Resep Mocha Frappe

Weekend bertepatan dengan hari kemerdekaan lalu, saya bersama Mbak Fina dan Pak Kus, dua rekan kantor, memutuskan wisata kuliner dengan naik MRT. Idenya berawal dari Mbak Fina yang mengikuti satu akun di Instagram yang banyak membahas kuliner seru seputar stasiun MRT.  Sejak dulu, kami bertiga memang suka berwisata kuliner, tidak jauh-jauh, hanya seputaran Jakarta saja, walau dulu ketika Mbak Fina masih menggunakan sopir, kami pernah sampai ke Cirebon dan Guci. Meeting point kali ini di Blok M Plaza, saya naik MRT dari rumah di Blok A dan bertemu langsung dengan Pak Kus yang sudah datang lebih dulu. Mbak Fina yang rumahnya paling jauh dari kami semua, tiba belakangan. 

Rencana hendak mengikuti rekomendasi akun Instagram  yang difollow Mbak Fina akhirnya berubah. Mbak Fina mengajukan satu nama warung bakmi yaitu Bakmi Jhon di jalan Sampit. Sejak sepuluh tahun nan lampau warung bakmi ini sering saya lewati gerobaknya yang mangkal di tepian jalan Melawai, tapi tak pernah mencicipinya. Bakmi gerobakan ini selalu ramai dipenuhi karyawan kantoran sejak jam tujuh pagi, ciri khas Bakmi Jhon adalah karyawannya yang mengenakan seragam. Kini  Bakmi Jhon telah memiliki warung sendiri, lokasinya tidak ditepian jalan Melawai lagi tapi masuk sedikit ke jalan Sampit. Warungnya lumayan besar, pembeli bisa duduk didalam atau berjajar ditepian jalan diatas kursi bakso. 

Kami berjalan dari Blok M Plaza ke jalan Sampit jam setengah sebelas siang, belum masuk jam makan siang jadi saya berpikir Bakmi Jhon pastinya belum lah terlalu ramai. Ternyata perkiraan saya salah total, warung itu super ramai! Kursi didalam telah penuh dan pembeli bahkan sudah mengisi kursi bakso warna-warni yang banyak dijajarkan di tepian jalan. Untungnya tiga orang telah selesai makan dan meninggalkan kursi kosong, kami langsung mendudukinya. Saya dan Pak Kus lantas masuk ke warung sementara Mbak Fina menunggui kursi supaya tidak diambil orang lain. Di depan gerobak Bakmi Jhon tampak si pemilik warung yang bertubuh macho berdiri disana, sedangnya seorang petugas lainnya sibuk memasukkan air kedalam panci besar berisikan bakso. Di atas permukaan gerobak hanya terlihat lima buah mangkuk. Hati saya riang, hanya lima mangkuk pesanan berarti giliran kami akan cepat dibuat.

"Bang, tiga mangkuk mi ayam bakso ya, yang satu gak pakai taburan daun-daunan, yang dua komplit." Si Abang mengangguk singkat dan menjawab, "Tunggu sebentar ya, airnya sedang dipanaskan, tadi habis." Sepuluh menit berlalu, aktifitas meracik mi yang tadinya berhenti tiba-tiba terlihat sibuk. Si Abang mulai mengeluarkan lima mangkuk lagi, dan lima mangkuk berikutnya, dan lima berikutnya, dan seterusnya, hingga ada sekitar dua puluh mangkuk diatas gerobak. Aktifitas menata mangkuk berhenti bukan karena tidak ada yang pesan, tapi karena permukaan gerobak tidak muat lagi menampungnya. Saya mulai membatin, "Tobat, banyak bener bo."

Seorang petugas memasukkan mie kedalam panci berisi air panas, gerakannya cepat gesit, dan mie hanya tercelup air panas kurang dari satu menit, kemudian berpindah ke mangkuk-mangkuk yang telah menanti. Si Abang betubuh macho memasukkan kecap ikan, saus dan aneka bumbu ke dalam mangkuk dengan gerakan super cepat, tanpa takaran, hanya menggunakan feeling pengalaman berjualan mie ayam selama puluhan tahun. Bakso dan tumisan ayam diletakkan diatas masing-masing mangkuk, disusul dengan sawi rebus. Kemudian mangkuk berpindah ke meja sebelah dimana petugas lainnya telah siap untuk menaburkan bawang goreng dan daun bawang atau menuangkan isi mangkuk ke styrofoam untuk dibungkus. 

Hampir semua mangkuk diatas gerobak berjalan cepat masuk ke dalam bungkusan dan hanya sebagian yang singgah ke meja-meja pesanan. Mangkuk yang kosong lantas diisi lagi dan kegiatan mengisinya terulang kembali tapi tidak ada tanda-tanda pesanan kami akan diberikan. Saya mulai gelisah dan pegal menanti, waktu lima belas menit berlanjut ke tiga puluh menit dan lanjut ke empat puluh menit. Pak Kus menepuk-nepuk bahu si Abang macho, "Bang, Bang, pesanan kami belum ya? Tiga mie ayam?" Tanyanya polos. Si Abang hanya melirik dan menjawab, "Belum sampai gilirannya," saya melongo mendengarnya. Busyet, si Abang ini hebat banget, tanpa catatan atau nomor giliran tapi dia hapal dengan  urutan masing-masing pesanan. Ibu disebelah saya mulai terlihat bete, "Eh Bang, ini saya tadi pesan empat bungkus nggak dibikinin, lah itu yang baru pesan kenapa sudah dapat mienya?" Komplainnya galak. "Oh maaf Bu, ini giliran Ibu," Jawab si Abang dan langsung memasukkan empat mangkuk mie komplit kedalam masing-masing styrofoam.

Saya mengelap keringat dijidat. Tobat, bakmi ini sejak dulu sudah sering saya lewati dan lokasinya dekat dengan rumah, tapi kini demi mencicipinya saya harus berjibaku dengan begitu banyak pesanan dan menunggu hampir satu jam! Kali ini giliran saya nekat menepuk bahu si Abang, "Bang, ini kira-kira neh, mangkuk-mangkuk ini ada nggak yang buat kite?" Tanya saya ruwet. Si Abang mendengus, "Ini pesanan Bapak ini," katanya sambil menunjuk Pak Kus. "Ya kita sama Bang!" Jawab saya sewot. Aktifitas meracik mi kemudian berhenti kembali, saya jadi deg-degan, "Ini manasin air lagi ya? Waduh lama lagi dong," keluh saya. "Bukan manasin air Mba, ini ganti tabung gas, habis," jawab si Abang yang bertugas merebus mie sambil mengeluarkan tabung gas kosong dan menggantinya dengan yang baru. 

Aksi meracik dilanjutkan dan akhirnya mie pesanan kami pun siap disantap. Bagaimana dengan rasanya? Wajar jika Bakmi Jhon tobat larisnya, rasanya enak dan gurih, walau agak sedikit asin karena si Abang kebanyakan memasukkan kecap ikan. Ayamnya terasa gurih, saya menebak menggunakan ayam kampung bercampur ayam negeri. Porsinya pas dan harga semangkuknya tidak sampai dua puluh ribu rupiah. Saya berencana hendak kembali lagi ke sana, tapi kali ini datang jam enam pagi untuk menghindar antri! 😄

Kembali ke resep ya. Minuman kekinian dengan banyak topping krim seperti ini memang sekarang mudah ditemukan dimana-mana. Saya terus terang suka dengan jenis-jenis minuman seperti ini, tapi jarang membelinya. Gula dan krim yang terkandung didalamnya amboi banyaknya dan membutuhkan berjam-jam jalan cepat diatas treadmill untuk membakarnya. Mana tahan!

Membuat mocha frappe sangat mudah, resep ini berbeda dengan yang saya berikan di IG, menurut saya versi ini lebih lekker. Berikut resep dan prosesnya ya.

Mocha Frappe

Resep modifikasi sendiri

Untuk 2 porsi

Tertarik dengan resep minuman lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:

Thai Tea

Milo Dino Jelly

Es Jelly Buah

Bahan es kopi:

- 3 sendok makan gula pasir

- 2 sendok makan kopi bubuk

- 500 ml air

Bahan sirup coklat:

- 60 gram gula pasir

- 4 sendok makan coklat bubuk

- 150 ml air panas

- 100 gr coklat blok, potong kasar

- 2 sendok makan madu, optional

- 1/2 sendok teh vanilla extract

Bahan lain:

- 250 ml susu cair

- 150 ml heavy whipping cream, kondisi dingin baru saja keluar dari chiller 

- meses dan coklat serut untuk topping

Cara membuat:

Siapkan panci, masukkan air dan rebus hingga mendidih. Tambahkan bubuk kopi dan gula, aduk rata. Matikan kompor, biarkan selama 10 menit. Saring, diamkan hingga dingin. Masukkan larutan kopi ke dalam cetakan es batu. Bekukan di freezer. Sisihkan hingga diperlukan.

Membuat sirup coklat:

Siapkan panci, masukkan gula dan coklat bubuk. Tuangkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga larut. Masak di kompor dengan api kecil hingga gula larut, jangan sampai mendidih. Angkat, masukkan coklat blok, madu dan vanilla extract, aduk hingga coklat larut. Diamkan hingga dingin, tuangkan ke mangkuk dan masukkan ke kulkas.

Membuat krim kocok:

Siapkan krim dingin, masukkan ke mangkuk. Kocok dengan mikser speed sedang hingga mengental, naikkan speed menjadi tinggi dan kocok hingga kaku. Jangan berlebihan mengocok karena krim akan pecah (terpisah bahan padat dan airnya). Masukkan krim ke plastik segitiga dengan spuit kembang diujungnya, sisihkan. 

Membuat frappe:

Siapkan blender, masukkan es batu kopi, 1/2 bagian sirup coklat dan susu cair. Blender hingga smooth. Tuangkan ke gelas, semprotkan krim diatasnya. Hias dengan taburan meses dan coklat serut, sajikan.