun goreng di dapur, lebih baik mengeluarkan uang lima ribu rupiah untuk seporsi bihun goeng lekker plus guyuran sambal kacang nan pedas. Sungguh, walau bihun goreng adalah masakan super mudah namun pernak-pernik bahannya yang beraneka ragam sering membuat cita-cita hendak membuatnya sendiri selalu kandas di tengah jalan.
Sore kemarin, dipukul lima sore sambil berjalan menuju tepian jalan Dr. Satrio menunggu bus Transjakarta muncul, saya mampir ke salah satu lapak penjual gorengan. Tahu isi alias tahu susur alias tahu berontak adalah gorengan paling favorit diantara gorengan lainnya dan selalu saya beli. Lima buah tahu isi seharga sepuluh ribu rupiah dan sebungkus bihun goreng lantas masuk kedalam tas jinjing yang selalu saya bawa setiap hari. Sejak supermarket mulai menerapkan kembali peraturan mengenai plastik berbayar maka tas jinjing yang muat segala macam barang ini selalu saya bawa kemanapun. Didalam tas ini terdapat tas belanjaan kain yang lebih besar ukurannya, sebagai jaga-jaga jika tiba-tiba saya membeli sesuatu yang terlalu besar ukurannya.
Ketika tiba di rumah, biasanya sebelum azan maghrib berkumandang, saya sibuk mempersiapkan sayur, jus buah dan protein lauk. Ketika buka, semua makanan yang dipersiapkan sendiri inilah yang kemudian saya sikat hingga kekenyangan. Tahu isi dan bihun pun terlupakan, ketika ingat perut sudah tak mampu lagi menampung makanan apapun dan ujung-ujungnya menjadi mubazir. Setelah tiga kali saya mengulangi hal yang sama akibat lapar mata, kini setiap kali melewati penjual gorengan, saya mati-matian menahan diri untuk tidak membelinya. Sungguh bukannya saya tidak ingin berbagi rejeki ke pedagang gorengan, tapi saya ngeri dengan kolesterol dan berat badan yang susah turun ini.
Selain tahu isi, maka bakwan dengan cocolan saus pedas asam manis juga menjadi kesukaan, dan sejak mengenal gorengan bernama bujan dari Mbak Lisa di Bangka beberapa tahun nan lampau maka camilan ini pun masuk kedalam makanan favorit. Terbuat dari serutan talas, serpihan daging ikan yang telah dikukus, dan dibumbui dengan tauco membuat makanan ini memiliki cita rasa unik yang jarang ditemukan pada gorengan lainnya. Bujan memilik tampilan mirip dengan bakwan sayur dan disantap dengan saus pedas asam manis yang pasti akan membuat kita ketagihan jika sepotong sudah masuk ke dalam mulut. Teksturnya kenyal, permukaannya garing dan rasanya gurih ikan yang sedap. Membuatnya pun super mudah apalagi jika memiliki food processor yang mampu menyerut talas dalam sekejap, walau tentu saja menyerutnya secara manual juga tidak susah.
Untuk ikannya saya selalu menggunakan ikan kembung, selain mudah diperoleh dan relatif terjangkau harganya, ikan kembung juga memberikan cita rasa dan aroma yang tidak amis pada bujan. Ikan cukup direbus atau kukus hingga matang dan dicabik-cabik dagingnya untuk dicampurkan ke dalam adonan bujan.
Untuk tauco, jenis apapun oke seperti tauco asin medan atau tauco manis pekalongan seperti yang saya pergunakan di resep. Saya membeli tauco pekalongan sejak setahun yang lampau dan masih baik-baik saja di dalam freezer. Tauco yang terbuat dari fermentasi kedelai ini ternyata tidak beku dan mengeras didalam freezer, taste-nya bahkan masih sama seperti ketika dibeli pertama kali. Jika menggunakan tauco asin dari medan maka kurangi takaran garam di resep ya.
Berikut resep dan prosesnya.
Bujan
Resep diadaptasikan dari resep keluarga Lisa Tan - Bu Jan
Bahan:
- 650 gram talas yang sudah dikupas
- 3 ekor ikan kembung (+ 300 gram)
- 3 sendok makan tepung terigu jenis apapun
- 2 sendok makan tepung maizena
- 1 sendok teh baking powder (optional)
- 2 -3 sendok makan tauco manis
- 1 sendok makan gula pasir
- 2 sendok teh garam
- 1 sendok teh merica bubuk
- 1 sendok teh kaldu jamur / kaldu bubuk
- 3 sendok makan air untuk mengikat adonan
Bumbu dihaluskan:
- 6 siung bawang merah
- 5 siung bawang putih
- 1 1/2 cm jahe
Bahan dan bumbu saus cuka:
- 4 siung bawang putih
- 6 buah cabai rawit merah
- 2 sendok makan cuka / air jeruk nipis
- 4 sendok makan gula pasir
- 1 sendok teh garam
- 250 ml air hangat
Cara membuat:
Serut kasar talas atau masukkan ke food processor. Sisihkan.
Kukus ikan hingga matang, lepaskan daging ikan dari tulangnya. Cabik-cabik dagingnya. Sisihkan.
Siapkan mangkuk, masukkan serutan talas, tepung terigu, maizena, baking powder, gula, garam, merica, daging ikan dan bumbu bujan. Aduk hingga rata. Tambahkan air sedikit demi sedikit sambil di aduk. Air berfungsi hanya sebagai pengikat adonan agar tepung terigu bisa menyatu. Cicipi rasanya dengan menggoreng secuil adonan.
Siapkan penggorengan, beri minyak dan panaskan. Masukkan kira-kira 1 sendok makan penuh bu jan, pipihkan adonan dengan sendok atau spatula agar bagian dalamnya matang selama penggorengan. Gunakan api kecil saja untuk menggoreng. Biarkan bentuk bujan dengan sebagian talas mencuat, goreng hingga seluruh bujan terendam dalam minyak panas.
Masak hingga sisi bawah bujan kekuningan dan matang, balikkan dan goreng sisi sebelahnya hingga secara keseluruhan bujan matang. Angkat dan tiriskan. Lakukan hingga semua adonan habis.
Membuat saus cuka:
Siapkan mangkuk kecil, masukkan semua bahan saus ke dalam mangkuk. Aduk rata dan cicipi rasanya. Sesuaikan rasa saus dengan menambahkan garam, gula dan perasan air jeruk nipis. Sajikan bujan dengan sausnya. Super yummy!
Penasaran nih... rasanya kayak apa ya... mau coba meski gak gampang mendapatkan talasnya
BalasHapusrasanya gurih, kenyal2, garing diluar
Hapusmbak, tauco bs disimpan di freezer? dibungkus porsi kecil di plastik2 kah?ato bungkusan gede?suwun mbak Endang. semangat dan sehat selalu ya mbak, semoga tetap istiqomah update di blog tiap hari.
BalasHapusuky-
saya masukkan dalam bongkah besar mba, karena tetap lembek walau dlm freezer jadi bs disendok ketika akan dipakai
Hapusduh jd ingat RIMBIL, gorengan khas Ponorogo yg kerap menemani nasi pecel. Tp klo rimbil pakainya kelapa muda dicampur teri. Tanpa tauco.
BalasHapusBesuk pas hari minggu, mampir superindo ah cari talas. Di Solo jarang skl nemu talas. Ataukah bisa diganti ubi?
Dian - Solo
nah saya belum pernah ganti ubi mbak dian, tapi kok jadi pensaran. keknya enak juga wkakakak
Hapus