Waktu pendek untuk sesi foto ini benar-benar menghambat apalagi jika ditambah cuaca yang mendung. Seringkali saya harus pontang-panting menyelesaikan proses memasak dan berlari ke teras mengejar waktu. Rumah besar ini membuat jarak dapur dan teras cukup jauh, jika jalan mondar-mandir ini dilakukan berkali-kali maka seharian saya mungkin sudah menempuh jarak berkilometer panjangnya. Kendala itu juga yang membuat saya mulai belajar menggunakan cahaya buatan dengan lampu LED berdaya tinggi agar cahayanya maksimal dan mendekati cahaya lembut sinar matahari yang menyorot dari balik jendela atau teras. Sayangnya lampu studio yang memberikan hasil ciamik pada foto mahal harganya, saya pun masih skala amatiran, jadi sementara ini cukup menggunakan lampu LED dengan daya yang tidak terlalu tinggi dan sebuah soft-box jumbo agar lampu menghasilkan pendar cahaya yang lembut. Hasil foto terlihat cukup lumayan bagi mata amatiran saya, namun dengan sedikit touch up dari Lightroom membuat foto terlihat lebih terang dan bening.
Saya kemudian mendaftar untuk mendapatkan license asli Lightroom dari Adobe dengan biaya bulanan sebesar 9,9 dollar. Kartu kredit disiapkan dan proses pendafataran dilakukan mulai dari memasukkan keterangan kartu kredit sebagai alat pembayaran, nama, alamat dan negara. Betapa terkejutnya saya ketika menemukan kenyataan, Indonesia ternyata tidak masuk ke dalam list yang boleh membeli software tersebut. Proses pendaftaran tidak bisa dilakukan jika asal negara tidak dicantumkan. Saya benar-benar tidak mengerti, beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand dan Malaysia juga tidak tercantum dalam list Adobe, namun lucunya Vietnam masuk dan negara dunia ketiga lainnya yaitu Pakistan, Afganistan pun ada didalam list. Ada apa dengan Indonesia? Bukankah kita salah satu negara dengan pengguna internet terbesar di dunia? Dan seiring dengan makin meningkatkan kebutuhan akan software editing untuk foto dan video karena booming-nya sosmed seharusnya Adobe mempertimbangkan Indonesia sebagai salah satu pangsa pasarnya. Entahlah.
Kesal terhambat hendak membeli software aslinya, saya berpikir membeli versi bajakannya yang banyak dijual di ITC Ambassador. Bagaimanapun saya harus mulai belajar editing foto dan video secara lebih profesional. Saat ini saya masih menggunakan free trial Lightroom untuk 7 hari yang akan berakhir tiga hari lagi. Saya akui, software ini telah membuat saya jatuh hati.
Okeh menuju ke resep kacang karamel ini. Sudah lama saya berkeinginan membuat kacang bersalut karamel dengan rasa sedikit spicy dengan aroma daun jeruk dan daun kari. Terutama sejak mencicipi kacang sejenis ketika jalan-jalan ke Thailand dua tahun lalu. Disana bukan hanya kacang tanah saja yang diolah seperti ini, tapi ikan teri kecil yang digoreng garing pun dibalut karamel pedas. Browsing resepnya saya menemukan proses detailnya di website David Lebovitz dan terlihat super mudah. Kacang tanah kupas di pasar sangat murah harganya, jadi jika gagal saya tidak akan terlalu kecewa.
Kacang lantas saya panggang di oven hingga garing dan matang, step ini penting karena berpengaruh pada renyah atau tidaknya kacang karamel yang dihasilkan. Jika memanggang kacang dirasa ribet maka kacang juga bisa di goreng hingga matang. Dedaunan rempah dan cabai kering pun dipanggang di oven hingga garing. Ternyata memanggang daun rempah hingga kering sangat mudah dan cepat, ide ini sepertinya bisa dicoba jika hendak membuat bumbu bubuk dari daun rempah kering. Selebihnya membuat kacang karamel ini sangat mudah dah hasil kacang renyah dan sedap.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Crouton
Stick Keju Tempe
Oat Brittle
Kacang juga bisa digoreng seperti biasa di wajan.
Lakukan hal sama dengan daun rempah. Masukkan daun jeruk, daun kari dan cabai kering ke mangkuk, tambahkan 1/2 sendok makan minyak. Aduk dan lumuri permukaan daun dengan minyak hingga rata. Panggang di oven suhu 160'C hingga daun menjadi kering, garing dan renyah ketika dikunyah. Keluarkan dari oven dan sisihkan.
Hati-hati saat memanggang daun karena mudah over baked dan gosong. Membutuhkan waktu singkat kala memanggang daun (+ 5 menit).
Siapkan wajan atau panci, masukkan gula, air dan garam, aduk rata. Masukkan kacang, aduk dan masak dengan api sedang hingga gula mendidih dan mengkristal.
Aduk terus selama dimasak agar merata dan tidak ada kacang yang gosong. Jika semua kristal gula telah berubah menjadi karamel, angkat. Tuangkan kacang ke loyang datar dan biarkan dingin.
Saat telah dingin karamel akan mengeras. Lepaskan butiran antar kacang yang menempel dengan meremukkannya menggunakan jari tangan. Tuangkan daun-daunan kering, aduk rata. Sajikan.
Saya juga pengen bgt belajar Photoshop Mba Endang, tp tiap lihat tutorial yg keliatan ribet, jd maju mundur terus. Hehehe. Jd sekarang masih edit foto via ponsel, pakai Lightroom cc & Snapseed.
BalasHapusOh ya, untuk Kacang Karamel ini sepertinya mantul untuk dijadikan kudapan hari raya biar ga melulu kacang bawang 😁
Terima kasih inspirasinya Mba
Memang ribet Mba Lina, saya pakai tutorial di ypu tube wakakkaka
HapusMantap mba,tapi apa boleh gula pasirnya diganti gula aren, seperti apa takaran dan prosesnya ya.. makasih.. (By Misla)
BalasHapusuntuk kacang ini tidak ya, gula pasir akan berubah menjadi karamel kala dimasak. Gula aren akan memberikan rasa dan tampilan berbeda
HapusMaaf bukan mau komen soal masakannya ya mba.
BalasHapusBanyak software open-source di luar sana kalai memang sulit membeli software license, satu contohnya untuk Lightroom ada alternatif https://photo.wondershare.com/choose-photo-editor/best-free-paid-lightroom-alternatives.html
Saya sendiri otodidak desain dan pakai adobe Photoshop sejak versi 7.0, tapi sekarang saya sudah ganti ke GIMP dengan fungsi yang sama tapi free
Thanks sharingnya yaa, saya akan coba cek linknya, memang mending pakai software free.
HapusTerimakasih resepnya kk
BalasHapussip, sama2
HapusMakasih resepnya mbak.. layak coba banget nih..
BalasHapussama2,moga sukses yaa
Hapus