Resep Udang Saus Jahe Wijen

Pagi tadi, masuk ke stasiun MRT, mulai ada pemeriksaan suhu menggunakan termometer digital. Jika sebelumnya hanya periksa-periksa tas, maka sekarang antrian lebih lama karena satu persatu calon penumpang dicek suhu tubuhnya. Untungnya stasiun MRT di Blok A tidak terlalu ramai, jadi antrian tidaklah panjang. Tapi stasiun-stasiun favorit seperti Bendungan Hilir, Bundaran HI atau Lebak Bulus, pastilah tambahan pemeriksaan seperti ini akan membuat antrian semakin lama. Bagi saya hal itu bukanlah masalah, selama petugas sigap dan calon penumpang juga kooperatif. Pengalaman saya selama ini, pemeriksaan tas saja kadang memakan waktu terutama bagi mereka yang membawa tas punggung. 

Demi menghemat waktu dan mempercepat proses, saya biasanya sudah membuka retsleting tas sebelum tiba didepan petugas. Sudah mempersiapkan kartu juga ditangan untuk ditap ke mesin pembayaran. Petugas cukup melongok tas, atau memasukkan tongkat panjang jika ingin mengecek lebih detail. Tapi saya paling sebal jika mengantri dibelakang calon penumpang bertas punggung yang malas melepaskan tas apalagi membantu membuka retsleting tasnya masing-masing. Mereka hanya berbalik badan, menunjukkan tas yang menempel dipunggung didepan hidung petugas. Si petugas akan bersusah payah membuka tas tersebut, mengecek bagian dalamnya, kemudian bersusah-payah kembali menutup tas. Menutup tas yang menempel dipunggung seseorang tidaklah semudah kala benda itu diletakkan diatas meja.

Akibat calon penumpang manja dan malas seperti ini, serta petugas yang kurang tegas membuat antrian lebih lama. Apalagi ketika sedang terburu-buru mengejar kereta yang diumumkan akan segera memasuki stasiun. Saya sampai melancarkan protes kesal ke petugas yang hanya dibalas dengan cengiran, saya tidak menyalahkan petugas yang hanya menjalankan prosedur, tapi petugas toh bisa meminta penumpang melepaskan tasnya dari punggung. Pengalaman naik MRT di beberapa negara, maka pengecekan tas manual seperti ini tidak pernah saya alami. Saat awal-awal MRT Jakarta beroperasi tidak pernah dilakukan pengecekan tas, tapi kemudian mulai dilakukan ketika pemilihan umum tahun lalu, katanya demi pengamanan kereta dari ancaman. Hingga kini ketentuan itu tetap dilakukan entah dengan alasan apa.

Sebenarnya setiap pintu MRT telah dilengkapi dengan detektor logam, tapi mungkin dirasa kurang cukup sehingga tas harus digeledah satu persatu. Lucunya, jika memang geledah-geledah ini dianggap perlu dan bisa mengurangi risiko, mengapa hanya tas tangan atau tas punggung saja, sementara tas tenteng sama sekali tidak disentuh. Jika mau lebih efektif mengapa tidak sekalian dilengkapi dengan mesin  x-ray selayaknya bandara atau mal? Semua benda apapun yang dibawa calon penumpang wajib melewati mesin tersebut, dibandingkan meletakkan satu atau dua petugas untuk mengecek isi tas. Di jaman serba otomatis, MRT kembali ke model manual. Gubrak!

Nah pengecekan suhu tubuh saat ini memang gencar dilakukan dimana-mana, terutama fasilitas publik dan gedung perkantoran. Ini berkaitan dengan wabah corona virus yang saat ini mulai memasuki negara kita. Saya tidak menentangnya, bahkan merasa hal tersebut memang harus dilakukan. Pencegahan jauh lebih efektif dibandingkan memerangi virus yang terlanjur menyebar semakin luas. Ada banyak cara pencegahan yang bisa kita lakukan sendiri, yang terutama adalah menjaga kesehatan, mencuci tangan dengan sabun minimal 25 detik, tidak menyentuh wajah sebelum mencuci tangan, serta menggunakan masker jika batuk atau sakit. Baru-baru ini demi meningkatkan imunitas tubuh yang dianggap cara efektif untuk mencegah terpapar virus beberapa bahan makanan yang dianggap manjur seperti jahe merah, bawang tunggal, dan kunyit mendadak naik gila-gilaan harganya. Jahe merah dari 30 ribu per kilogram menjadi 80 ribu sekilonya. Di kantor saya, beberapa yang rajin mengkonsumsi jahe merah saat sedang flu mengeluh kenaikan harga ini. Kondisi ini juga ditunjang dengan makin banyaknya artikel kesehatan dan ahli kesehatan yang menulis mengenai ramuan tradisional yang dipercaya mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan menolak berbagai penyakit. 

Pagi ini saya membaca artikel di Washington Post mengenai imunitas tubuh dan kaitannya dengan corona virus. Menurut ahli di artikel, yang kita perlukan sebenarnya adalah sistem daya tahan tubuh yang berfungsi normal dan bukan berlebihan yang akhirnya justru akan menjadi penyakit baru bernama autoimmune. Agar daya tahan tubuh berfungsi normal dan membantu kita memerangi berbagai penyakit, maka yang perlu dilakukan bukanlah banyak mengkonsumsi multivitamin atau jamu-jamuan, atau makanan probiotik seperti yogurt, melainkan mengasup makanan dengan nutrisi seimbang.  Untuk mencapainya maka isi setengah porsi piring kita dengan sayur dan buah, seperempat porsinya lagi dengan makanan yang kaya protein (ayam, ikan, telur, dan kacang-kacangan) dan seperempat sisanya dengan biji-bijian atau whole grains seperti oat, beras merah atau brown rice.  Jika asupan  makanan yang kita santap sehari-hari sudah cukup protein, serat, dan vitamin maka suplemen dan multivitamin tambahan tidaklah diperlukan. 

Sayur dan buah memegang peranan paling penting, pilih yang memiliki aneka warna seperti wortel, paprika, bit, jeruk, apel, sayuran berdaun hijau, strawberi, karena mengandung vitamin A dan C yang memegang peranan penting untuk menjaga daya tahan tubuh. Tubuh juga perlu mendapatkan cukup vitamin D,  kekurangan vitamin D akan meningkatkan risiko tubuh terpapar infeksi. Karena makanan yang mengandung vitamin D terbatas sumbernya seperti susu yang telah diperkaya dengan vitamin D, ikan yang kaya lemak seperti salmon atau sardine, maka suplemen biasanya dianjurkan, banyaknya dosis tergantung pada usia, jenis kelamin dan asupan makanan yang disantap sehari-hari. 

Selain nutrisi seimbang, maka kita juga harus aktif secara fisik setidaknya bergerak aktif selama 150 menit dalam seminggu; berhenti merokok; mengurangi stres salah satunya dengan  banyak berolah raga dan mungkin melakukan meditasi (yang terakhir susah saya lakukan!); dan tidur yang cukup setidaknya 7 - 8 jam sehari. Kurang tidur adalah masalah utama saya, tapi sejak beberapa waktu  ini saya memaksakan diri untuk memejamkan mata di pukul sebelas malam agar tidur minimal 7 jam sehari bisa tercapai. Dengan melakukan semua diatas, insya Allah bukan hanya corona virus yang mental, tapi juga mungkin penyakit lainnya.

Berikut ini adalah resep udang saus jahe yang super simple, kaya sayur, dan protein. Udangnya bisa diganti dengan fillet ayam atau ikan, atau irisan tipis daging sapi. Sayurnya bisa disesuaikan dengan stok di kulkas ya, saya suka jamur, kacang polong, wortel , brokoli, daun bawang, dan kembang kol. 

Udang Saus Jahe Wijen
Resep modifikasi sendiri

Untuk 3 porsi

Tertarik dengan resep simple Chinese food lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Buncis, Jamur, dan Udang Saus Tiram
Cuciwis Siram Jamur
30 Menit Ayam Saus Jeruk

Bahan:

- 300 gram udang jerbung

- 1 1/2 sendok makan tepung maizena

- biji wijen putih untuk taburan

- 1 batang daun bawang, rajang halus

- kembang kol / kol rebus/kukus, optional

- wortel kukus, optional

Bumbu:

- 1/2 sendok makan minyak wijen

- 1/2 sendok makan minyak zaitun

- 3 siung bawang putih, cincang halus

- 2 cm jahe, parut
- 1 sendok teh cabai bubuk

Saus, aduk jadi satu:

- 3 sendok makan kecap asin / soy sauce

- 3 sendok makan madu

- 1 1/2 sendok makan air jeruk lemon / nipis

- 1/2 sendok makan saus tiram

- 1/2 sendok teh  merica bubuk

- 200 ml air

Cara membuat:

Siapkan udang, lepaskan kepala. kupas kulit dan siskan ekornya. Udang bisa dibiarkan utuh atau iris punggungnya. Kulit dan kepala udang bisa direbus bersama 400 ml air untuk kaldu udang.

Masukkan udang ke mangkuk, tambahkan maizena, aduk rata, sisihkan.

Siapkan wajan, panaskan minyak wijen dan minyak zaitun. Tumis bawang putih dan jahe hingga harum. Tuangkan bahan saus, aduk dan masak hingga mendidih. Tambahkan udang, aduk dan masak hingga udang matang dan saus mengental, jika terlalu kental tambahkan air panas sedikit.

Cicipi rasanya, angkat. Siapkan piring, tata nasi, letakkan kembang kol / brokoli rebus. Siram udang dan sausnya diatasnya. Sajikan.