Pendapat saya, hampir semua karyawan cukup menyenangkan, tidak ada yang bersikap aneh atau menyebalkan, kecuali dua atau tiga karyawan di divisi sales yang sepertinya menjadi momok kebanyakan orang yang bekerja. Sebagaimana perusahaan lainnya dimana tenaga pemasaran menjadi backbone perusahaan, maka di kantor saya pun begitu. Sales atau trader yang menjembatani nasabah melakukan transaksi beli dan jual saham di Bursa Efek melalui perusahaan broker adalah divisi yang mendatangkan pemasukan. Makin banyak mereka melakukan transaksi beli/jual saham, maka makin besar fee yang diterima oleh perusahaan. Tak heran jika sales dengan transaksi tertinggi dan mampu menghasilkan income besar cenderung arogan, 'belagu' dan bossy. Sejak saya bekerja di perusahaan jasa seperti ini entah itu asuransi atau sekuritas maka sales terbaik biasanya memang menyebalkan, walau tentu saja tidak semuanya seperti itu.
Di kantor saya, sales paling menyebalkan disandang oleh satu nama, saya sebut saja dengan Mr. W. Sejak kemunculannya pertama kali di perusahaan, sekitar 4 tahun yang lalu, saya langsung tahu si bapak paruh baya ini adalah tipikal arogan dan mudah memaki-maki divisi support yang menurut dia bekerja tidak sesuai keinginannya. Suaranya yang menggelegar, guyonannya yang garing dan komentarnya yang terkadang melecehkan membuat tekanan darah saya naik jika mendengarnya. Hampir semua divisi pernah terkena makiannya, tapi divisi teknologi informasi, customer service, dan divisi yang berhubungan dengan managemen risiko yang paling sering ketiban pulung. Pernah satu waktu dia berdiri didepan staff IT karena sistem yang trouble, berteriak-teriak seperti orang gila dengan kata-kata kasar yang justru makin membuat team IT semakin nervous. Ancaman bertebaran di udara, mulai dari melaporkan ke Direksi dan Komisaris hingga rekomendasi pemecatan yang menurut saya adalah ancaman yang super lucu. Siapa dia hingga bisa mengajukan pemecatan untuk karyawan lain?
Beberapa bulan lalu, bagian customer service yang terkena semprot karena masalah pembukaan rekening. Mr. W berteriak dengan suara menggelegar dari ruangan sebelah melalui telepon ke Aggnes yang bertugas di customer service. Saya tak mengerti mengapa masih membutuhkan telepon jika suara teriakannya saja bisa terdengar hingga ke kantor sebelah. Telepon kemudian dibanting keras, kami terus terang takjub si telepon tidak berteriak balik memaki. Aggnes diam di kursinya dengan air mata bercucuran, entah siapa yang salah pada kasus ini, tapi yang jelas apapun alasannya saya tetap berada dipihak Aggnes. 😄
Kemarin, Mr. W berjalan terburu-buru ke divisi Managemen Risiko. Dia lantas menunjuk-nunjuk ke sistem di komputer dan berteriak-teriak menuduh sistem salah menghitung. Alasannya, salah satu nasabahnya tidak bisa melakukan pembelian saham karena limit trading yang kurang. "Bagaimana mungkin bisa kurang? Nasabah gue kan masih punya limit trading! Gue gak mau tahu pokoknya dia harus bisa beli!" Bentaknya menggelegar. Kebetulan divisi manajemen risiko duduk pada barisan yang sama dengan meja saya, jadi suara Mr. W ini terdengar sangat keras dan polahnya yang petentang-petenteng tertangkap mata saya. Untung saja, teman saya yang membawahi divisi ini super kalem, tenang, dan nada suaranya tetap santai. Sepertinya mereka yang bekerja pada divisi ini memang harus memiliki karakter yang seperti ini karena setiap hari berhadapan dengan sales tengil.
"Lho, lihat hutangnya dulu dong Pak? Nasabahnya kan masih punya hutang. Ya limitnya nggak cukup dong," jawab teman saya santai. Di tengah suasana sedang panas, tiba-tiba ponsel Mr. W berbunyi, lima menit dia mengoceh-ngoceh memberikan instruksi di telepon entah kepada siapa. Ketika selesai hendak kembali melanjutkan komplain, teman saya sudah mempersiapkan sehelai kertas untuk menjelaskan mengenai posisi hutang dan limit dalam sebuah rumusan, "Jadi nggak bisa trading dong, karena ada posisi hutang sebesar..." Baru saja dia membuka percakapan Mr. W langsung menyambar gahar, "Ya gue tahu tadi salah, nggak menghitung ada posisi hutang, tapi lu nggak perlu bluffing kaya gitu dong! Lu nggak perlu nunjuk-nunjukin kesalahan gue seakan gue ini orang goblok!" Bentaknya kalang-kabut berusaha menutupi kesalahan atau kegoblokan dia sebelumnya.
"Siapa yang mengatakan Bapak goblok?" Tanya teman saya dengan nada mulai naik, yang langsung disambar dengan kata-kata, "Gue tahu lu mau bluffing! Gue tahu lu mau nunjukin seakan gue goblok! Lu nggak perlu gaya-gayaan begitu. Sekarang yang mau gue tahu gimana caranya nasabah gue bisa trading?!" Kami semua yang berada didalam ruangan sama dan berdekatan dengan divisi managemen risiko terdiam, bukan karena takut tapi karena memendam rasa kesal dan amarah dengan gaya Mr. W yang songong. Selama ini jika ada unit atau divisi yang melakukan kesalahan, Mr. W akan menghajar orang tersebut dengan kata-kata kasar, menunjukkan kesalahan hingga sedetail mungkin. Kini ketika kondisi tersebut terbalik, dia sama sekali tidak tahan ketika kesalahannya sendiri dilempar kembali ke wajah sotoynya.
Untungnya rekan di manajemen risiko memiliki kesabaran seluas samudera dan enggan meladeni manusia bonek (bondho nekat) semacam ini. Dia tidak memperpanjang urusan dan hanya menjawab singkat bagaimana caranya agar nasabah tetap bisa melanjutkan transaksinya. "Jawaban itu yang gue mau! Gue gak butuh lu bluffing sana-sini!" Mr. W pergi dengan muka penuh kepuasan dan kemenangan seakan baru saja menang lotere 1 triliun. Gubrak! Hari ini saya mendengar cerita dari rekan yang berada di dalam ruang sales betapa Mr. W berkoar-koar, "Gue marah-marahin tuh orang back office. Nggak ada yang berani sama gue", katanya penuh rasa bangga. Diantara semua jenis sifat buruk manusia, arogan, sombong dan gila hormat adalah karakter yang menurut saya super mengerikan. Manusia-manusia seperti ini susah menghargai orang lain, merasa paling penting, paling hebat dan paling pintar. Begitu mudah menyerang orang lain terutama yang menurut dia lebih lemah posisi atau karakternya, seakan ada kepuasan tersendiri jika orang tersebut terlihat rendah dan ketakutan. Sialnya, manusia seperti ini makin banyak jumlahnya dimuka bumi, dan salah satunya ada dikantor tempat saya bekerja. Apes!
Kembali ke ikan palumara yang kali ini saya posting. Masakan ala Makasar atau Kendari ini memiliki bumbu simple, agar rasanya lezat maka ikan yang digunakan haruslah fresh. Saya menggunakan ikan nila yang masih hidup ketika dibeli, rasa dagingnya kenyal, manis dan tidak amis. Ikan air laut dan air tawar lainnya seperti gurami, mujair dan patin juga lezat diolah dalam kuah asam pedas seperti ini, tapi nila adalah ikan yang paling mudah ditemukan dalam kondisi masih hidup dan harganya lebih murah dibandingkan dengan gurami.
Ketika saya post resep ini di Instagram, banyak yang memberikan komentar. Ada yang mengatakan jika bumbunya kurang lengkap karena minus daun jeruk, lengkuas, jahe, tapi ada yang mengatakan jika bumbunya terlalu banyak karena resep asli palumara menurut mereka yang tinggal di daerah Sulawesi hanyalah asam, kunyit bubuk dan garam. Terlalu banyak bumbu justru membuat rasanya menjadi membingungkan dan merusak cita rasa kuah supnya yang simple. Saya sendiri setuju dengan pendapat itu, terkadang bumbu yang kompleks dan terlalu banyak bukan berarti akan membuat cita rasa masakan menjadi lezat, tetapi justru menjadi tidak keruan, namun saya sendiri belum berani membuat palumara hanya dengan kunyit, garam dan asam saja. Mungkin jika menggunakan ikan laut yang super fresh saya akan mencobanya.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Sy sampai tegang mbak membayangkan mr.w ini.begitulah yaa mbak tipikal sebagian orang yg merasa penting.gampang bgt sok kuasa,gampang bgt ngeremehin orang,tajem pula kt2nya.semoga sadar aja deh si mr.w
BalasHapusnur_padasan
kita semua tegang kalau dia jalan ke belakang, ke bagian back office hahahha
HapusBener banget cerita yg mba Endang tulis, kenapa orang jenis itu makin banyak berkembang biak, bahkan ada yg lebih sok power. tapi abaikanlah orang seperti itu ada masa nya juga tersandung.
BalasHapusBtw resep ikan ini sering saya buat, dan saya tetap pakai bumbu agak lengkap karena masih kurang suka aroma nya kalo ga lengkap bumbu
yep bener banget, di kantor saya dulu sudah ada yang sejenis seperti ini dan kena masalah besar, kita sekantor mengucap syukur hahhahha
HapusJadi penasaran, Mr.W pernah marahin Mba Endang kah? ^^
BalasHapushuahahhaa, saya pernah dimaki2 ketika kami outing di cisarua. Karena saya panitia, dan dia nyasar kemana2 gara2 gak tahu lokasi restoran resort, dia ngamuk2 di resto yang penuh dengan banyak orang.
HapusDulu waktu masih jadi SPG aku pernah ketemu orang model begini mba dan pas dia bikin kesalahan ke aku langsung aku maki maki balik tanpa ampun
BalasHapuswakakkak, saya pernah dimaki2 sama dia, pas saya fight balik dia teriak jauh lebih kenceng, bikin malu saja karena orang2 pada lihat, terpaksa ngalah, orang gak waras soalnya jadi percuma dilawam
Hapussuedeeepp dan segerrr ini mbak Endang, klo aku sukanya bandeng, kdg tmbh daun jeruk n jahe klo ada.
BalasHapusmakasih sharingnya ya
-uky-
memang seger ya, pakai bandeng juga mantap!
HapusAku ikutan deg2an baca prolognya, kirain di endingnya bakalan ada cerita Mr. W tobat tapi ternyata belum ya 😅 Semoga cepet2 diberi hidayahlah si Mr.W.
BalasHapusOiya, Mamaku orang Makasar sering buat ikan palumara ini dan resepnya emang simpel bgt, cuman pakai bawang merah, asem, kunyit dan garam. Kuncinya ikannya harus segar. Thank you udh share resep ala mba Endang yaaa
Duhh itu mr.W kenapa gak ada yg ndamprat sih? Ikutan emosi
BalasHapus