Saya sejujurnya kurang suka dengan mi Aceh, baik goreng maupun kuah. Bagi lidah Jawa saya, rasa mi yang dominan rempah dan asin, kurang cocok dengan selera. Mi goreng Jawa yang manis kecoklatan lebih menjadi favorit. Seingat saya, baru dua kali saya mencoba mi Aceh. Warung pertama di area terminal bis Blok M, warung ini sudah beroperasi sejak lama, bahkan sebelum penjual mi Aceh banyak tersebar dimana-mana di Jakarta. Penjualnya adalah orang Aceh asli, dan selain mi mereka menjual rujak buah khas Aceh. Warungnya selalu ramai, si Bapak meletakkan kompor dan wajan super besar didepan warung dan setiap kali dia memasak mi goreng saya jadi ngiler dibuatnya. Satu waktu saya pun iseng mampir dan menjajal mi goreng Acehnya, menurut saya not so special. Rempah, rasa pedas dan asin lebih mendominasi. Percobaan kedua mencicipi makanan ini di food court mall Ambassador, ada satu resto mi Aceh yang menjulnya bersama roti cane dan kuah kari. Rasanya tak jauh beda dengan versi di Blok M, hanya yang ini tidak terlalu banyak rempah sehingga lebih mild rasanya, tapi tetap saja tidak sesuai dengan taste saya. Saya suka dengan masakan Aceh, beberapa bahkan saya coba eksekusi di rumah, tapi khusus mi Aceh sepertinya saya mengibarkan bendera putih tanda menyerah.
|
Bubuk Kari |
Pengalaman itu membuat saya agak ragu hendak mempraktekkan resepnya. Siapa yang akan menyantapnya? Lagi pula mi Aceh menggunakan mi lidi kekuningan yang khas, mi ini bisa dibeli di online shop, tapi pengalaman buruk dengan mi lidi kala membuat mi gomak masih terbayang. Waktu itu saya membeli mi lidi di supermarket di Batam, dan ketika dimasak rasanya tidak terlalu enak. Banyak yang mengatakan mi yang saya beli kurang bagus merknya, tapi berhubung ini pengalaman pertama memasak mi lidi sendiri, saya pun kurang tahu mi seperti apa yang enak. Nah karena alasan-alasan itulah maka resep mi Aceh tidak pernah saya posting di blog. Tapi bukan berarti keinginan hendak mencobanya tak pernah padam. Makanan, apapun bentuknya, suka atau tidak, layak untuk dicoba dan dishare resepnya. Selain membunuh rasa penasaran, juga menambah koleksi resep di blog. Jadi ketika minggu lalu saya mendapat kiriman bubuk kari Padang dari Mbak Umul Huda, mi Aceh pun saya coba.
Ketika saya post rujak Pindang di Instagram JTT beberapa waktu yang lalu, seorang pembaca setia JTT, Mbak Umul Huda Alchair di Padang mengirimkan saya DM. "Mbak, minta alamatnya ya, saya mau kirim pisau gobet untuk mengiris buah khas rujak pindang Bali," katanya. Memang rujak kuah pindang Bali memiliki keunikan selain kuah pindangnya juga irisan buahnya yang tipis dengan permukaan bergelombang. Waktu ke Bali bulan lalu, saya lupa hendak berburu pisau gobet ini, jadi tawaran Mbak Umul langsung saya sikat. Tak disangka selain pisau saya mendapatkan kiriman bubuk kari Padang yang harum aromanya, plus keripik singkong yang langsung dibagikan ke anak-anak kantor. Pisau gobetnya belum saya pergunakan untuk mengiris buah tapi bubuk karinya langsung dicoba di resep mi Aceh kali ini. Saya bahkan mendapatkan resep gulai kambing khas Padang yang ingin saya coba praktekkan, mungkin kalau berhasil menculik sepotong paha kambing di freezer adik saya, Wiwin, maka resep itu akan terlaksana. Wish me luck! 😅
Resep mi Aceh ini hasil mengira-ngira sendiri, menurut saya masakan ini tidak terlalu ruwet, bagian terpenting hanyalah rasa pedas dan aroma rempah kari. Sisanya tidak terlalu penting. Tak ada mi lidi tak masalah, diganti dengan spaghetti yang menurut saya lebih lembut dan enak rasanya. Mi Aceh biasanya menggunakan protein daging sapi, udang dan cumi-cumi. Informasi salah satu pembaca di IG, jarang sekali penjual mi Aceh di Aceh yang menggunakan daging ayam, walau menurut saya not bad juga. Jamur terkadang juga bisa dimasukkan selain sayuran berupa caisim, kol dan tauge. Untuk dagingnya saya pakai daging sapi irisan untuk sukiyaki yang tipis, daging seperti ini mudah matang dalam sekejap, jika tidak ada bisa menggunakan daging sapi cincang biasa. Mi Aceh biasanya ditemani dengan acar ketimun dan kerupuk, jadi jangan lupa untuk menyediakannya juga ya.
Nah kali ini rasa mi Aceh ini sesuai dengan selera, saya tambahkan sedikit kecap manis agar ada balance asin dan manis. Baru kali ini saya mampu menyantap mi Aceh dalam porsi besar. Sisa mi saya bawa ke kantor dan dibagikan ke teman-teman kantor, Mbak Fifi langsung memberikan jempolnya, "Sedap banget Mbak!"
Berikut resep dan prosesnya.
Mie Goreng Aceh
Resep modifikasi sendiri
- 200 gram spaghetti kering
- 250 gram daging sapi sukiyaki (atau daging sapi cincang, udang, cumi, ayam, jamur)
- 1 mangkuk tauge
- 1 batang daun bawang rajang halus
- 3 batang pak choi, rajang kasar
Bumbu dihaluskan:
- 3 siung bawang putih
- 4 siung bawang merah
- 3 butir kemiri
- 3 buah cabai merah keriting
- 5 buah cabai rawit
- 1 cm jahe
Bumbu dan bahan lain:
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
- 1 sendok makan bubuk kari
- 1/2 sendok makan cabai bubuk
- 2 sendok makan kecap manis
- 2 sendok makan kecap asin
- 1 sendok teh kaldu bubuk
- 1/2 sendok teh garam
- 1/2 sendok teh merica bubuk
Bahan acar:
- 2 buah ketimun kupas buang bijinya, iris tipis
- 1/2 sendok makan gula
- 1/4 sendok teh garam
- 1 sendok teh cuka
- 50 ml air
- 2 buah cabai rawit merah rajang halus
Pelengkap:
- kerupuk
- 1 buah tomat, iris tipis, optional
- bawang merah goreng
- daun bawang rajang halus
Cara membuat:
Siapkan semua bahan acar, aduk jadi satu. Cicipi rasanya, sesuaikan asin manisnya. Sisihkan.
Rebus spaghetti hingga matang (al dente), angkat, tiriskan. Masukkan ke mangkuk, potong menjadi ukuran pendek, sisihkan. Potong daging sukiyaki menjadi potongan sepanjang 3 cm, sisihkan.
Panaskan 1 sendok makan minyak di wajan, tumis bumbu halus hingga harum dan matang. Masukkan daging sapi cincang, aduk dan tumis hingga daging tidak pink lagi. Masukkan bubuk kari, cabai bubuk, kecap manis, kecap asin, garam, merica dan kaldu bubuk, aduk dan tumis selama beberapa detik. Masukkan pak choi, aduk dan tumis hingga layu.
Tambahkan tauge, aduk dan masak selama 1 menit, angkat. Tuangkan tumisan ke spaghetti di mangkuk, aduk hingga rata. Cicipi rasanya, sesuaikan asinnya. Sajikan dengan acar ketimun, kerupuk dan taburan daun bawang.
Saya termasuk yang penasaran dgn mie aceh, karena liat penampakan foto2nya. Tapi satu2nya mie aceh yg pernah saya makan ya dalam bentuk mie instan. Mau coba bikin sendiri, tp terkendala sama jenis mie nya. Ternyata bisa pake spaghetti ya, mbak. Pengen coba ah.
BalasHapusmenurut saya mi instan tdk terlalu mirip dengan mi aceh yang sebenatrnya, tapi mi instan lebih enak hehehe
Hapusmba endang, untuk merek bubuk kari yg digunakan di resep ini apa ya mba ?
BalasHapusterima kasih infonya.
ini saya dapat dr pembaca Mba, tapi kalau mau pakai merk Babas atau Malabar enak rasanya, bs dicek di onlen shop
HapusUdh exited bgt nyoba mi aceh ternyta gx co2k ma lidah...😖😖
BalasHapusPengen bikin sendiri ach pke resep ne.... tax y mba....😍😍😍
Udah cobain resep ini dan enak banget! Suami saya penggemar makanan berbumbu medhok kyk gini dan ga pernah nolak dimasakin mie aceh ala JTT. Thanks resepnya Mb Endang!
BalasHapusHai mbak Endang. Sy bukan org Aceh, Jawa malah😊tp mie Aceh enak- enak aja di lidah saya. Biasanya sy bikin sendiri. Mienya pake spaghetti, bumbunya beli di abang- Abang bumbu dipasar. Bilang aja bumbu kari gitu. 5 rb aja. Buat sekali masak. Trus tambah enak lagi kalo dimakan pake acar bawang merah, diiris tipis campur rawit ijo. Taburi bawang goreng dan emping. Dijamin merem melek.hehehe
BalasHapus