Anda percaya dengan keberuntungan? Saya, tidak terlalu, karena keberuntungan jarang datang dalam hidup ini. Tapi menyaksikan pengumuman mega lotere di Eropa dimana seorang pria yang hanya pernah membeli dua tiket lotere seumur hidupnya, salah satu tiketnya berhasil memenangkan undian terbesar dalam sejarah berupa uang tunai lima ratus juta US dollar, angka yang fantastis yang membuat saya mempercayai keberuntungan itu ada, bagi orang lain. Ketika diwawancarai, si Bapak yang berusia sekitar lima puluh tahun ini begitu humble berkata, "Semua ini karena kehendak Yang Kuasa." Siapa yang tidak ngiler dengan uang sebesar itu bukan?
Bicara tentang keberuntungan, saya jarang, bahkan hampir tidak pernah mendapatkannya. Jika saya memperoleh sesuatu, itu karena hasil kerja keras dan jerih payah sendiri, atau bantuan keluarga. Bukan dari hasil undian atau door prize. Bahkan pada saat acara-acara outing kantor dan acara lain dimana door prize dibagikan dengan luber, dan hampir setiap peserta pulang membawa rice cooker, setrika atau blender, maka saya pulang dengan tangan hampa. Hingga saya yakin, jika ada 99 buah hadiah door prize untuk 100 orang, maka satu orang yang tidak mendapatkan hadiah tersebut adalah saya. Namun walau sebegitu pesimisnya saya dengan namanya keberuntungan, tetap saja tidak pernah membuat saya pupus bermimpi suatu saat akan mendapatkan undian sebesar 500 juta US dollar! Gubrak!π
Tapi bukan berarti saya tidak pernah beruntung, ada satu, hanya satu kali keberuntungan yang pernah saya alami ketika masih kecil dan masih diingat hingga saat ini karena begitu berkesannya. Anda masih ingat dengan balon tiup sedotan yang dulu banyak dijual di sekolah dasar? Bentuknya berupa rencengan berisi bahan balon yang dikemas dalam tabung kecil alumunium seperti pasta gigi yang kemudian ditempel pada sebuah karton tebal. Ketika membelinya, si penjual akan memberikan kita sebuah alat tiup berlubang yang terbuat dari plastik. Nah balon tiup ini dulu begitu laris dan digemari. Entah apa yang dipikirkan bocah-bocah cilik jaman dulu hingga balon ini lebih digemari dibandingkan makanan. Mungkin karena ada kepuasan tersendiri jika berhasil meniup sebuah balon besar tanpa membuatnya berlubang, dan ada keseruan tersendiri kala lubang bermunculan dan kita cepat-cepat menambalnya dengan jepitan bibir.
Nah balon tiup ini dulu ketika saya masih kecil biasanya juga diembel-embeli dengan nomor undian yang bisa ditukar dengan hadiah. Bentuk hadiahnya tentu saja sederhana, entah apakah itu mainan plastik, jepit rambut, atau sebuah kalender kecil yang bisa ditempel di dinding. Kalender ini tentu saja menjadi incaran utama anak-anak SD karena bentuknya yang lucu biasanya memiliki pola kepala binatang seperti panda atau kelinci, dengan warna-warna yang attractive. Saya sudah lama mengincar kalender ini namun hingga uang jajan harian habis setiap hari tak jua nomor undian kalender keluar. Sedihnya, hari itu nomor undian berhadiah kalender jatuh ke tangan seorang teman. Bagi orang dewasa terdengar super sepele, namun bagi bocah berusia 10 tahun sangat berharga. Saya pulang dengan perasaan sedih dan hampir menangis sepanjang perjalanan ke rumah.
Keesokan harinya, Lek Nah, penjual makanan dan balon tiup di sekolah mengeluarkan serenteng balon tiup baru dengan hadiah yang sama menariknya. Lagi-lagi sebuah kalender menjadi salah satu hadiahnya, dan kali ini betapa cantiknya kalender tersebut. Berbentuk kepala Hello Kitty, berwarna pink dengan tulisan warna-warni yang membuat saya berdiri didepan rentengan balon tiup yang ditempel di pohon dengan wajah penuh keinginan. Demi Tuhan, saat itu saya benar-benar ingin mendapatkan mukjizat demi mendapatkan si kalender. Malam itu kakak saya, Mbak Wulan, yang berusia dua tahun lebih tua dari saya dan bersekolah di sekolah yang sama berkata, "Aku kepengin banget dapat kalender undian itu, gimana caranya ya?" Saya yang selalu berbicara tanpa dipikir dan selalu merasa over pe-de langung menjawab, "Mau? Temanku kemarin dapat, mungkin dia mau jual kalendernya."
Mbak Wulan tidak suka gambling dan membeli undian, segala sesuatu harus dilakukan dengan rencana matang dan realistis, bukan mengandalkan pada keberuntungan. "Boleh kalau beli, tapi jangan kalau kamu beli undian balon tiup ya," katanya sambil membuka celengan kalengnya yang penuh dengan uang. Setiap hari kakak saya ini selalu menabung uang jajannya di celengan kaleng, demi mewujudkan cita-citanya entah itu membeli tas baru atau sepeda mini. Sementara saya setiap hari selalu menghabiskan uang jajan yang diberikan Ibu hingga tak tersisa sesenpun di kocek. Betapa kontrasnya karakter kami bukan?
Besok paginya saya langsung bertanya ke teman yang kemarin mendapatkan hadiah kalender. "Nggak, aku nggak jual Ndang. Kan mau aku pakai sendiri, mau aku tempel di kamar," jawabannya membuat saya kecewa. Saya benar-benar ingin membuat Mbak Wulan senang ketika kalender saya bawa pulang untuknya, penolakan ini membuat saya merasa tak ingin pulang. Saat istirahat tiba, saya duduk dibalai-balai bambu didekat Lek Nah, mata saya nanar memandang balon tiup dan hadiahnya. Hati saya berdoa semoga hari itu tak ada satupun anak yang akan mendapatkan hadiah kalender. Hingga istirahat hampir berakhir dan balon-balon tiup hampir habis dibeli, kalender itu masih bercokol disana, belum ada seorang anak pun yang beruntung mendapatkannya. Hati saya tergoda hendak membeli balon tiup dengan uang dua puluh lima rupiah yang erat tergenggam dijemari tangan. Tapi kata-kata kakak saya terngiang-ngiang lagi di telinga, "Jangan beli balon tiup ya! Ntar kamu pasti nggak dapat hadiahnya."
Rasa takut menghabiskan uang itu dan rasa keinginan hendak membuat hati kakak saya senang berperang didalam dada. Seperti biasa, naluri gambling saya lebih meraja. Nekat saya mengulurkan koin tersebut ke Lek Nah dan berjalan menuju deretan balon tiup yang hanya tinggal lima buah dipapannya. Saya mengambil nafas panjang, berdoa dengan khusyuk, meraihnya dan membuka pembungkus tabungnya hingga nomor undian didalamnya terbaca. Betapa shocknya saya kala melihat nomor yang keluar adalah nomor si kalender. Saya hampir menjerit dan berjingkrak setinggi yang saya mampu. Sungguh hari itu adalah salah satu hari terbaik dalam hidup. Mungkin itu adalah keberuntungan terhebat dalam hidup saya, karena momen seperti ini sangat jarang atau hampir tak pernah terjadi hingga kini. Nasib! Tapi diantara semua perasaan mengharu biru itu tak ada yang bisa menandingi rasa bahagia saya kala membawa kalender pulang kerumah dan melihat senyum kakak saya terkembang lebar. Hingga kini saya tak pernah bercerita kisah ini pada siapapun.
Wokeh menuju ke resep. Selat Solo ini sudah pernah saya posting resepnya dulu kala, namun kini saya recook ulang karena ini adalah salah satu masakan yang favorit. Rasanya yang nano-nano, manis, asam, asin, gurih, berpadu dengan indahnya dalam sebuah piring. Selat Solo walau menjadi masakan tradisional daerah Solo namun sebenarnya merupakan kuliner yang mendapatkan pengaruh kuat dari Belanda. Masakan ini sebenarnya adalah kuliner Eropa yaitu bistik daging yang kemudian seiring waktu disesuaikan dengan bahan dan cita rasa lokal. Kini selat Solo mudah ditemukan di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya. Saya menyukainya selain karena rasanya yang lezat juga kaya akan sayuran. Jika mau lebih kenyang maka kentang rebus bisa ditambahkan porsinya. Perpaduan kuah semur daging yang manis gurih, sayuran, mayonnaise dan acar terasa pas di lidah dan membuat ketagihan. Membuatnya pun sangat mudah, tampilannya yang menarik dan unik menjadikannya masakan spesial yang tepat dihadirkan sebagai suguhan.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Selat Solo
Sambal Goreng Kreni
Rawon
Soto Ayam Kampung
Bahan dan bumbu semur daging:
Cara membuat:
Siapkan daging, sisihkan. Masukkan semua bahan acar kedalam mangkuk, aduk rata, sesuaikan rasanya dengan menambahkan gula, garam dan cuka, sisihkan.
Siapkan sayuran dan kentang, kukus hingga matang, sisihkan.
Siapkan wajan, panaskan minyak. Tumis bawang bombay, bawang putih dan jahe hingga harum dan matang. Masukkan daging, aduk dan tumis hingga berubah warnanya tidak pink lagi. Masukkan air, merica, pala, kayu manis, kembang lawang, aduk dan rebus hingga daging lunak. Jika air berkurang sementara daging belum lunak, tambahkan sedikit air panas dan rebus hingga daging benar-benar lunak.
Masukkan sisa bumbu lainnya untuk semur daging, rebus hingga mendidih. Cicipi rasanya, sesuaikan asin dan manisnya. Angkat.
Penyajian:
Siapkan piring saji, tata sayuran rebus, kentang, tomat dan daun selada di piring. Letakkan potongan daging, siram dengan kuah semur. Sajikan dengan mayonnaise dan acar.
Sumber:
Wikipedia - Selat Solo
Hallo mba endang wah sekarang udah mulai rajin upload resep lagiππ
BalasHapusMba endang kok tahu ya
Klo resep selat solo ini yg aku tunggu2
Gak pake lama dech besok pagi mo tak praktekin
Terimakasih mba endang❤️❤️ππ
mbak udah saya praktekin
Hapusresep dagingnya bener bener josss
cocok dilidah suami dan anak anak saya
ππ
Dan ..bisa baca justtryandtaste adalah keberuntungan
BalasHapusNur_padasan
Thanks ya Mba Nur
HapusSebelum baca resep, berimajinasi dulu smbil baca ceritanya mba Endang. Kurasa setiap hari kita bisa bernafas gratis, msh bisa berjuang berusaha utk bertahan hidup jg keberuntungan mba. Menganut falsafah org jawa itu kalo ada apa2 prinsipnya masih untung. Aku malah hampir kepala empat belum beruntung dlm hal asmara hahaha. Eh mba, aku blm pernah makan selat solo tp kalo lihat di gambar2 itu kuahnya segambreng ya?
BalasHapusThanks Mba Herlina, betul banget, masih bernafas sudah beruntung banget.
HapusYep, harusnya kuahnya banyak diguyurkan, saya tidak terlalu banyak kuah untuk foto karena daun2nya jadi gak kelihatan segar.
Huahaha dan lagi lagi terjadi, cuma baca ceritanya dan skip resepnya..π€ͺπ€ͺ
BalasHapusKok sama sih mbak akupun ga pernah beruntung kalo hal hal macam undian gitu, zaman aku kecil kan lagi zaman zamannya undian ngirim bungkus permen sugus ke PO BOX sekian sekian, aku sampe bela belain ke kantor pos buat ngirimnya ππ tapi ya bisa dipastikan ga pernah menang dan dulu kan tiap sabtu sore ada acara gebyar BCA di TV dan aku yang pernah beberapa kali diajak ke Bank BCA ke papa ku seringkali tanya ke papaku, papa kapan menangnya dari gebyar BCA π€ͺπ€ͺ
Sampai pas kerja tiap kali gathering ga pernah sekalipun dapat doorprize nya π€£π€£
Cuma sekali kalinya deh aku menang undian tahu 2017 lalu menangin samsung s8 dari undian tokopedia ππ berharapnya sih itu bukan sekali kalinya keberuntunganku dalam hidup..wkwk
Waaaah kapan saya bisa dapat undian handphone yaaa? Saking ngebetnya mau dapat undian Tokped sampai semua point saya tukar kupon undian wakakakaka
Hapustante...aq nangis baca ceritamu... sungguh...
BalasHapushiks memang saya sendiri juga terharu menceritakanya mba. Jaman itu susaaaah banget wakkakak
HapusMba endanggggg, lucu sekali membaca cerita mba endang di kala kecil dulu. Di jaman saya juga senang sekali membeli balon tiup mini dan menambal dengan jepit bibir. Ada kesan seru tersendiri ya mba. Jadi nostalgia hehehe sayang nya saya ngga ada hadiah kalender mbaa. Cerita mba endang mengingatkan saya dengan permen karet bertuliskan Y-O-S-I-N mbaaa. Mba endang pasti tau bahwa salah satu huruf nya luar biasa sulit di cariπ€¦π€¦ dan saya setiap hari menghabiskan uang jajan saya dengan secercah harapan berharap mendapat salah satu huruf nya dan mendapatkan hadiah utamanya π€¦ beda nya keajaiban itu tidak kunjung datang hingga saya pun lelah dan beralih menjadi jajan Sate Padang di abang depan sekolahπ€¦π€¦ tobatttttt!
BalasHapusah yaa, saya juga ikut2an tuh ngumpulin yosin, dan gak pernah ketemu hurufnya lengkap wakkakak. Keknya sengaja gak dicetak yaaa
HapusMba endang... salam kenal ya.
BalasHapusMba terima kasih untuk blog nya ya.. lafffg banget. Mba, untuk resep ini kalau dak pakai mayones bisa dak ya atau diganti apa gitu?. karena anak saya alergi telur. Terima kasih mba.