Melanjutkan cerita acara kulineran saat weekend lalu bersama Pak Kus dan Mbak Fina, keduanya adalah rekan kantor saya. Pemberhentian pertama kami adalah menjajal Bakmi John di jalan Sampit, Blok M, ceritanya bisa di lihat pada link disini. Perut kenyang dan puas, kami lantas lanjut jalan kembali ke Blok M Plaza menuju ke stasiun MRT Blok M yang memiliki connecting langsung ke mal. Di dalam kereta yang melaju ke arah stasiun Bundaran HI ini kami sibuk membuat rencana, akhirnya destinasi berikutnya diputuskan adalah Kelapa Gading. Daerah ini sejak dulu terkenal dengan kelezatan kulinernya dan Mbak Fina bahkan berani menjamin, "Apapun makanan yang dijual di Kelapa Gading pasti enak!" Terus terang area Kelapa Gading bukanlah daerah jelajahan saya, dan kunjungan kesana mungkin bisa dihitung dengan jari, jadi prospek mencicipi makanan disini terasa cukup menggairahkan.
|
Bakmi John di Jalan Sampit, Blok M |
Untuk menuju ke Kelapa Gading kami berniat menjajal LRT, transportasi kereta ini baru saja diresmikan beberapa bulan yang lalu dan belum pernah saya coba. Halte Transjakarta yang paling dekat dengan stasiun LRT Velodrome adalah halte Pemuda Rawamangun. Jadi dari stasiun MRT Bundaran HI kami naik bis Transjakarta ke arah Dukuh Atas, dan dilanjutkan dengan bis lagi menuju Rawamangun, dari halte bis kami menuju ke lorong connecting menuju stasiun LRT Velodrome. Stasiun LRT memiliki bentuk design yang agak berbeda dengan MRT, rangkaian gerbong kereta sangat pendek, hanya 2 gerbong saja. LRT Kelapa Gading ini rutenya pendek hanya menghubungkan seputaran mal di jalan utama Kelapa Gading. Suhu AC menurut saya tidak sedingin MRT, atau mungkin hanya perasaan saya saja karena letak kereta yang terjemur diatas pada siang nan terik itu.
|
Pameran makanan di Mal Kelapa Gading |
Kami tiba di Mal Kelapa Gading sekitar pukul dua siang, dan betapa girangnya kala menemukan stand makanan berjajar di sana. Di Mal Kelapa Gading sedang ada pameran makanan Tempo Doeloe, aneka stand makanan yang menjajakan menu menarik berjibun banyaknya membuat kami bisa menikmati makanan lezat hanya disatu tempat saja, artinya menghemat waktu dan tenaga. Lokasi pameran sangat luas, jajaran meja dan kursi cukup banyak memenuhi area sehingga pembeli bisa duduk dengan nyaman. Kipas angin berhembus di setiap sudut ruangan yang dinaungi tenda besar. Live music bergaung menyanyikan lagi-lagu populer yang dilantunkan oleh suara penyanyi yang merdu.
Untungnya kami telah bersantap di Bakmi John, jadi perut tidak terlalu lapar dan tidak terlalu kalap. Disodori dengan begitu banyaknya pilihan makanan enak saya terus terang bingung juga, semua terlihat lezat! Kami memutuskan membeli makanan jenis camilan yang tidak terlalu berat dan semuanya akan disharing dan disantap bertiga. Untuk membeli makanan di stand disediakan dua pilihan cara pembayaran, membayar menggunakan e-wallet Dana, atau membeli kartu pembayaran berisi saldo di kasir. Konter kasir disediakan dibeberapa tempat dan uang yang tersisa di kartu bisa direfund. Sesi pertama, masing-masing dari kami mengisi saldo sebesar seratus ribu rupiah. Kami memesan ketan susu, es jelly Medan, choipan, dan pempek. Semuanya terasa lezat, terutama es jelly dan choipannya. "Enak semua ya makanannya. Benar-benar nggak zonk kita makan disini," komentar saya antusias. Perut mulai terasa kenyang tapi mata masih lapar melihat jajaran makanan di stand yang memanggil-manggil. Kami memutuskan untuk berjalan dulu menurunkan isi perut di dalam mal sambil mencari kesejukan AC.
Tidak terlalu lama berputar di mal, kami kembali lagi berkeliling di sepanjang stand, kali ini di area yang berbeda. Hasil gerilya di sesi kedua ini kami mendapatkan tahu crispy, es jelly Medan (lagi!), otak-otak ikan, dan asinan. Makanan diserbu perlahan karena perut yang mulai kekenyangan. Kali ini kami duduk di luar tenda, di area terbuka dengan angin semilir mengipasi panasnya siang. Di lokasi ini live music hanya terdengar sayup-sayup sehingga suasananya pas untuk mengobrol dibandingkan lokasi didalam tenda dimana suara kencang musik menghantam bertubi-tubi. Waktu berjalan cepat dan tak terasa jam telah menunjukkan pukul empat sore. Mbak Fina sempat singgah membeli klepon dan putu bambu untuk oleh-oleh Ibunya, kami kemudian berjalan ke kasir mencairkan sisa uang di kartu. Acara kuliner hari itu sangat sukses, kami puas dengan aneka makanan yang disantap hari itu. Pameran makanan Tempo Doeloe ini berakhir di awal September 2019, jadi jika anda berminat hendak mencicipi aneka makanan lezat disana bisa segera melipir ya.
Menuju ke resep kali ini. Sejak melihat di Instagram ada yang share tumis udang tahu dengan tauco beberapa waktu yang lalu, hampir tiap hari makanan tersebut terbayang-bayang dibenak. Udang yang berwarna kemerahan dan tahu yang bergelimang saus pedas pasti sedap disantap bersama nasi panas. Saya selalu punya stok udang di freezer, tapi tahu adalah bahan yang jarang dibeli. Jadi saat weekend tiba langsung saja tahu masuk dalam list belanjaan. Siang harinya tumis tahu udang pun dieksekusi. Saya hanya menggunakan bumbu simple tanpa tauco, agar kuahnya lebih gurih saya tambahkan kecap ikan. Tomat hijau dan tomat cherry digunakan segambreng, tumisan dibuat agak pedas dan rasanya wow, so lekker! Beh, makanan ini sangat berbahaya bagi mereka yang sedang berdiet karena menghabiskan nasi sebakul.😄
Berikut resep dan prosesnya ya.
Tumis Tahu Udang Pedas Tomat Hijau
Resep modifikasi sendiri
Untuk 6 porsi
Bahan:
- 350 gram udang jerbung
- 5 potong tahu ukuran 4 x 4 cm, potong ukuran 2 x 2 cm
- 200 ml air kaldu udang
Bumbu:
- 1 sendok makan minyak untuk menumis
- 1 buah bawang bombay ukuran sedang, rajang kasar (atau 5 siung bawang merah, iris tipis)
- 5 siung bawang putih, cincang halus
- 2 cm jahe, memarkan
- 3 lembar daun salam
- 2 sdm kecap ikan
- 10 buah cabai rawit merah, iris kasar
- 5 buah tomat cherry belah dua atau 1 buah tomat merah potong dadu
- 5 buah tomat hijau, iris tipis
- 2 buah cabai hijau besar, iris serong tipis
- 2 sendok teh gula pasir
- 1/2 sdt garam
- 1 sendok teh kaldu bubuk
Cara membuat:
Siapkan wajan. panaskan minyak agak banyak. Goreng tahu hingga setengah matang, angkat dan tiriskan, sisihkan.
Siapkan semua bumbu, sisihkan.
Siapkan udang dengan kulitnya, lepaskan kepalanya, biarkan kulitnya. Masukkan kepala udang ke dalam panci berisi 400 ml air. Rebus hingga mendidih. Saring airnya, kaldu udang dipakai sebagian untuk tumisan, sisa kaldunya bisa dibekukan di freezer untuk sup atau masakan lainnya.
Siapkan wajan, panaskan 1 sendok makan minyak. Tumis bawang bombay, bawang putih, jahe dan daun salam hingga bawang bombay layu dan sedikit kecoklatan. Masukkan kecap ikan, tumis selama beberapa detik. Masukkan tomat, cabai, aduk dan tumis hingga tomat setengah matang.
Tambahkan udang, aduk dan tumis hingga udang berubah warna menjadi kemerahan.Tambahkan tahu goreng, 200 ml kaldu udang, garam, gula dan kaldu bubuk. Aduk dan tumis hingga mendidih. Cicipi rasanya, sesuaikan asinnya. Angkat.
Ya ampun mba Endang, slama ini kepala dan kulit udang selalu kulempar ke pot buat pupuk tanaman hias. Baru tau kalau bisa jadi penyedap alami jg. Seandainya ditambah pete pasti lebih lazziz ya. Thx mba buat infonya!
BalasHapushahaha, rebus dulu dibikin kaldu Mba, enak gurih buat masakan, nah ampasnya baru jadikan kompos
Hapusci,request resep malatang donk? masakan khas sichuan,thankyou^^
BalasHapusmala soup ya, itu pedes banget keknya hehhee
HapusTerima kasih ya Mba buat resep resepnya. Alhamdulillaah banyak yang sudah sukses dieksekusi...
BalasHapussip, sama2 Mba, thanks sharingnya
Hapus