Resep Sup Ikan Manado

Sudah lama saya tidak menjenguk rumah di Cilebut, sekitar enam bulan yang lalu. Waktu itu saya mengeceknya bersama Ibu dan karena lupa membawa kunci akhirnya kami hanya bisa melihat-lihat dari depan saja. Rumah ini sudah diserahterimakan sejak 2 tahun yang lalu, hingga kini masih kosong melompong. Ada banyak yang harus dikerjakan jika membeli rumah  baru seperti ini. Antara lain, pompa air belum terpasang walau developer sudah memberikan pompanya ketika serah terima. Artinya, kualitas airnya belum bisa diketahui seperti apa. Dapur bagian belakang terbuka, artinya saya harus merenovasi, membuat atap dan menambah lantai. Keran-keran air belum ketahuan apakah berfungsi semua atau hanya sekedar hiasan saja. Kepala saya penuh dengan rencana, tapi semua rencana membutuhkan biaya, saat ini penghasilan saya masih terfokus untuk membayar cicilan setiap bulannya.

Banyak biaya yang harus dikeluarkan, yang terutama adalah memanggil tukang sumur, memasang jet pump, membuat tower dan memasang torn air. Air adalah kebutuhan vital dan menjadi prioritas utama. Saya sudah menghubungi tukang sumur langganan adik saya, Wiwin. Si Bapak tukang memperkirakan biayanya sekitar 20 juta untuk semua kebutuhan dan requirement saya agar air mengalir di rumah Cilebut. Saya manggut-manggut mendengarnya, dan langsung melupakannya. Sepertinya air belum akan mengalir dalam waktu dekat ini.😄

Nah 2 minggu yang lalu saya mengajak Ibu ke Cilebut lagi melihat rumah sekalian singgah ke rumah adik saya, Tedy. Agar tidak lupa, kali ini kunci rumah telah saya masukkan sejak malam sebelum tidur. Kami berdua diantar, Mas Dul, supir Wiwin yang super baik dan ramah. Tiba di Cilebut sekitar pukul sebelas siang, singgah sejenak di rumah Tedy dan langsung meluncur ke rumah saya yang jaraknya tidak jauh. Halaman rumah tampak rapi, developer menjaga pekarangan setiap rumah selalu tercukur rumputnya walau tanpa instruksi penghuni rumah. Pos satpam di cluster tempat rumah saya berada telah cantik berdiri dan si Bapak Satpam tampak sedang mengobrol disalah satu rumah yang sedang dibangun. Rumah yang tidak dihuni tentu saja mudah rusak, bocor, kotor dan kusam. Itu pasti. Tapi ada satu hal lagi yang membuat saya terperanjat. Ketika pintu kearah halaman belakang dibuka, sebatang pohon ceri (dikampung saya biasa disebut talok atau kersen) tumbuh menjulang lebih tinggi dari rumah! Lingkar  batangnya bahkan telah sebesar lengan atas saya yang segede pentungan maling. Tobat dah!

Pohon ini tumbuh luar biasa subur, tepat didepan pintu, sementara ilalang dan belukar memenuhi tanah pekarangan belakang ini. Cuaca musim kemarau yang super panas sama sekali tak terasa disini, kehadiran pohon ceri membuat rumah menjadi sejuk ketika pintu dibuka. "Ya ampun Ndang, kamu punya hutan dibelakang rumah," tukas Ibu saya terbengong-bengong menatap halaman yang semrawut, sementara adik saya, Tedy, tertawa ngakak. Saya hanya menghela nafas memandangnya, "Bagus juga, tinggal ambil kursi, kita bisa duduk-duduk depan pintu sambil ngopi dan menikmati pemandangan hutan," jawab saya menghibur diri.

Membuang pohon sebesar itu tentu saja tidak mudah, dan pohon ceri adalah jenis yang sangat ganas. Akarnya menjalar kemana-mana, merusak lantai, tembok dan tunas anaknya akan tumbuh diakar yang menjalar itu. Adik ipar saya, Diar, justru sibuk melihat-lihat pohon, "Buahnya ada nggak ya?" komentarnya penasaran. Diar sejak dulu memang suka pohon ceri, bahkan bercita-cita hendak menanam sebatang dihalaman belakang rumahnya namun batal karena ngeri dengan perumbuhannya yang ekspansif.

"Panggil tukang taman saja, kemarin aku juga nebang pohon salam didepan rumah. Gak mahal kok, tebang sekaligus buang pohonnya" kata Tedy menenangkan. Tapi saya punya pikiran lain, "Cari tukang yang bisa membuang pohon ini sekaligus menutup lantainya pakai semen Ted. Kalau nggak disemen, rumput dan tanaman liar bakal tumbuh lagi, bikin repot," kata saya.  Minggu ini si tukang bangunan datang dan mengerjakan semua yang saya inginkan. Hanya dalam satu hari semua ilalang dan pohon ceri menghilang dari pandangan dan berganti dengan lantai semen yang keras. Entah kapan saya akan merenovasi sisanya, yang terpenting saat ini kepala saya tidak pusing memikirkan pohon-pohon ceri lainnya yang akan tumbuh disana.

Wokeh kembali ke resep. Sejak menyantap sup ikan marlin di sebuah resto khas Manado terkenal di Jakarta Selatan, saya sudah kesengsem hendak membuat yang serupa. Sup ikannya super segar dengan aneka rempah fresh segambreng yang mengapung di permukaannya. Sayangnya karena menggunakan ikan marlin yang teksturnya kasar seperti tuna maka menyantapnya menjadi sedikit perjuangan. Nah kali ini saya menggunakan ikan kembung yang selalu tersedia di pasar, teksturnya lembut dan rasanya juga gurih. Bersama aneka rempah segar, sup ikan ini tak kalah dengan versi resto.

Berikut resep dan prosesnya ya.

Sup Ikan Manado

Resep modifikasi sendiri

Untuk 4 porsi

Tertarik dengan resep Manado lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:

Sup Asam Pedas Ikan Kakap dengan Nanas
Sup Ikan a la Singapore
Lempah Ikan Kakap dengan Daun Kedondong

Bahan:

- 800 ml ait

- 1/2 kg ikan kembung

- 1 butir jeruk nipis

- 1/2 sendok makan garam

- 1 buah jagung manis, disisir

Bumbu dihaluskan, optional:

- 2 buah cabai merah keriting

- 3 buah cabai rawit merah

Bumbu lainnya:

- 10 buah cabai rawit utuh

- 5 siung bawang merah, rajang tipis

- 5 buah cabai rawit merah, rajang kasar

- 2 lembar daun kunyit, potong kasar

- 3 lembar daun jeruk sobek kasar

- 3 batang daun bawang iris serong tipis

- 2 buah tomat merah, iris tebal

- 1 butir jeruk nipis besar, peras airnya

- 2 sendok teh  garam

- 2 sendok teh kaldu jamur / kaldu bubuk

- 2 ikat kecil kemangi, ambil daun dan pucuk mudanya

Cara membuat:

Siapkan ikan kembung, cuci bersih dan tiriskan.  Lumuri permukaan ikan dan rongga dengan 1/2 sendok makan garam dan jeruk nipis, diamkan 15 menit.

Siapkan panci, masukkan 800 ml air, rebus hingga mendidih. Masukkan ikan kembung beserta garam dan jeruknya sekalian. Rebus hingga mendidih dan ikan setengah matang. Tiriskan ikan, buang air rebusannya, sisihkan.

Siapkan panci, masukkan 800 ml air, bumbu dihaluskan, cabai rawit, bawang merah, daun kunyit, daun jeruk.  Rebus hingga mendidih.

Masukkan jagung manis dan ikan, masak hingga ikan matang. Tambahkan daun bawang, tomat, air jeruk nipis, kaldu jamur dan garam. Masak hingga mendidih, cicipi rasanya, sesuaikan asin dan asamnya, angkat. Tambahkan kemangi, sajikan segera.

Note: jangan memasak daun bawang, tomat dan kemangi terlalu berlebihan. Sebaiknya setengah matang saja.