Perjuangan saya berjibaku memberantas tikus sudah berjalan selama satu minggu ini, dan sama sekali tidak berhasil saudara-saudara. Saya terlalu lama menunggu berperang dengan mereka, membiarkan bersarang, beranak-pinak di halaman, membangun kerajaan dan menjadi raja disana. Kini ketika nafsu untuk membasmi mulai menggelora, saya dihadapkan pada kenyataan pahit. Ternyata tidak mudah mengusir tikus yang sudah bersarang didalam lubang bertahun-tahun lamanya. Halaman didepan rumah adalah tanah terbuka, dulu sebenarnya semua permukaannya tertutup paving, tapi karena saya ingin air hujan meresap dengan baik ke tanah, semua paving itu dilepas. Kini saya menyesalinya. Selain karena tikus, juga karena rumput dan tanaman liar dengan cepat memenuhi permukaan tanah. Setiap empat bulan sekali, saya harus meminta tolong bapak pengangkut sampah untuk membersihkannya. Apalagi saat kondisi basah setiap hari seperti saat ini, rumput begitu mudahnya tumbuh dengan cepat.
Awalnya hanya ada satu lubang tikus. Satu lubang tikus, kemudian bertambah menjadi dua, dan akhirnya saya menemukan lubang ke tiga. Saya malas berurusan dengan tikus, semua lubang tersebut saya biarkan disana. Setiap malam, suara tikus mencicit terdengar nyaring dari jendela kamar yang memang tepat menghadap ke taman. Suara bergedubrakan pot-pot kembang yang digulingkan atau tikus yang sedang berkelahi tak saya hiraukan walau sebenarnya sangat mengganggu. Bahkan ketika sebatang pohon paprika yang sedang berbunga dihajar hingga yang tersisa hanya batangnya saja, saya masih mengelus dada, memaki-maki sendiri but do nothing. Setiap malam kala sedang duduk diteras menikmati semilir angin, seekor atau dua ekor tikus lewat didepan mata, berjalan santai keluar atau masuk melalui terowongan dibawah gerbang pagar, ukurannya yang sebesar anak kucing membuat saya merinding sendiri. Bahkan kucing-kucing kampung yang hobi duduk-duduk dihalaman rumah tak satupun ada yang berani menghadapi tikus-tikus ini. Tom and Jerry yang suka berantem, tak pernah terjadi dihalaman saya.
Minggu lalu, saya mengatakan enough is enough! Bibit paprika, selada, tomat, dan cabai yang sejak beberapa minggu ini disemai mulai menunjukkan petumbuhan dan beberapa sudah sepanjang 10 cm. Tak ingin mengulangi kejadian zonk sebelumnya saya pun mulai berjibaku memerangi tikus, lebih tepatnya lubang tikus. Hal pertama yang saya lakukan adalah menutup dua buah lubang tikus didekat tembok pagar bersebelahan dengan rumah tetangga. Dua lubang ini relatif baru dan ukurannya tidak sebesar lubang utama yang terletak ditengah halaman. Saya menutup lubang dengan mengguyurkan banyak batu kerikil, menumbuknya sekencang mungkin hingga benar-benar padat. Keesokan harinya ketika saya cek, satu lubang kembali terbuka, berarti ada tikus yang bersarang disana. Kali ini saya mencari batu yang ukurannya lebih besar, ditambah dengan segala macam kayu-kayuan agar lubang tertutup sempurna. Menumbuknya lebih kuat dari sebelumnya hingga lengan terasa pegal. Keesokan harinya dan hari hari berikutnya, lubang itu tidak terbuka kembali. Misi pertama sukses!
Misi selanjutnya adalah menutup lubang utama yang ukurannya cukup besar. Diameternya sekitar 10 cm, entah ada berapa tikus yang bersarang disana, yang jelas saya sering melihat seekor tikus besar dan gendut bersliweran disekitar lubang tersebut. Tikus ini jenis tikus got, berwarna hitam, biasa disebut dengan tikus warok saking besarnya. Bahkan kucing pun hanya menatap nanar kala tikus ini berjalan dengan pongah mondar-mandir didepan hidung mereka. Setiap malam ketika saya duduk diteras, tikus dari lubang ini tampak tidak takut dengan kehadiran saya, berlalu-lalang dengan cueknya. Saya kemudian mengambil beberapa batu paving yang berat, memasukkannya kedalam lubang, memukulnya sekuat tenaga hingga batu melesak, menimbunnya dengan tanah, memadatkannya dengan injakan kaki hingga saya sendiri mungkin susah menggalinya kembali. Saya yakin tikus yang siang hari diam mendekam didalam lubang itu akan terjebak selamanya disana.
Pekerjaan menutup lubang ini saya lakukan di pagi hari. Malam harinya di pukul sembilan saat sedang duduk diteras menikmati semilir angin, saya yakin malam itu tak akan ada lagi tikus yang akan mengganggu pemandangan. Itu semua hanya mimpi! Betapa terperanjatnya saya kala melihat tikus yang sama berjalan keluar pagar rumah. Ketika dicek lubang yang saya tutup setengah mati tadi pagi, telah menganga kembali. Rasanya ingin melolong setinggi langit. Pekerjaan susah payah yang dilakukan tadi pagi tak ada hasilnya. Keesokan paginya, masih dengan semangat mengenyahkan binatang pengerat ini dari halaman, sebelum bersiap-siap ke kantor saya kembali berjibaku menutup lubang. Makin banyak batu paving saya tumpukkan disana, makin kuat tanah saya padatkan, bahkan sebuah pot kembang besar saya letakkan diatasnya. Tapi esok harinya, kejadian yang sama kembali terulang, lubang terbuka kini dari sisi lainnya.
Setiap hari saya melakukan hal yang sama, berkali-kali dan mendapatkan hasil yang sama. Insanity is doing the same thing over and over again, but expecting different results, dan itulah yang saya lakukan sekarang ini. Telah lima kali saya menutup lubang tikus dan lima kali pula si tikus berhasil membukanya dengan sangat mudah. Pada percobaan keenam saya mengganti taktik, kali ini saya memasukkan racun tikus yang sudah lama dibeli di online shop. Racun ini berbentuk seperti biskuit dan beraroma menyengat, saya lantas menambahkan saus sarden dipermukaan racun karena banyak yang menyarankan hal ini. Racun saya masukkan dan lubang ditutup kembali. Kali ini saya yakin tikus akan memakan umpan dan tewas di sarangnya. Saya tidak perlu harus terbebani dengan pekerjaan mengerikan membuang bangkai tikus.
Tapi betapa shocknya kala esok harinya, lubang terbuka kembali hanya berada pada sisi yang berbeda! Racun sama sekali tidak disentuh dan paving yang mengganjal di permukaan tanah tak mampu membendung tikus untuk membuat jalan keluar dari sisi lainnya. Kali ini saya tak tahu lagi harus melakukan apa. Seorang rekan memberikan saran, "Masukkan bensin banyak-banyak ke dalam lubang dan bakar. Tikusnya akan mati terbakar didalam." Saya mengangguk antusias dengan ide sadis ini tapi tak berani melaksanakannya. Bagaimana jika bukan terbakar tapi justru lubang meledak atau tikus yang terselubungi api berlarian keluar sambil menjerit nyaring? Saya ngeri membayangkannya. Entah plan apalagi yang akan dilakukan, mungkin kembali melakukan kegilaan yang sama, menutup lubang dan menimbunnya dengan paving, atau mungkin saya harus ke toko bangunan membeli semen dan pasir. Masalahnya mana ada toko bangunan yang mau menjual pasir hanya seember? Tobat dah!
Wokeh menuju ke resep bakso kali ini. Resep ini sudah sering saya buat dan beberapa kali telah di share di blog. Sebenarnya saya ingin merubah bahan dengan menambahkan lemak daging agar tekstur bakso tidak terlalu keras. Di pasar tradisional besar biasanya tukang daging telah memisahkan irisan lemak ini tersendiri karena banyak tukang bakso yang memesannya. Lemak membuat tekstur bakso tidak terlalu keras dan lebih gurih rasanya. Tapi sayangnya dipasar Blok A, tidak ada tukang daging yang menjual irisan lemak, jadi saya pun kembali ke resep yang lama.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Bakso Daging Sapi
Resep modifikasi sendiri
Untuk 50 butir bakso
- 500 gram daging sapi segar bagian paha, potong 2 x 2 cm
- 2 sendok makan bawang putih goreng, dihaluskan
- 2 butir putih telur
- 4 - 5 sendok makan tepung tapioka / sagu
- 1/4 sendok teh merica bubuk
- 2 sendok teh kaldu jamur / kaldu bubuk
- 1/2 sendok makan garam
- 1 sendok batam gula pasir
- 2 sendok makan minyak goreng
- 1/2 sendok makan baking powder
- 5 - 8 sendok makan air es
Bahan kuah:
- 1 sendok makan minyak untuk menumis
- 8 siung bawang putih, cincang kasar
- 2 liter air kaldu bekas rebusan bakso
- 1 sendok makan garam
- 2 sendok teh kaldu bubuk
- 1 sendok teh gula pasir
Bahan sambal, rebus bahan, tiriskan dan haluskan:
- 10 buah cabai rawit
- 2 siung bawang putih
Bahan pelengkap:
- sawi rebus
- rajangan daun bawang dan seledri
- bawang merah dan bawang putih goreng
- mi kuning / bihun rebus
Cara membuat:
Haluskan bawang putih goreng di blender hingga menjadi bubuk.
Siapkan daging sapi, buang lemak yang menempel. Gunakan daging sapi tersegar yang bisa diperoleh di penjual daging, sebaiknya gunakan bagian paha/top side. Jangan cuci daging, kalau ingin dicuci lakukan saat daging dalam kondisi bongkahan besar.
Siapkan chopper, masukkan daging, tekan mesin beberapa kali dan proses hingga daging menjadi tergiling hancur. Jangan menekan mesin terus-menerus (non stop) karena akan membuatnya terlalu panas. Beri jeda mesin untuk beristirahat.
Note: Matikan mesin beberapa kali selama proses dan bersihkan bagian tutup dan tepi chopper dari daging yang belum tergiling dan giling kembali hingga semua daging benar-benar terproses dengan baik. Mematikan mesin sebentar juga untuk mencegah mesin terlalu panas.
Masukkan semua bahan dan bumbu lainnya (bawang putih, putih telur, tepung tapioka, garam, gula, merica, baking powder dan air) kemudian proses hingga semua bahan smooth dan kental. Jangan masukkan air secara sekaligus, tuangkan bertahap, jika adonan tampak terlalu kaku dan pekat baru ditambahkan. Proses hingga serat daging tidak tampak dan daging berubah menjadi adonan yang pekat dan kenyal.
Keluarkan daging giling ke mangkuk, banting adonan 3 - 5 kali hingga seratnya benar-benar menyatu. Tambahkan air es sedikit demi sedikit jika adonan terlalu keras dan kaku, karena adonan yang terlalu keras akan membuat bakso kurang mulus permukaannya. Sisihkan adonan.
Siapkan panci, masukkan 1 1/2 liter air, rebus hingga mendidih. Matikan api. Bentuk bakso dengan menggenggam sebongkah adonan, remas adonan sehingga bakso keluar dari ujung genggaman, jika bentuknya masih kasar, genggam kembali dan remas, lakukan berulang-ulang hingga bentuk adonan mulus.
Sendokkan adonan dan masukkan ke air panas. Lakukan hingga semua adonan habis. Aduk bakso, tunggu hingga sebagian besar adonan mengapung, panaskan kembali panci dikompor dengan api kecil. Rebus hingga bakso matang dan tidak pink dibagian dalamnya. Jangan menggunakan api besar karena bakso akan pecah. Matikan api.
Membuat kuah:
Siapkan wajan, panaskan 1 sendok makan minyak, tumis bawang putih hingga harum, angkat, biarkan agak dingin. Haluskan bawang dan masukkan ke dalam kuah baksi. Tambahkan garam, gula, kaldu bubuk. Tambahkan 500 ml air ke kuah, aduk dan masak hingga mendidih, cicipi rasanya, sesuaikan asinnya. Angkat.
Membuat sambal: rebus semua bahan sambal hingga matang, angkat, tiriskan dan haluskan. Encerkan sambal dengan kuah bakso.
Menyajikan bakso: Siapkan mangkuk saji, tata mie (saya tidak pakai), sayuran dan bakso, tuangkan kuahnya. Taburi dengan daun bawang, seledri, bawang merah/putih goreng dan sambal. Santap panas!
Astaghfirulloohal 'azhiim
BalasHapusNgeri juga kisah si tikus ini betul2 menguras tenaga dan pikiran mba endang. smg dapat membasmi tikus2nya hingga ke akar2nya.
Tetap semangadh mbaa...do'aku menyertai perjuanganmu ...hhheee.
Salam kenal mba
Nia Pekanbaru
Emang tikus itu menyebalkan mb.. waktu sy tinggal di bali, setiap sy maalam tikus berhasil masuk ke dalam rumah walaupun semua selah sdh di tutup. Semua cara sdh di pakai tp tetep az itu tikus masuk dan sampai akhirny, ada kawan sy kasih tau pakai DORA racun tikus berbentuk butiran pink. DORA sy taruh di dapur setiap sy mau tidur dan beberapa hari kemudian tikus tikus berhasil mati di atas kasur depan tv, hahaha kebayang sy liat tikus sesang asik di kasur. Karena suami sy tidak berani pegang tikusny, akhirny tikus di bungkus sprei dan di buang bersama sprei spreiny. Kejaian buang sprei sdh 4 kali terjadi dihari yg berbeda dan alhamdulillah kitapun terbebas dr tikus. Hehe.... Coba pakai DORA mb, syapa tau kali ini berhasil.. tikusnya matiny di tempat terang mb karena katanya racunny bikin mata tikusnya rabun.. semoga tikus tikus nakal bisa berhasil pergi dr tempat mb endang ya... tetap semangat mb...😊
BalasHapusSaya baru bisa bikin bakso yang rasanya lumayan setelah mengikuti resep mbak Endang. Namun bakso saya justru tidak pernah keras mbak, apa mungkin karena daging saya bukan daging segar melainkan daging yang telah disimpan di kulkas, jadi saat digiling masih dingin, mungkin mengandung air yang akhirnya malah bikin bakso empuk. Justru saya ingin teksturnya sedikit keras tapi apa daya beberapa kali bikin berakhir sama terus. Tapi saya tidak pernah menyerah mbak. Makanya saya hepi banget liat resep ini lagi. Mau saya coba sekali lagi. Doakan kali ini maknyus ya mbak. Oh iya, hanya mbak Endang loh yang kasih tau secara detil bahwa adonan harus kental seperti pasta pekat, karena disitu kunci bakso bisa bouncy. Terima kasih buat tips nya mbak.
BalasHapusassalamualaikum
BalasHapusmbak, haloo, tikus tuh semakin dibuntu n ditutup jalannya tuh semakin menjadi2 mbak, tmbh ganas.
mending beli semen instan mbak, campur air aja, trus sebaris itu disemen semua,tp ntar dia cr jalan lainnya lagi.
btw, maturnuwun ya mbak, uda recook resepku, dan selalu ciamiiik bagus potonya pdhl cm sup ikan biasa.
laahh uda telanjur dipublish belom kasih nama. sehat selalu mbak Endang yaa, semangat ngeblog terus.
BalasHapus-uky-
Udah lamaaaaa bgt gak buka blog ini, trs tadi tiba" pengen buat sop ikan, langsung dong kepikiran unt mampir liat resep disini. Krn aku udah buat bbrp makanan yg resepnya dr sini dan hasilnya enak bgtt ��. Pas buka blog ini aku kaget dong, asli blog ini masih update dan konsisten nulis resep, disaat blog" lain udah terbengkalai krn era sosmed skrg. So, I really do appreciate it ka! And thanks for all the yummy recipes❤
BalasHapusKok sepertinya mengerikan tikusnya ya, pantang menyerah banget dia hehehe .. Mba Endang melenceng dr resep nih, merk mentega ama dcc yg biasa dipake apa mba? Seleranya mba Endang dah pasti enak soalnya ��
BalasHapusMba maaf klo mau beli buku mba yang lengkap dimana,kemarin liat2 ditokped krg lrngkap
BalasHapusSudah cobak mintak bantuan pemadam kebakaran mbak ?
BalasHapussaya belum pernah berhasil bikin bakso yang murni pake daging sapi saja ...selalunya campur daging ayam. saya mau coba resep ini , mudah mudahan berhasil . thanks sharingnya ya mbak
BalasHapusMerk dan harga tepung sagu sangat beragam, bagaimana cara memilihnya? Mbak pakai merk apa?
BalasHapus