Saya bahkan berpikir untuk membuat kantung-kantung kain sebagai wadah buah atau sayur kala hendak ditimbang sebagai pengganti plastik transparan gulungan yang disediakan supermarket. Kebetulan stok kain belacu di dalam lemari masih menumpuk, saat itu saya membelinya ketika berencana hendak membuat tas belanja dari kain sendiri. Tapi seperti biasa, ide tinggallah mimpi, kain belacu 'mangkrak' didalam lemari dan tas belanja saya dapatkan dari All Fresh seharga dua puluh ribu rupiah saja.😄
Daun Ketumbar / Wansui / Yensui / Cilantro |
Sampah plastik keberadaannya di muka bumi semakin mengerikan setiap harinya. Berita terakhir yang saya baca, bahkan disebuah kepulauan terpencil yang tidak berpenghuni di Samudera Hindia saja ditemukan ribuan sampah plastik. Hal yang lebih menyeramkan lagi adalah negara-negara maju mengirim sampahnya ke negara dunia ketiga seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Vietnam berjuta-juta ton banyaknya setiap tahunnya. Filipina bahkan saat ini sedang berjuang untuk mengembalikan jutaan ton sampah plastik kembali ke Kanada. Memang banyak negara di Asia Tenggara yang mengimpor sampah plastik atau kertas yang bisa didaur ulang dari negara maju, sayangnya kontainer berisi sampah daur ulang tersebut biasanya juga disisipi dengan sampah yang sama sekali tidak bisa didaur ulang seperti popok bayi bekas, plastik non daur ulang, sampah rumah tangga dan banyak lainnya. Kontainer berisi sampah yang tidak bisa didaur ulang inilah yang sedang diupayakan Filipina untuk dikembalikan. Apalagi sejak China yang selama ini menjadi negara terbesar pengimpor sampah plastik dan kertas daur ulang dari negara maju menghentikan impornya karena polusi yang semakin meningkat di negaranya, maka negara Asia Tenggara menjadi sasaran utama.
Mendaur ulang sampah bukan berarti tidak ada efek sampingnya bagi makhluk hidup dan lingkungan sekitar. Sampah plastik yang akan diolah kembali tersebut harus dimasak sedemikian rupa menghasilkan limbah dan polusi asap yang membuat penduduk yang tinggal di sekitar pabrik daur ulang mengeluh sesak napas, dan timbul aneka penyakit seperti kanker paru-paru dan lainnya. Kondisi ini mulai terjadi di Malaysia dan Indonesia. Membaca berita-berita seperti ini sering membuat saya geram sendiri, masing-masing negara memang memiliki masalah dengan sampah terutama sampah plastik yang susah terurai. Di setiap sudut Jakarta saja mudah ditemukan tumpukan sampah, namun apakah kondisi yang sudah parah ini harus ditambah dengan mengimpor sampah dari negara maju? Selain menambah timbunan sampah juga proses pengolahan daur ulangnya menimbulkan penyakit dan masalah baru.
Plastik sebagai wadah makanan saat ini di negara maju sudah mulai dikampanyekan untuk dikurangi penggunaannya karena hubungannya dengan kanker. Apakah kita akan menjadi negara terakhir yang tersadar mengenai hal ini? Atau justru dengan mudahnya menggunakan plastik setiap kali berbelanja atau menyimpan makanan di rumah? Coba deh lihat sebuah video di Instagram tentang seekor lumba-lumba yang tertutup moncongnya oleh sebuah kantung kresek putih. Betapa panik dan bingungnya hewan lucu ini untuk mengenyahkan plastik yang tersangkut dan walau sudah berenang kesana kemari plastik tersebut tetap ada disana. Belum lagi berita mengenai paus, kura-kura, burung atau hewan laut lainnya yang mati terdampar di pantai, ketika perutnya dibedah isinya penuh dengan plastik, besi, kaca dan segala macam sampah yang tidak bisa dicerna. Kita harus mulai mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari, mungkin dengan cara yang paling simple yaitu membawa tas belanja sendiri kala pergi ke pasar atau supermarket.
Kembali ke resep hari ini, sejujurnya ketika saya posting resep tom yum paste alias nam prik pao, resepnya bisa diklik pada link disini, saya sendiri belum tahu bagaimana rasanya ketika dimasak menjadi sup tom yum. Walau hati kecil berkata hasilnya akan sedap, namun tetap ada rasa deg-degan ketika berbagi resepnya di Instagram (@justtryandtaste). Bagaimana jika rasanya tidak mirip dengan tom yum yang umumnya? Tapi tanda tanya tersebut hilang musnah ketika weekend lalu saus tom yum homemade tersebut saya masak dalam sepanci sup tum yum goong. Kuahnya terasa mantap dan tak kalah dengan buatan resto. Saya hanya menambahkan rempah segar seperti lengkuas, serai, daun jeruk, dan cabai rawit, serta kecap ikan dan air jeruk nipis agar rasanya menjadi lebih pas. Gula dan garam tentu saja menyesuaikan dengan banyaknya kuah yang akan dipergunakan. Untuk bahan isinya hanya udang dan jamur, buka puasa hari itu menjadi segar dan lekker!
Ketika menyantap tom yum di depan MBK Mall, Thailand, dua tahun yang lalu saya cukup surprised dengan rasa dan tampilannya. Sekian banyak tom yum yang saya cicipi di Jakarta umumnya berkuah encer dan tidak terlalu merah warnanya, tapi di Thailand kuahnya berwarna merah membara, tidak terlalu pedas, pekat akan bumbu dengan rasa asam yang kuat. Saat itu saya berpikir, jadi ini nih rasa tom yum yang sebenarnya? Kali kedua menyantap tom yum di Nong Nooch Village, saya bertemu dengan sup tom yum dengan kuah yang mirip dengan tom yum di Indonesia. Berkuah encer, tidak terlalu merah warnanya, tidak terlalu asam. Walau saya tahu variasi tom yum bermacam-macam tapi jenis tom yum dengan nam prik pao pun bisa bervariasi di negara asalnya. Tapi apapun versi tom yum-nya semuanya saya suka.
Berikut ini resep dan prosesnya ya.
Tom Yum Goong
Resep modifikasi sendiri
Tertarik dengan resep dari Thailand lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Salad Mangga a la Thai
Massaman Curry
Singkong a la Thai
Bahan:
iya mba, ngeri sekali sekarang, sampah plastik dimana-mana. Mau belanja apa-apa, pembungkusnya mesti dari plastik. padahal plastik membutuhkan waktu yang sangat lama agar bisa terurai. Semoga segera ada teknologi yang bisa meng urai sampah plastik dengan cepat. dan masyarakat mulai sadar untuk bisa mengurangi pemakaian plastik.
BalasHapusMemang ngeri dengan plastik, kita juga sudah terbiasa pakai benda ini, jadi sedikit2 dibungkus pakai plastik
HapusDi rumah kami sekarang, penggunaan plastik sangat dibatasi. Plastik yang terlanjur Ada di rumah, kami coba manfaatkan jadi pot tanaman, wadah penyimpanan, dll. Aduhhh ngeri ya, masih banyak masyarakat yg tidak menyadari bahayanya sampah plastik.
BalasHapusbetul Mba, susah buat merubah mindset, padahal membawa tas belanja sendiri kalau dilakukan semua masyarakat sudah sangat mengurangi sampah plastik
Hapus