Transjakarta, yang menjadi salah satu transportasi andalan saya selain angkutan no. 44, tiba di halte diseberang mall Ambassador sore itu. Penumpang berebutan naik, termasuk saya. Bis Transjakarta tipe ini meminta kita langsung menempelkan kartu e-money di mesin yang tertempel pada tiang di dekat pintu untuk pembayarannya, sementara bis Transjakarta tipe umumnya memiliki petugas yang akan berkeliling membawa mesin EDC untuk memproses pembayaran. Seorang bapak berusia paruh baya menyodorkan uang receh tiga ribu lima ratus rupiah ke petugas yang berdiri didekat pintu, "Wah maaf Pak, bis ini tidak menerima pembayaran tunai, hanya bisa pakai kartu elektronik" tolak petugas dengan sopan. "Lho bagaimana saya bayarnya? Saya nggak punya kartu" kata si Bapak kebingungan. "Bapak bisa pakai kartu penumpang lain, nanti tinggal bayar cash saja ke penumpang itu," jelas si petugas Transjakarta. Saya menyodorkan kartu saya ke petugas, "Pakai kartu saya saja Mas, nggak usah diganti uangnya," ujar saya, tapi si Bapak memilih kartu yang disodorkan seorang cowok yang berdiri disebelahnya.
Seorang cewek berhijab yang baru saja naik kemudian menempelkan kartunya dan mesin menolak pembayaran yang dia lakukan, "Mas, kok ini kartunya nggak bisa?" Tanyanya terheran-heran. "Oh, hanya bisa pakai kartu BNI, Mbak. Kartu bank lainnya nggak bisa," terang si petugas. Saya yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa membatin, tobat! Betapa ribetnya proses pembayaran transportasi masal di Indonesia. Bis Transjakarta tipe kecil hanya bisa menerima kartu elektronik Flazz milik BCA, dan kartu pembayaran lainnya tidak laku. Beberapa bis Transjakarta tipe lainnya bisa menerima kartu bank Mandiri, BCA namun tidak bisa BNI. Tapi umumnya bisa menerima uang tunai, baru bis kali ini yang bahkan uang tunaipun ditolak. Betapa pusingnya menjadi penumpang transportasi umum dinegara kita. Begitu banyak jenis kartu pembayaran yang harus disediakan karena moda transportasi massalnya tidak terintegrasi menggunakan satu jenis kartu untuk pembayaran.
Saya sendiri memiliki tiga jenis kartu elektronik, Mandiri, BNI dan BCA, bukan karena saya hobi menaruh uang dibanyak tempat, bukan. Awalnya saya hanya punya kartu BCA karena bis Transjakarta umumnya hanya menerima kartu ini, tapi di satu hari kala hendak naik MRT, saldo di kartu saya tidak mencukupi dan tidak ada satupun konter BCA di stasiun MRT untuk top up dana, terpaksa saya membeli kartu BNI agar bisa naik kereta. Kejadian ini terulang lagi untuk kartu Mandiri, hingga akhirnya saya mengoleksi 3 kartu e-money dari 3 bank berbeda. Gubrak!
Kejadian ini terjadi juga dengan tipe pembayaran elektronik lainnya atau biasa disebut e-wallet. Contohnya seperti OVO, GoPay, Dana, yang masing-masing sibuk menawarkan aneka promo fantastis dan memaksa mereka yang lemah iman (seperti saya!) untuk mengisi dana dan berbelanja. Cashback dan diskon yang ditawarkan memang menggiurkan membuat saya lupa diri jika masing-masing e-wallet ini akhirnya menyisakan saldo kecil yang tidak bisa dipakai untuk berbelanja, memaksa saya untuk top up kembali agar bisa membeli. Mengapa sih tidak tersedia satu kartu yang bisa dipakai untuk membayar semuanya? Mulai dari naik angkutan umum, membeli bakso dan es krim hingga belanja online! Contohnya seperti kartu Octopus di Hong Kong yang super sakti. Kartu ini bisa dipakai untuk naik transportasi masal, membeli makanan dipinggiran jalan hingga berbelanja di mall.
Pemerintah seharusnya sudah memikirkan jauh-jauh hari bahwa e-money dan e-wallet satu saat akan booming dan mengambil langkah di awal agar semuanya terintegrasi. Tapi justru yang mengawali e-money dan e-wallet adalah pihak swasta seperti GoJek, Alibaba, bank swasta dan BUMN. Bingung dengan ahli-ahli riset di pemerintahan, bagaimana tidak bisa melihat peluang ini jauh-jauh hari? Bukankah kalau pemerintah bisa mengeluarkan satu kartu sakti semacam Octopus, masyarakat akan berbondong-bondong menggunakannya dan pemerintah juga mendapatkan keuntungan dari berbagai promosi yang ada? Yang jelas saya pasti akan menggunakan kartunya, jika ada.
Wokeh kembali ke resep bolu sakura kali ini. Bolu ini resepnya saya peroleh dari FiberCreme TV, sangat mudah dipraketekkan dan hasilnya enak. Bolu terasa lembut, moist dan taste karamelnya terasa. Poin penting membuat bolu ini hanya pada saat membuat karamel, jangan terlalu lama memasak gula hingga karamel berubah menjadi pahit. Adonan yang terbentuk agak encer dibandingkan adonan bolu umumnya namun mampu mengembang dengan baik.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Bolu Sakura Karamel
Resep diadaptasikan dari FiberCreme TV
Untuk 15 buah bolu
- 125 gram gula pasir
- 250 ml air panas
Bahan:
- 2 butir telur
- 125 gram gula pasir
- 1 sendok teh vanilla extract
- 25 gram FiberCreme bisa diganti dengan susu bubuk
- 200 gram terigu protein sedang
- 25 gram tepung maizena
- ½ sendok teh baking powder
- ½ sendok teh baking soda
- 75 gr mentega / margarin dilelehkan
Cara membuat:
Membuat karamel
Siapkan panci masukkan gula pasir, masak dengan api kecil hingga gula lumer, meleleh, berubah menjadi karamel dan mendidih. Tidak perlu diaduk dengan spatula, cukup goyang-goyangkan panci. Jangan masak karamel berlebihan karena akan terasa pahit.
Masukkan air panas sedikit demi sedikit, lakukan dengan hati-hati karena karamel akan mendidih dan berloncatan. Tuangkan air sampai habis, masak hingga mendidih. Angkat dan diamkan hingga benar-benar dingin.
Membuat bolu:
Siapkan mangkuk, masukkan FiberCreme / susu bubuk, tepung terigu, baking powder dan baking soda, aduk rata, sisihkan.
Siapkan cetakan bolu sakura, atau cetakan bentuk lainnya, olesi permukaannya dengan margarine dan tepung tipis-tipis saja. Saya menggunakan cetakan silikon jadi tidak perlu diolesi margarine.
Siapkan mangkuk masukkan telur dan gula pasir, kocok dengan mikser speed rendah hingga tercampur baik. Naikkan kecepatan menjadi tinggi dan kocok hingga adonan menjadi pucat, kental, dan berjejak (ribbon stage). Tambahkan vanilla extract, kocok rata. Masukkan cairan karamel, pastikan karamel sudah dingin ketika dimasukkan ke adonan. Kocok hingga rata. Matikan mikser.
Masukkan tepung terigu dengan cara diayak langsung diatas adonan dalam beberapa tahapan, aduk perlahan dengan spatula hingga adonan tercampur baik. Atau adonan juga bisa dikocok dengan mikser menggunakan speed paling rendah.
Tambahkan mentega cair, aduk hingga rata. Mentega cair cenderung suka mengendap didasar jadi pastikan spatula mencapai dasar mangkuk ketika mengaduknya. Hentikan mengaduk, jangan berlebihan karena adonan akan turun dan bolu menjadi bantat. Adonan yang terbentuk kental tapi mengalir dengan mudah.
Tuangkan adonan ke cetakan bolu yang sudah disiapkan hingga mencapai 3/4 tinggi cup. Masukkan ke dandang kukusan yang telah dipanaskan sebelumnya hingga mendidih. Bungkus penutup kukusan dengan kain agar uap air tidak menetes membasahi bolu. Kukus bolu selama 25 menit. Keluarkan dari kukusan biarkan selama 2 menit baru lepaskan bolu dari cetakannya. Sajikan.
Wah jajanan jaman kecil dlu,jd kangen almarhumah yangti suka bikin inj..suwun mbak endang,pasti sy coba ��
BalasHapusiya, kue jadul, moga suka yaaa
HapusMantap mba endang resepnya top markotop,saya langsung eksekusi hasilnya enak bangeett makasih banyak mba😘😘
BalasHapussip, sama2 ya, thanks sharingnya yaa
Hapus