Resep ketupat Kandangan ini saya peroleh dari Mas Wahyuda Akbar di Banjarmasin, dia adalah salah satu pembaca JTT yang sering memberikan komentar di blog maupun IG. Resep ini diemail sejak tahun 2017 bersama beberapa resep masakan khas Kalimantan lainnya seperti wadai ipau basumap, akhirnya salah satu resep yang diberikan berhasil diwujudkan minggu ini. Ketupat Kandangan ini sebenarnya sudah lama masuk kedalam rencana untuk dibuat, apalagi sejak tiga rekan kantor melakukan wisata kuliner ke Banjarmasin tahun lalu. Mbak Fina, salah satu rekan yang berangkat, sempat mencicipi ketupat Kandangan dan langsung meminta saya segera mencari resepnya. Tentu saja itu request yang mudah mengingat resep asli langsung dari Kalimantan sudah mendekam di bank recipes di blog, tapi masalahnya ketupat Kandangan menggunakan ikan gabus yang susah diperoleh di pasar atau supermarket di Jakarta, khususnya diseputaran tempat saya tinggal. Jadi saya pun menunggu, menunggu hingga ikan gabus muncul ke permukaan dan mendarat di meja tukang ikan. Penantian itu pun akhirnya berakhir ketika minggu lalu saya menemukannya di TransMart, ITC Ambassador. 😃
Sebenarnya di Superindo ikan ini sering tersedia tetapi ukurannya tobat kecilnya, hanya sebesar jempol kaki saya. Tidak lucu juga menampilkan ketupat Kandangan dengan ikan gabus mini yang tampak seperti lele. Di pasar Blok A, sudah bisa dipastikan, gabus adalah ikan yang tidak pernah saya lihat pernah beredar. Pasar Blok A yang setengah hidup dan setengah zombie ini sebenarnya bukan pasar yang sesungguhnya hanya jajaran lapak penjual di sebuah jalanan kecil yang terbentang didepan rumah penduduk, tak heran bahan makanan yang dijual pun terbatas. Teman saya Novi di Cisauk, Tangerang, pernah mengirimkan WA hasil belanjaannya hari itu. Seekor ikan gabus berukuran sebesar lengan saya (yang memang tobat besarnya!), yang katanya baru saja ditangkap dengan pancingan. Tukang pancing ikan ini sering lewat didepan rumah penduduk menawarkan hasil buruan hari itu. Saya membayangkan betapa fresh daging si gabus, pasti kenyal dan manis rasanya. Saya hanya bisa memendam rasa iri melihatnya.
Gabus seukuran lengan orang dewasa tentu saja mahal harganya, Ibu saya tidak pernah membelinya karena selain mahal juga kami tidak terlalu suka dengan rasa ikan sungai yang berlumpur. Hidup dan sempat dibesarkan di Tanjung Pinang dimana ikan laut adalah camilan sehari-hari, maka ikan sungai benar-benar tidak mengundang selera. Nah alm. Nenek saya, yang biasa kami panggil Mbah Wedhok sangat suka ikan sungai, at least seminggu sekali beliau akan membawa ikan atau belut dari pasar dan diolah dalam aneka masakan yang hanya Mbah dan Tuhan yang tahu resepnya, yang jelas rasanya laziz. Saat itu saya tidak berminat dengan dunia kuliner, boro-boro menanyakan resepnya, mencicipi hasil masakannya pun jarang. Mbah biasanya akan memanggang si gabus di kompor batunya yang berbahan bakar kayu hingga mengeluarkan aroma smoky yang menggiurkan dan memasaknya dalam kuah seperti mangut. Alm. Bapak saya adalah fans berat masakan buatan Mbah Wedhok.
Kuah ketupat Kandangan aslinya berwarna putih pucat, seperti opor ayam putih, bukan kekuningan seperti yang saya tampilkan ini. Karena tidak teliti membaca resep yang diberikan Mas Wahyuda (dia tidak menyebutkan kunyit sama sekali dibumbu halus!), saya memasukkan sepotong kecil kunyit kedalam blender dan memprosesnya bersama bumbu. Saya baru menyadari kesalahan ini kala hendak memposting resep di Instagram! Jadi jika warna kuah ketupat Kandangan ini dianggap tidak sesuai, bukan karena salah yang memberikan resep, tapi karena saya yang terlalu pede mengeksekusinya. Sebenarnya resep membuat ketupatnya pun diberikan dengan penjelasan detail mengenai tekstur ketupat yang tidak homogen seperti ketupat lebaran dan agak 'ambyar' ketika disantap, tetapi saya memilih membeli ketupat jadi di pasar. Biasanya ketupat Kandangan disantap dengan cara meremas ketupat dan kuah dengan jemari tangan dan dimakan langsung menggunakan tangan, tanpa sendok atau garpu.
Untuk rasanya, mantap! Kombinasi terasi, kencur dan santan membuat kuah terasa unik dan lekker. Saya sampai menambah berkali-kali, hanya ketupat dan kuah tanpa ikan. Karena kuah ketupat sama sekali tidak pedas (cabai diresep hanya untuk memberikan rona warna lebih cerah pada kuah), maka sambal diperlukan sebagai pelengkap. Sambal untuk ketupat Kandangan adalah sambal acan, sejenis sambal terasi (belacan) yang menggunakan cabai, bawang merah, terasi dan belimbing wuluh. Rasanya yang pedas dan asam ini benar-benar membuat level kelezatan ketupat Kandangan meningkat drastis.
Thanks untuk Wahyuda Akbar Rifani untuk resep ketupat Kandangannya ya maknyus! Berikut ini resep dan prosesnya ya.
Ketupat Kandangan
Untuk 4 porsi
Tertarik dengan resep berkuah yang enak buat ketupat / lontong lainnya? Silahkan cek link dibawah ini ya:
Opor Ayam Kuah Putih
Lontong Sayur dengan Telur Balado
Goreng Asem Daging Sapi
Bahan:
- 5 buah ketupat, potong dadu
- 1 ekor ikan gabus yang agak besar, siangi potong menjadi 4 - 5 bagian (bisa menggunakan ikan air tawar lainnya, atau ayam dan telur asin rebus)
Bumbu ikan dihaluskan:
- 1 sendok teh garam
- 2 cm kunyit
- 2 sendok makan air asam jawa
- 1 siung bawang putih
- 1/2 sendok makan ketumbar bubuk
Bumbu kuah dihaluskan:
- 5 butir kemiri
- 5 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 1 cm kencur
- 2 cm jahe
- 1 sdt terasi bakar
- 1 buah cabai merah keriting
Bumbu kuah lainnya:
- 3 cm lengkuas dimemarkan
- 2 batang serai dimemarkan
- 1,5 sendok makan gula merah
- 1 sendok makan air asam jawa
- 2 sendok teh garam
- 1 sendok teh kaldu bubuk
- 1 butir telur
- 500 ml santan kekentalan sedang
- 300 ml air
Bahan sambal acan:
- 10 buah cabai rawit merah
- 3 siung bawang merah
- 4 buah belimbing wuluh
- 1 sendok teh terasi bakar
- 1/6 sendok teh garam
- 1 sendok teh gula pasir
Pelengkap:
- bawang putih dan bawang merah goreng
Cara membuat:
Siapkan ikan gabus yang sudah disiangi sisik dan dibuang insang serta isi perutnya. Cuci bersih, potong menjadi 4-5 bagian. Lumuri permukaan dan rongga badannya dengan bumbu ikan yang dihaluskan. Diamkan 15 menit. Siapkan wajan, panaskan 2 sendok makan minyak.Tata ikan diatasnya dan goreng hingga kecoklatan. Atau panggang ikan di bara / alat panggang hingga matang. Angkat, sisihkan.
Gunakan wajan bekas menggoreng ikan, tambahkan 2 sendok makan minyak. Tumis bumbu halus untuk kuah hingga harum, masukkan lengkuas dan serai, aduk dan tumis hingga bumbu matang. Tambahkan air asam, gula, garam dan kaldu bubuk, aduk rata. Angkat dan sisihkan.
Siapkan panci, masukkan santan dan air, rebus dengan api kecil hingga mendidih. Masukkan telur kocok, aduk cepat hingga rata. Masukkan tumisan bumbu, aduk rata dan rebus hingga mendidih. Masukkan ikan, rebus selama 5 menit dengan api kecil hingga semua bahan matang dan ikan meresap bumbu kuah. Cicipi rasanya, sesuaikan asin dan garamnya. Masakan tidak asam jadi jangan tambahkan air asam jawa. Angkat, sisihkan.
Membuat sambal acan:
Sajikan ketupat dengan ikan, kuah dan sambal acan. Taburi dengan bawang merah dan bawang putih goreng.
Sumber:
Wikipedia - Snakehead (fish)
Wikipedia - Kandangan
Mba, tips membawa ikan dari kantor ke rumah bagaimana? Semenjak pindah kantor membuat saya kadang malas membawa bekal karena bingung jika ingin membeli protein di supermarket deket kantor bingung bagaimana membawanya pulang. Perjalanan kantor - rumah menggunakan KRL kurang lebih 2 jam. Terima Kasih Mba
BalasHapusikan mentah saya biasanya minta es batu didalam kantungnya, trus masuk freezer dikantor hehehe. Jadi ketika ppulang kondisinya beku
Hapusaseeek kayanya ini peralatan yg kemarin beli di ubud ya mbak endang? ciamik dehh :)
BalasHapusiyaaa, hahhahaha
HapusAku paling seneng kalo Mbak Endang crita ttg masa kecil di Paron. Bikin buku mb ttg kenangan di Paron. Tentang ikan Kuthuk wes suwe tenan aku ga denger ada yg blg ikan ini. Jadi langsung mbayangin masa kecil di sby. Suka banget cari ikan kutuk di kali sama buah keres sama temen2 wkwkwk. Masa kecil emang paling menyenangkan banyak adventure nya. Sukses terus ya mb.
BalasHapusIya, masa kecil anak2 dulu beda sama sekarang ya, gak ada gadget jadi mainannya di tegalan dan sawah hhahhaha
Hapus