Akhir-akhir ini saya agak malas menerima endorsement. Alasan pertama karena ada rasa tidak nyaman memaksakan diri mengolah resep menggunakan satu produk, terutama jika produk tersebut menurut saya tidaklah oke-oke amat. Alasan kedua adalah terkadang tuntutan yang macam-macam dari klien - yang sebenarnya wajar diajukan karena mereka membayar pekerjaan tersebut - seringkali tidak sesuai dengan ide saya. Misal background foto dengan warna tertentu (ada yang meminta warna pink!), produk yang harus terlihat super besar dilayar, menampilkan wajah diri atau melakukan satu aktifitas yang berhubungan dengan produk yang akan dipromosikan. Jiwa kreatifitas saya yang ingin merasa bebas mengekspresikan diri terasa terkekang dengan segala macam syarat yang diajukan, hingga seringkali pengajuan endorse saya tolak. Jika harus mengerjakan aktifitas masak-memasak yang sebenarnya hanyalah hobi ini dengan rasa tertekan sebagaimana saya bekerja di kantor yang digaji setiap bulan, maka lebih baik tidak saya kerjakan sama sekali. Saya akui saya tidaklah terlalu idealis untuk banyak hal, tapi urusan kreatifitas saya enggan diatur. Mungkin itu yang membuat saya susah berkembang di dunia kuliner dan medsos ini. 😅
Alasan ketiga, ini mungkin adalah alasan yang paling membuat saya bete, adalah seringkali brand yang punya nama dan menggunakan jasa agency membayar pekerjaan dalam kurun waktu yang lama. Bisa hingga berbulan-bulan hanya untuk satu pembayaran yang nominalnya menurut saya kecil. Tarif endorse saya toh masih skala kaki lima, selama feenya masih mengcover biaya memasak, tenaga dan waktu yang habis dicurahkan untuk membuatnya maka tidak perlu menetapkan tarif yang mengerikan. Apalagi follower di Instagram yang hanya seciprit jumlahnya. Agency ini menuntut influencer (mereka menyebut tukang jasa endorse ini dengan sebutan itu, walau swear saya sama sekali tidak pernah merasa pernah menginfluence orang lain) dengan banyak syarat, minta segera diposting dalam tempo sesingkat-singkatnya, meminta data insight seenak jidat (kadang jam 10 malam), dan ketika tiba di masalah pembayaran mereka seakan menghilang dan lupa!
Saya bahkan harus melakukan follow up, berkali-kali mengirim WA menagih (pekerjaan yang paling saya benci didunia adalah menagih entah itu janji atau hutang), seringkali harus mengulang mengirim invoice atau kontrak (bermaterai!) karena yang dulu pernah saya kirimkan entah mendarat dimana di kantor agency yang sepertinya super hectic dan tak ada koordinasi. Setelah semua itu dipenuhi saya tetap harus bertanya dan bertanya lagi kapan hak saya dibayar. Jika anda membaca artikel ini dan kebetulan bekerja di agency seperti ini, please tolonglah hargai kami yang sudah bekerja keras memasak, memotret dan posting di IG. At least berilah informasi dan update yang baik kapan fee akan dibayarkan. Bukan masalah nominal uangnya yang membuat saya bete tapi masalah hak atas kerja yang terasa disepelekan.
Alasan keempat adalah agency, yang tidak beretika, contohnya seperti ini, "Mbak, bisa minta rate card JTT untuk post resep di feed IG dan story? Klien saya (menyebutkan satu nama brand keju terkenal) hendak melakukan campaign dalam waktu dekat." Pesan ini diajukan di IG, sekaligus meminta no WA agar lebih mudah dihubungi, percakapan selanjutnya kami lakukan di WA. Mata saya agak melek membaca brand yang akan melakukan endorse, rate card kemudian dikirimkan. Pesan selanjutnya yang datang adalah, "Jadi nanti Mbak akan memasak satu resep menggunakan produk keju ini, dan hasil masakan nanti ditampilkan bersama Mbak dan anak." Okeh, yang satu ini tentu saja tidak bisa saya lakukan, anak siapa yang akan saya gotong untuk berfoto bersama bukan? Tentu saja ada Kirana dan Aruna, dua keponakan saya, tapi tobat, mereka berdua tinggal di Cilebut! "Wah maaf Mbak, kalau berfoto sama anak saya nggak bisa ya, saya single dan tidak ada anak-anak disekitar saya," jawaban yang saya berikan. Si Mbak tidak memberikan penjelasan apa-apa, menghilang, silence begitu saja, seakan jailangkung datang tak diundang pergi tak ada salam. Kasus seperti ini banyak terjadi.
Dua bulan berikutnya, si mbak dari agency ini mengkontak lagi via WA. Saya yang sebenarnya sudah bete tetap menjawabnya karena bagaimanapun ini rejeki yang datang. "Mbak, ini klienku mau campaign produk A (produk keju yang sama!), bisa kirimkan rate cardnya," saya pun mengulang mengirimkan rate card yang sebenarnya tak pernah berubah selama beberapa tahun ini. "Jadi nanti akan dipost saat bulan puasa menjelang Idul Fitri, mbak mudik kan ya?" Teng tong! Saya nyengir membacanya, "Saya tinggal di Jakarta Mbak, tidak mudik." Sebagaimana kasus sebelumnya, kali ini pun sama, tidak ada reply meninggalkan saya memaki-maki diri sendiri mengapa sejak awal harus menghabiskan waktu menjawab WA manusia yang satu ini.
Sejak itu saya banned nomor WA dia dan juga produk keju yang pernah diajukan, hingga satu hari saya dikontak dari agency berbeda dengan brand keju yang sama. "Mbak, kami mau mengirimkan hampers berisi produk keju A, bisakan nanti dipost di IG JTT?" Walau si Mas mengirimkan pesan dengan kata-kata sopan tapi saya yang sudah terlanjur kesal langsung menolaknya. Dia agak terheran-heran dengan penolakan saya mengingat hampers berisi produk keju adalah gift cuma-cuma dan tugas saya hanya memotret dan post. Tapi mau bagaimana lagi, saya benar-benar sudah antipati dengan brand tersebut, daripada tekanan darah naik lebih baik tidak usah berurusan sama sekali. 😂 Tapi tentu saja tidak semua agency begitu, banyak juga yang super baik, sopan dan beretika. Banyak juga yang super helpful, memudahkan saya dalam resep dan menampilkannya di foto. Untuk mereka yang seperti ini saya ucapkan arigatou!
Menuju ke resep pesto brokoli kali ini. Pesto adalah sejenis saus yang berasal dari Italia yang terbuat dari daun basil, pine nut, bawang putih, garam, minyak zaitun dan keju keras seperti Parmesan. Dalam perkembangannya pesto juga bisa dibuat dari bayam, brokoli atau jenis sayuran hijau lainnya. Saus ini biasanya disantap bersama pasta, roti atau sebagai topping pizza, bahkan beberapa resep menggunakan pesto pada ayam yang dipanggang di oven sebagai pengganti saus barbecue. Pesto dari basil tentu saja memberikan rasa dan aroma rempah yang lebih kuat dibandingkan jenis pesto dari sayuran umumnya sehingga lebih terasa di ayam panggang atau topping pizza. Sayangnya daun basil segar susah ditemukan di supermarket, jikalau ada harganya sangat mahal hanya untuk beberapa tangkai basil. Beberapa kali membuat pesto saya menggantinya dengan horenso atau brokoli dan peterseli. Pine nut atau kacang pinus biasanya yang menjadi bahan pesto original, karena mahal saya biasanya menggantinya dengan walnut, almond atau biji bunga matahari seperti resep kali ini. Pesto brokoli sedap untuk olesan roti bersama keju atau disantap bersama rebusan pasta.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Rigatoni dan Ayam dengan Pesto Brokoli
Resep modifikasi sendiri
Untuk 2 porsi
Tertarik dengan masakan dari brokoli lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Bahan ayam:
- 2 potong fillet dada ayam
- 1/4 sendok teh garam
- 1/4 sendok teh merica
- 1 sendok makan air jeruk lemon
- 1 sendok makan minyak zaitun
Bahan pesto:
- 1 bonggol brokoli
- 1 ikat kecil daun peterseli/parsley
- 5 sendok makan biji bunga matahari / pine nuts / walnut / almond
- 3 siung bawang putih
- 2 - 3 sendok makan jus lemon
- 1 sendok teh kulit jeruk lemon parut
- 1 sendok teh cabai kering cincang kasar
- 150 ml minyak zaitun
- 80 gram keju Parmesan atau keju cheddar parut
- 1/4 sendok teh garam
- 1/2 sendok teh merica hitam tumbuk kasar
Bahan lain:
- rigatoni, atau jenis pasta lainnya
- keju Parmesan untuk taburan
Cara membuat:
Membuat pesto:
Masukkan bayam, kacang, jus lemon, kulit jeruk, bawang putih ke food processor atau chopper, proses hingga hancur. Masukkan minyak zaitun sedikit demi sedikit sambil mesin berputar hingga adonan smooth.
Masukkan keju Parmesan, garam, cabai, merica, proses hingga tercampur baik saja. Matikan alat, cicipi rasanya, sesuaikan asinnya.
Siapkan dada ayam, potong memanjang jadi dua bagian. Pukul-pukul permukaannya hingga potongan dada ayam agak pipih dan serat sedikit hancur. Kucuri permukaannya dengan air jeruk lemon, olesi dengan minyak zaitun. Taburi dengan merica dan garam. Panaskan pan, panggang ayam selama 1 menit (jangan dibalik-balik). Balikkan ayam, kecilkan api. Tutup pan dan masak dengan api kecil selama 5 menit. Angkat, diamkan selama 5 menit sebelum disajikan.
Rebus pasta hingga al dente, tiriskan, tuangkan ke piring saji. Beri 2 - 3 sendok makan pesto, aduk rata. Iris dada ayam, tata diatas pasta, sajikan.
Nak Endang, ini pertama kali saya mencoba komen di blog Nak Endang. Dari narasi Nak Endang di atas saya paham sekarang kenapa ada orang yang begitu lebay dalam mengiklankan suatu produk di akun IGnya. Saya pernah melihat seseorang mengendorse sebuah merk saus tomat dan saus tiram sedemkian rupa sampai saya tertarik mengeceknya di supermarket. Ternyata setelah saya baca bahan2nya tetap saja mengandung pewarna dan additives lain yang sedapat mungkin saya hindari.
BalasHapusTernyata ketidaksopanan dan ketiadaan etika juga melanda dunia endorsement!!! Merk keju yang menginginkan diendorse Nak Endang itu mungkin yang banyak beredar di pasaran ya... Kalau benar yang "itu", untung Nak Endang tidak jadi mengendorsenya. Itu saya rasa keju abal-abal, susu sapinya hanya beberapa persen. Bahan lainnya entah apa, entah menyehatkan atau tidak, kita tidak pernah tahu dengan pasti... rasanya pun aneh buat mereka yang sudah pernah merasakan keju yang benar-benar keju.
Tetaplah menjadi diri Nak Endang sendiri seperti yang selama ini sudah Nak Endang lakukan. Terimalah tawaran endorsement barang-barang yang berkualitas baik saja dan memuliakan konsumen.
Terima kasih Bu Hiendra, akhirnya bisa komen di blog ya, heheheh. Memang kadang buah simalakama terima endorsement, satu sisi perlu uangnya, sisi lain bertentangan dengan hati nurani apalagi kalau produknya zonk. Yang jelas semua pengiklan pasti akan bilang produknya no 1.
Hapusthanks ya Bu selalu menyempatkan diri membaca blog saya, sukses selalu! salam
Iya, Nak Endang... akhirnya saya bisa komen di blog juga. Jadi tidak seperti yang sudah-sudah, menanggapi blog tapi komennya di IG wkwkwkwk... Semoga segera ada tawaran endorsement dari para produsen produk-produk bermutu yang ramah lingkungan, menghargai kesehatan masyarakat, dan memiliki etika bisnis yang bagus. Semakin sukses, Nak Endang!
HapusThanks Bu Hiendra, sukses juga yaa
HapusMbak endang, akupun mau kirim alpukat belum jadi jadi..hahhaha
BalasHapusWaktu itu mbak endang lagi sibuk, jadi belum mau dikirimin alpukat ðŸ¤ðŸ¤
waakkak
Hapus