Ketika acara jalan-jalan kantor ke Thailand, dua tahun yang lalu, salah satu destinasi wisata yang diwajibkan oleh pemerintah Thailand untuk dikunjungi adalah Gems Gallery. Supermarket dan galeri batu mulia ini terletak di Pattaya. Sebenarnya saya sama sekali tidak berkeinginan membeli produk apapun yang mereka jual, yaitu perhiasan berupa batu mulia. Namun sebagaimana kaum cewek lainnya yang tertarik dengan segala sesuatu yang 'blink-blink', dari hanya sekedar melihat, mencoba, hingga akhirnya kesengsem dengan seperangkat perhiasan dari batu rubi. Rubi adalah batu mulia yang menjadi andalan negara Thailand selain safir. Walau sebenarnya banyak batu mulia dijual di negara kita, namun Gems Gallery pilihannya begitu banyak dengan aneka model cantik mulai dari cincin, anting-anting, gelang, liontin, dan masih banyak lagi. Setiap pembelian batu mulia dilengkapi dengan sertifikat keasliannya dan harganya juga lumayan terjangkau. Saya membeli seperangkat perhiasan berupa cincin, liontin dan giwang bermata rubi, walau peridot yang berwarna hijau sebenarnya adalah batu mulia yang sesuai dengan zodiak saya.
Ketika tiba di Jakarta, perhiasan saya masukkan ke dalam laci, dan terlupakan sekian bulan lamanya, hingga akhirnya suatu hari saya berniat menggunakannya ke kantor. Betapa terperanjatnya saya, ternyata tusukan giwang tidak bisa masuk ke lubang tindikan di daun telinga, padahal anting-anting lainnya tidak bermasalah. Ketika saya cek, ternyata tusukan giwang bermata rubi ini memiliki ukuran lebih tebal dibandingkan giwang atau anting-anting umumnya. Pupuslah harapan menggunakan giwang tersebut, saya merasa malas juga hendak membawanya ke toko mas dan memintanya dipermak. Akhirnya si giwang mendekam didalam laci bertahun-tahun lamanya, hingga bulan lalu menjelang Lebaran.
Saya bukanlah penyuka perhiasan, jarang menggunakannya, bahkan anting-anting saja sering dilepas. Nah beberapa bulan terakhir ini lebih parah lagi, tak sepotong pun anting-anting menempel di daun telinga saya berbulan lamanya. Satu minggu sebelum Lebaran tiba, saya diantar Sintya, pergi ke toko mas di Mal Ambassador. Saya bermaksud hendak mempermak si giwang agar tusukannya menjadi mengecil. Tiba di toko mas, aneka display anting-anting yang menarik dan beragam membuat saya tertarik, sebuah anting kecil lantas dicoba. Saat itulah saya baru menyadari ternyata lubang tindikan di daun telinga sebelah kiri benar-benar buntu, alias lubangnya telah menutup hingga kaitan mungil anting-anting pun tak bisa lolos memasukinya. Tobat!
"Nggak sakit, percaya deh. Banyak kok orang dewasa yang tindik telinga disini. Prosesnya juga cepat. Lagian ntar gak bisa pakai anting-anting lagi lho," jawab si Koko sambil cengar-cengir melihat saya dalam dilema. "Tindik saja Mbak, biar jadi cewek beneran. Lagian ntar giwangnya gak bisa dipakai lho. Kan sayang," tukas Sintya sambil tertawa-tawa. Tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat saya menyerah, masa seumur hidup tidak bisa menggunakan anting-anting? "Ya udah, tindik saja sekarang," tukas saya nekat, tak tahu apa yang akan dihadapi, yang jelas jarum suntik saja sudah mampu membuat saya lari ngibrit.
Si Cici yang juga salah satu penjaga toko lantas mengelurkan sebuah kotak berisikan giwang-giwang kecil dan sebuah alat berbentuk seperti tembakan lem (glue gun). "Pilih giwangnya mau yang mana," pintanya sambil menyodorkan aneka giwang yang terbuat dari baja dengan batu kecil berwarna-warni. "Ini giwangnya gratis ya? Satu paket sama tindikannya?" Tanya saya penasaran. Swear saya sejujurnya buta dengan proses tindik menindik ini. "Gratis kok, satu paket", jawabnya. Saya memilih giwang berbatu merah. "Oke, udah siap? Gak sakit kok, paling cuman berdarah dikit," kata si Cici menenangkan, dia mulai mempersiapkan sebotol alkohol semprot dan alat tindiknya.
"Tindik yang sebelah kiri saja ya, soalnya kan cuman satu yang buntu, yang sisi kanan masih berlubang," pinta saya berusaha mengurangi penderitaan. "Oh mau di lubang yang sama? Kenapa nggak diganti saja? Soalnya lubang yang lama nggak begitu bagus lho posisinya, terlalu dekat ke pipi jadi antingnya tidak terlihat pas nggantungnya," saran dia. Waduh, dua lubang yang baru? Saya mulai hendak merubah pikiran. "Sini saya tandai dulu posisinya pakai spidol, nanti tinggal dilihat dikaca saja apakah bagus atau tidak," katanya, dan saya menyodorkan daun telinga. Setelah tanda calon lubang tindikan digambarkan di daun telinga, saya baru menyadari betapa tidak pas-nya lubang tindikan yang lama. Okeh deh kakak, saya mengambil nafas dan membuat keputusan,"Ya udah, langsung ditindik saja," Sintya yang duduk didekat saya menonton dengan wajah penuh kekhawatiran.
Menuju ke resep karipap kali ini. Pastel isi kari memang sedap, terutama jika kulit pastelnya remah, renyah sekaligus lembut, bukan seperti pastel umumnya. Membuat pastel jenis ini memang lebih ribet dibandingkan dengan pastel biasa, namun hasilnya setimpal dengan rasanya yang nendang. Awalnya, sebenarnya saya hendak membuat karipap pusing, jenis pastel dengan permukaan kulit berpola lapis yang sempat nge-trend beberapa waktu lalu. Proses membuat adonannya mirip seperti ketika membuat puff pastry, namun sayangnya adonan minyak yang terperangkap di dalam adonan tepung berhamburan keluar dan membuat adonan susah dilipat dan dibentuk. Pupus sudah cita-cita hendak membuat karipap pusing, akhirnya saya permak menjadi pastel biasa.
Sejujurnya saya ingin mengunci tepian pastel dengan cara memelintir adonan, tapi ternyata tidak gampang melakukannya. Tak ingin membuat waktu, adonan saya cetak saja dengan cetakan pastel yang praktis. Resep ini pernah saya munculkan dulu kala, link resep disini, dan so far tetap menjadi acuan ketika hendak membuat pastel isi kari sendiri.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Karipap
Resep diadaptasikan dari buku 500 Resep Kue & Masakan Koleksi Kursus Masak Ny. Liem Yang Paling Diminati - Beef Curry Pastel
Untuk 20 buah pastel, menggunakan cetakan pastel diameter + 8 cm
Tertarik dengan resep gorengan lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Bu Jan
Tempe Goreng Aromatik
Bakwan Jagung
- 1 sendok teh cabai bubuk
Bahan lain:
Cara membuat:
Membuat isi pastel:
Panaskan wajan, tumis bawang putih dan bawang bombay hingga harum, matang dan berubah menjadi transparan. Masukkan wortel dan kentang, aduk rata. Tambahkan 100 ml air, masak hingga kentang dan wortel lunak dan matang.
Masukkan ayam rebus cincang, aduk rata. Tambahkan daun bawang dan seledri. Masukkan sisa bumbu lainnya, aduk dan masak hingga bahan meresap bumbu dan mengering. Cicipi rasanya. Sesuaikan asinnya, angkat. Sisihkan.
Membuat kulit pastel, adonan A:
Siapkan mangkuk, masukkan tepung terigu, gula dan garam, aduk rata. Masukkan mentega dingin, dengan menggunakan pisau pastry atau dua buah pisau, atau garpu, cacah mentega dan tepung hingga terbentuk butiran-butiran kasar. Biarkan butiran sebesar kacang tanah. Masukkan air dingin, aduk perlahan dengan jemari tangan.
Gumpalkan adonan, jika susah menyatu dan tercerai-berai tambahkan sedikit air hingga adonan bisa digumpalkan. Diamkan selama 15 menit hingga adonan rileks. Bagi adonan menjadi 20 bagian yang sama ukurannya. Tutup kain, dan sisihkan.
Membuat adonan minyak, adonan B:
Siapkan mangkuk, masukkan tepung dan mentega / margarine, aduk hingga rata. Gumpalkan adonan dan bagi menjadi 20 bagian.
Lebarkan adona A di permukaan telapak tangan, letakkan sebuah adonan B, bungkus adonan B dengan adonan A. Tata adonan di loyang datar, tutup dengan kain. Lakukan hingga semua adonan habis. Diamkan adonan selama 15 menit.
Membentuk adonan:
Letakkan sebuah bola adonan di permukaan meja bertaburkan tepung. Gilas perlahan hingga pipih. Lipat adonan seperti melipat amplop, gilas kembali hingga melebar tipis. Lakukan dengan perlahan dan hati-hati agar adonan tidak sobek. Letakkan lembaran adonan di permukaan alat cetak. Isi dengan + 1,5 sendok makan adonan isi. Olesi tepian adonan dengan air atau putih telur, kemudian rekatkan cetakan.
Tata adonan yang sudah dibentuk dan isi di sebuah loyang datar. Lakukan hingga semua adonan kulit habis. Sisa adonan kulit bekas mencetak bisa digumpalkan menjadi satu, gilas hingga tipis dan cetak.
Siapkan wajan, isi minyak agak banyak agar pastel terendam. Panaskan minyak, masukkan pastel dan goreng hingga kedua permukaannya coklat keemasan. Angkat, tiriskan dan sajikan hangat dengan cabai rawit atau saus sambal.
Hallo mbak endang, mohon maaf lahir batin ya mbaak, resep bingka pandannya sukses buat lebaran kemarin, maaf mbak nanya di luar topik, mbak en punya resep Bika Ambon gaa? Pengen nyoba bikin takut gagal hehehe,nunggu mbak endang aja deh biar sukses bikinnya, btw saya peridot juga batu keberuntungan zodiaknya :)
BalasHapusMohon maaf lahir batin juga yaa. Wah sayangnya bingka ambon belum ada resepnya, sudah masuk dalam list tapi belum sempat eksekusi hehehe
HapusOke tetep ditunggu kok mbaak 😁
HapusAssalamualaykum mba, itu cara mau di simpan d freezernya gimana ya mba, FYI aq sekarang jualan aneka makanan yg aq pelajari dr mba endang, misal pempek, nugget, cilok, puding dan masih banyak yg ingun aq jual karena inshaallah laris manis, jazakillah ya mba, moga bisa jd amal jariah yg terus mengalir buat mba endang
BalasHapusbiasanya sih dalam kondisi mentah Mba, bukan sudah digoreng. Ditata tidak berdempetan diloyang, bekukan, kalau sudah beku baru bisa ditumpuk.
HapusSaya juga mbak, sudah lama banget ga pakai anting2. Tapi sekitar setahun yg lalu waktu lg kepengen pakai saya tusuk sampai kebuka.. huaahahaha (nekat). Memang terasa sakit sedikit sih mbak, tapi ga sampai gmn2 dan blm pernah infeksi juga (mudah2an jangan sampai deh!)
BalasHapusBtw oot mbak, saya uda coba resep pempek dos dan cilok mbak loh, masi coba yg gampang2 aja dan hasilnya bagus (saya uleni pakai tangan juga), masih empuk dan ga keras biarpun sudah dingin.
Untuk yg pempek sebenarnya ada sedikit error dimana terigu dan tapioka terlanjur tercampur, akhirnya dimasak di air kaldu deh bersama2 dengan api kecil, hasil agak lengket sedikit tapi masi bisa dibentuk, jd hanya dibuat lenjer dan langsung kurebus, untung waktu digoreng tetap enak dan empuk, tekstur juga mirip pempek, waktu sudah dingin juga masi enak dan ga keras
(Untung banget) . Makasih y mbak uda berbagi resep tsb
Hai Mba Natalia, yep ibu saya bilang ngapain ditindik lagi, ditusuk saja lubang yg lama ntar berlubang wakkaka. Eh ternyata setelah tindik, lubang lama dikuping saya gak buntu booo, jadi saya skrg punya 2 lubang tindikan di masing2 telinga
HapusMba untuk resep ini sama gk dgn pastel kari pastry yg thn 2011...soalnya kl yg itu pake mentega putih kl yg ini gk..untuk resep hasilnya bagusan yg ini atau yg sebelumnya mba endang prnh posting? Trs saya bikin kl d taro d wadah setelah d bentuk knp ya selalu nempel jd pas mau d goreng kulitnya rusak..makasi byk mba sebelumnya
BalasHapussama resepnya, hasil sama saja, hanya untuk rasa enak ini, karena mentega putih kan sebenarnya margarin.
Hapusalasi dengan kertas baking/silpat wadahnya agar karipap tidak menempel
Mba mentega nya keadaan dingin keluar dari kulkaa atau suhu ruang?
BalasHapusadonan A mentega dingin, keras dari kulkas. adonan B mnetega lunak suhu ruang
HapusMba untuk hasil resep d atas dapat 20 buah ya.. Soalnya untuk resep adonan d bagi 30 bagian... Jd gak 1 bagian satu buah pastel ya?
BalasHapus20 buah, sudah saya koreks resepnya
Hapusmba endang pake bumbu kari instan nya apa?
BalasHapussaya pakai merk Malabar, beli di batam. bs pakai merk de maderaas, atau baba's beli di olshop. kari india
HapusMba aku liat d resep lain untuk adonan airnya pake putih telur...kira2 gmn mba untuk hasilnya mnrt mba endang?
BalasHapusmungkin lebih renyah, saya kurang tahu juga
HapusMba untuk bumbu kari nya kalau pake bumbu kari bubuk sebelum d masukin k bumbu isi d kasih air dl gk untuk bumbu kari nya
BalasHapusnggak, langsung saja kondisi kering
HapusMba kalau untuk bahan isi mw bikin setengah resep untuk merica ama garam nya jd brp ukurannya
BalasHapussesuai selera saja mbak, diseusaikan saja
HapusMba kalau di takar gram untuk kentang sama wortelnya brp gram?
BalasHapusmungkin 250 gram wortel dan 400-500 gr kentang
Hapus