Setelah maju mundur mengenai pelaksanaan bekerja dari rumah alias work from home yang tak kunjung diterapkan, akhirnya satu minggu terakhir kantor saya mulai melaksanakannya. Beberapa karyawan yang tidak berhubungan langsung dengan sistem mulai bisa dipekerjakan di rumah. Melihat situasi dan kondisi saat ini di Indonesia, serta kondisi secara global, memang social distancing dan mengurung diri di dalam rumah masing-masing adalah solusi paling tepat selama vaksin COVID-19 belum ditemukan. Dari baca sana dan sini, beberapa negara seperti China, Jerman, US, telah melakukan uji coba vaksin ke manusia, tetapi menunggu vaksin tersebut benar-benar layak diterapkan secara masal masih memerlukan waktu yang lama. At least, menurut WHO, vaksin mungkin baru bisa siap tahun depan. Tahun ini baru berjalan bulan ketiga, virus telah menyebar sacara luar biasa, entah bagaimana jadinya jika harus menunggu hingga tahun depan, saat vaksin tersebut baru ada. Kembali lagi, kita masing-masing harus menjaga diri untuk mencegah virus menyebar lebih luas. Menjaga jarak satu sama lain sekitar 2 meter dan diam dirumah adalah pilihan yang bisa dilakukan saat ini.
Sayangnya, tidak semua bisa begitu saja meninggalkan pekerjaan kantor, dan masing-masing perusahaan memiliki kebijakan berbeda-beda. Pada beberapa jasa service seperti medis, apotik, supermarket, perbankan, atau jika di kantor saya yang berhubungan dengan transaksi jual beli efek saham maka selama Bursa Efek masih berjalan maka transaksi masih tetap ada. Untungnya dua minggu ini kantor saya secara gradual namun pasti mulai mengurangi karyawan di kantor. Karena selama ini hampir semua karyawan menggunakan PC maka kantor akhirnya menyewa laptop dan membeli modem untuk koneksi internet di rumah masing-masing. Walau transaksi bisa dilakukan dirumah, namun semua itu memerlukan jaringan internet agar bisa terhubung dengan bursa, kustodian, bank dan pihak lainnya.
Beberapa sales mulai melakukan transaksi dari rumah, dan minggu ini diharapkan semua kru sales dan back office juga bisa segera dirumahkan. Makin banyak karyawan yang masuk ke kantor justru akan membuat risiko semakin tinggi, bukan hanya bagi si karyawan yang harus datang ke kantor dan pulang dengan kendaraan umum, tetapi juga bagi karyawan lainnya di kantor yang bisa tertular. Masing-masing dari kami menjadi ancaman satu sama lain. Di kantor bahkan jarak antar tempat duduk diatur selebar 2 meter, karyawan dilarang bergerombol, berdekatan atau melakukan meeting.
Terlepas dari apa yang terjadi dikantor, lingkungan di seputar rumah saya tidak menunjukkan perubahan signifikan. Pasar Blok A tetap ramai dan berjubelan seperti biasa, kendaraan masih berlalu-lalang didepan rumah, masih banyak orang beraktifitas dijalanan. Gerombolan satpam di sebuah kantor yang tutup tampak mengobrol berdekatan tanpa ada rasa khawatir ketika saya berangkat ke kantor kemarin. Ibu-ibu yang berbelanja di pasar saling berdempetan didepan tukang ikan yang sibuk menyiangi lele yang menggelepar dilantai. Saya hanya menemukan satu dua orang yang mengenakan masker, sisanya tidak ada perbedaan. Entah apakah memang mereka tidak mengerti mengenai risiko besar COVID-19, yang menurut saya rasanya tidak mungkin karena pasti televisi menyiarkannya setiap menit, atau memang mereka tidak peduli, yang jelas sosialisasi lebih gencar perlu dilakukan ke masyarakat. Setiap orang, entah itu tetangga, saudara, teman atau orang tak dikenal memiliki potensi ancaman menularkan virus ke kita. Semakin banyak bertemu orang lain maka semakin besar kemungkinan kita untuk tertular. Jangan sampai kita menjadi seperti China, atau seperti banyak di negara Eropa saat ini, dimana puluhan ribu orang telah tertular virus, dan ribuan orang meninggal dunia.
Tidak menjalankan social distancing dalam kondisi saat ini padahal hal tersebut bisa dilakukan, bagi saya adalah sikap egois dan arogan. Masih nongkrong di kafe, ngemall, atau kegiatan berkumpul lainnya berarti sama sekali tidak peduli dengan orang sekitar dan tenaga medis yang berjibaku mempertaruhkan nyawa mereka untuk menolong manusia lainnya. Banyak orang muda yang beranggapan virus ini tidak akan mencelakakan mereka, apakah mereka tidak pernah membaca informasi yang bertebaran di internet dan media lainnya bahwa siapapun bisa menjadi carrier atau pembawa virus tanpa menunjukkan gejala sakit dan bisa menularkannya ke orang lain? Bagi mereka yang berusia lanjut atau yang memiliki riwayat penyakit kritis seperti jantung, diabetes atau bahkan darah tinggi maka COVID-19 bisa sangat fatal akibatnya. Please, please, bagi anda yang bisa stay at home, lakukan dengan segenap hati untuk mencegah virus merebak semakin luas dan tak terkendali.
Menuju ke resep ayam goreng korea ini, resepnya terinspirasi dari menu di sebuah resto fast food, nama makanannya adalah chicken ganjhong. Di resto, potongan fillet ayam berbalur tepung digoreng kering dan dicampur dengan saus merah asam manis sedikit pedas bersama potongan ubi jalar merah yang digoreng. Kebetulan saat itu rekan kantor yang maniak dengan makanan ini membelinya dan saya mencicipinya sepotong. Minggu berikutnya langsung saya coba dirumah. Versi yang ini minus ubi jalar, saya buat lebih pedas dan menggunakan satu ekor ayam utuh.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Ayam Goreng Korea
Resep modifikasi sendiri
Tertarik dengan resep masakan Korea lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Tteokbokki dengan Homemade Garaetteok
Kimbap Telur
Spicy Korean Chicken Bulgogi (Oven-Baked)
- taburan biji wijen putih
😍😍😍
BalasHapushallo mba endang selamat sore
la ini nich resepnya pas...
let's try it.....
simple resep....👍👍👍
😍😍😍
Hapusresepnya udah saya cuba mbak endang ...
resepnya bener bener MANTULLLLLLL....
wah thnaks yaaa
HapusHalo mba endanggg, asal mba endang tau aja, aku klo mau masak pasti liat vlog nya mba duluuu hihihi ga tau kenapa suka aja,
BalasHapusBlog ya, saya belum ada vlog hehehhe. Sip, thnaks yaaa
HapusLiat "blog" kali ya mbak maksudnya, bukan "vlog", kan ini blog bukan vlog. (V & B emang deketan sih letaknya, jdi bisa bikin typo, hehe)
BalasHapusiya, hehehe
HapusMba aku gk ada brown sugar ganti nya apa ya
BalasHapuspalm sugar ok
HapusMba endang makasi teteap share blognya, semoga berkah sehat selamat utk mba endang dan keluarga.. aamiin..
BalasHapusMba.. aku kan klo makan sedikit2.. klo olahan tepung gini apa tetep enak klo nantinya dingin atau dianget2in? Apa lebih baik goreng ayamnya sedikit2 pas mau makan ya mba? Minta tolong sarannya ya mba..
Makasii..
semua gorengan gak ok kalau sudah dingin mbak, sebaiknya fresh baru keluar dr penggorengan. kalau mau goreng bertahap saat akan dimakan saja
HapusKaan.. Jadi lanjut teruus ke resep2 lainnya. Tulisannya bikin enjoy yg baca.
BalasHapusMbak Endang, ayam korea ky gini bisa dibikin versi frozennya kah? Klo bisa, baiknya pas tahap apa? Terima kasih
Mungkin bisa, goreng setengah matang, bekukan jangan bertumpukan dalam plastik.
HapusSalam kenal Mba Endang.. Slalu suka baca blognya., ada intro dulu sebelum ke resep. Cara penyampaian resepnya pun mudah dipahami dan seru intronya. Juaraaa!!! 👌🏾👌🏾👌🏾Resepnya juga banyak yg berhasil ❤️
BalasHapusOia Mba, aku ada bumbu gochujang, bisa langsung pakai yg itu ya? Jadi pakai resep yg pernah diposting sebelum ini? Kepengen makan ayam bumbu yg kaya di resto korea itu soalnyaa.. thanks Mbaa ❤️❤️
Salam kenal Mba Endang..
BalasHapusAku udah lama banget ngikutin blog ini, kemarin nyoba bikin baso lohoa. Enaaakk bangeett.. Banyak resep yg berhasil loh.. Seneng deh ❤️
Oia, aku ada bumbu gochujang, bisa langsung pakai bumbu itu? Jadi pakai resep yg pernah diposting sebelum ini ya?
Lagi kepengen ayam korea, resto itu udah tutup ya klo ga salah..😔
Thanks ya Mba untuk sharingnyaa.. Luvv ❤️❤️
Hallo mba endang, kalau brown sugar nya diganti madu bisa tidak ya?
BalasHapus