Saya punya pengalaman unik kemarin sehubungan dengan belanja online (again!). Pengalaman kali ini dimulai dengan rasa kesal dan diakhiri dengan rasa yang tak jelas, antara bingung, haru dan tak nyaman. Kemarin saya memesan bit merah di sebuah toko, sayuran ini memang rutin saya beli dan konsumsi untuk campuran jus. Dulu, sebelum work from home dimulai, saya selalu memesannya dari Pak Kustandi, rekan kantor. Rumahnya di seputaran pasar Jatinegara, buah bit dan aneka sayuran segar harganya jauh lebih murah dibandingkan supermarket dan kondisinya pun fresh. Saya biasanya membeli sekaligus banyak, minimal 3 kilogram. Bit merah didalam plastik didalam kulkas mampu bertahan hingga satu bulan lamanya, teksturnya tetap keras, firm dan segar, tanpa ada busuk kecuali mungkin bagian batangnya yang memang biasanya masih tersisa sekitar 10 cm dari umbi. Jika mau, potong batangnya sebelum disimpan di dalam kulkas. Saya biasanya skip bagian memotong ini karena bit merah cepat sekali habisnya, jadi tidak pernah sampai terjadi bagian batangnya membusuk.
Kondisi WFH membuat saya tidak lagi mendapatkan pasokan bit merah dari Pak Kustandi. Sayuran ini juga tidak pernah saya temukan di pasar Blok A di dekat rumah, jadi membelinya secara online adalah cara satu-satunya dibandingkan harus berjalan ke supermarket. Saya memiliki satu langganan tukang sayur di sebuah toko online, tapi kemarin stok bitnya habis. Saya lantas mencari toko lainnya yang lokasinya masih seputaran Jakarta Selatan agar ongkos kirimnya lebih murah jika harus dikirim menggunakan ojek online. Ada satu toko yang saya lihat memiliki review bagus untuk produknya, walau belum mendapatkan banyak bintang untuk tokonya sendiri. Saya lantas memesan 4 kg bit merah dan menggunakan jasa kurir same day. Pesanan diproses dan keesokan harinya saya menunggu barangnya diantarkan.
Siang hari sekitar pukul satu, saya mendapatkan telpon yang aneh. Kurir ojek online yang sudah tiba di tempat penjual kebingungan kala menelpon dan mengabarkan jika barangnya tidak ada. "Bu, saya sudah sampai nih di penjualnya. Kok katanya barangnya sudah habis terjual, besok baru ada lagi. Jadi ini bagaimana ya?" Baru kali ini selama saya memesan barang melalui toko online, kurir pick up menelpon ke saya mengatakan bahwa barang yang sudah diproses oleh penjual tiba-tiba tidak ada ketika hendak diambil. Saya sampaikan ke kurir jika barang itu dipesan melalui toko online, jadi kalau barangnya tidak ada harusnya penjual melakukan cancel di sistem. Tukang ojek yang kebingungan akhirnya mengerti dan berbicara ke penjual. Hari itu berlalu dan saya tidak melakukan cancel atas pembelian. Toko online mengirimkan pesan bahwa kurir akan dikirimkan kembali keesokan harinya. Saya berasumsi karena penjual tidak mengcancel order maka barang pun akan ready besok. Tapi apa yang terjadi?
Keesokan harinya, kurir kembali menelpon saya di pukul 10 pagi, mengabarkan barang pesanan saya belum ada. Kali ini saya mulai kesal, dan langsung mengajukan komplain ke toko online meminta cancel order dan pengembalian dana. Sepertinya si penjual tidak begitu mengerti mekanisme berjualan di toko online. Si Bapak tidak tahu jika kurir ojol yang datang dikirim langsung oleh toko online ke penjual melalui sistem secara otomatis. Dari sekilas pembicaraan antara kurir dan penjual, saya menangkap pesan seakan-akan kurir yang datang atas perintah saya. Pengajuan komplain saya tidak ditanggapi, penjual justru mengirimkan chat mengatakan barang baru akan siap jam satu siang, jadi saya diminta menunggu. Bagaimana bisa begitu? Selama pesanan itu belum di pick up oleh kurir maka sistem toko akan terus mengirimkan kurir yang baru. Saya balas chatnya, awalnya dengan nada agak kesal dan meminta agar order saya dibatalkan saja. Saya tekankan, bukan masalah uangnya karena toko online akan mengembalikan dananya kembali ke rekening saya, tapi kasihan dengan kurir ojol yang berkali-kali datang hendak mengambil order tapi tiba dengan tangan kosong.
Setelah proses chat itu, di jam 12 siang saya kembali di telpon oleh kurir ojol lainnya dengan pesan yang sama, barang belum ready. Saya kirim lagi pesan ke penjual kali ini dengan kalimat panjang menjelaskan proses order. Saya terangkan selama order tidak dicancel maka kurir akan terus datang sementara barangnya belum siap. Bagaimana mungkin kurir diminta menunggu berjam-jam sementara mereka memiliki order lainnya? Akhirnya si Bapak mengerti dan membatalkan pesanan saya. Beliau meminta maaf dan menjelaskan mengenai pesanan yang diproses kemarin sementara barangnya kosong. Kata beliau, "Maaf Bu, kemarin terlanjur diproses admin sementara stok bit yang ada kurang bagus kualitasnya." Mereka mengakui kesalahan ini dan berterima kasih atas masukan yang saya berikan.
Bagaimana saya masih emosi jiwa jika seperti ini? Saya pun lantas mengatakan tidak masalah, selama ordernya sudah dibatalkan, bisa menjadi pelajaran berikutnya jika menerima order melalui ojek online. Jawaban berikutnya membuat saya tak enak hati sendiri, si Bapak akan mengirimkan ulang bit merah pesanan saya sebanyak 4 kg, kali ini gratis sebagai pengganti kesalahan yang telah dilakukan. Saya tentu saja langsung menolaknya, bagaimana mungkin 4 kilogram bit dikirimkan begitu saja gratis? Apalagi dengan kondisi saat ini dimana kondisi serba susah dan setiap sen uang sangat berharga. Saya sangat mengerti sekali dengan kondisi ekonomi yang seakan sedang menuju resesi. Saya meminta si Bapak menjual bit itu seperti biasa saja. Tapi beliau masih tetap memaksa dan meminta saya menerima bit yang akan dikirimkan, akhirnya saya meminta no rekeningnya dan bermaksud mengirimkan pembayaran via transfer. At least, tetap terjadi jual beli walau tidak melalui toko online. Hingga hari ini no rekening yang saya minta hingga 3 kali, tidak diberikan, sementara kemarin sekardus bit merah sebanyak 4 kilogram sudah saya terima melalui kurir pos biasa bukan ojek online. Tobat!
Menuju ke resep jaman dulu ini. Acar ikan dengan wortel dan ketimun adalah salah satu andalan Ibu saya dulu kala kami masih kecil dan tinggal di Tanjung Pinang. Ikan segar murah harganya, bosan jika hanya digoreng dan disambal balado, terkadang beliau membuat acar kuning yang asam pedas manis seperti ini. Sungguh ini makanan favorit saya dan selalu berhasil membuat makan jadi berpiring-piring. Hidangan ini mirip pesmol Betawi yang biasanya menggunakan ikan bandeng dan minus wortel-ketimun. Ibu bisanya akan menambahkan butiran bawang merah kecil utuh kedalam acar, dan saya selalu mencari bawang-bawang yang lezat ini ketika menyantapnya.
Hidangan ini bisa menggunakan jenis ikan apapun, tapi saya selalu punya nila fresh. Saya suka jenis ikan ini karena benar-benar dari ikan segar hidup ketika dibeli, harganya relatif murah dibandingkan jenis ikan lainnya, tidak berbau lumpur dan gurih. Ikan nila ini saya beli juga dari toko online, ada satu penjual yang memiliki review oke untuk produk ini. Tidak mengecewakan, walau agak sedikit telat datang, tapi ikan masih tetap fresh. Saya stok sekaligus banyak, dan dijejal-jejalkan ke dalam freezer yang sepertinya mulai protes berat karena kelebihan muatan. Ikan lain seperti bandeng, kembung, tongkol, gurami, tuna juga sedap diolah menjadi menu ini.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Acar Ikan Nila
Resep ala Ibu saya
Untuk 5 ekor ikan
Tertarik dengan hidangan rumahan jaman dulu? Silahkan klik link dibawah ini:
Bahan:
- 1 kg ikan nila (isi 5 ekor), siangi, kerat-kerat badannya
- 2 sendok teh garam
- 2 siung bawang putih dihaluskan
- 2 sendok teh ketumbar bubuk
Bahan acar:
- 4 buah ketimun, buang bijinya, iris korek api
- 1 batang wortel, iris korek api
- garam
Bumbu acar dihaluskan:
- 6 buah cabai merah keriting
- 10 buah cabai rawit merah
- 6 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 6 butir kemiri
- 2 cm jahe
- 2 cm kunyit
- 1 batang serai, ambil bagian putihnya saja
Bumbu lainnya:
- minyak untuk menumis
- 3 cm lengkuas, memarkan
- 3 lembar daun salam
- 2 lembar daun jeruk
- 20 buah cabai rawit hijau utuh
- 6 buah belimbing wuluh, rajang kasar, optional (ganti dengan tomat hijau jika tidak ada)
- 1o buah bawang merah utuh ukuran kecil, optional
- 1 buah jeruk nipis, peras airnya
- 2 sendok teh garam
- 1 sendok makan gula pasir
- 1 sendok teh kaldu bubuk
- 300 ml air
- 2 buah tomat merah, iris tipis
Cara membuat:
Masukkan wortel ke mangkuk, tambahkan 1 sendok teh garam, remas dan aduk hingga rata. Diamkan selama 15 menit. Lakukan hal yang sama pada ketimun. Setelah 15 menit, wortel dan ketimun menjadi lemas, cuci bersih dan tiriskan. Sisihkan. Tujuan meremas dengan garam agar wortel dan ketimun lemas, tidak kaku.
Lumuri ikan nila dengan garam, bawang putih dan ketumbar. Panaskan minyak agak banyak di wajan, goreng ikan hingga matang kecoklatan. Angkat, tiriskan, sisihkan.
Panaskan 2 sendok makan minyak di wajan, tumis bumbu halus, lengkuas, daun salam, daun jeruk, cabai rawit utuh, belimbing wuluh, bawang merah utuh, hingga harum dan bumbu matang. Tambahkan wortel dan 100 ml air, masak hingga wortel setengah matang. Masukkan ketimun, aduk rata. Tuangkan air jeruk nipis, garam, gula, kaldu bubuk dan sisa air, aduk rata.
Tata ikan goreng di dalam tumisan bumbu, siram hingga bumbu melumuri permukaan ikan. Tata tomat diatasnya. Tutup, masak dengan api sedang hingga kuah habis dan ikan menyerap bumbu. Cicipi rasanya sesuaikan asin, manis dan asamnya. Angkat dan sajikan dengan nasi hangat.
Mba Endang...
BalasHapusMaafkan saya yg kalau masuk ke blog ini hanya untuk baca cerita2 serunya, soal resep dulu saya sering eksekusi terutama yg bagian cake / baking, cuma akhir2 ini ga sempat (malas) hick. Tetap berkarya ya mba.. tetap sharing juga, enak banget baca story nya krn hal-hal yg diceritakan itu dekat juga dgn cerita kita sehari2. Salam sehat selalu ya mba endang..
Wah thanks yaa, masih ada yang membaca cerita saya yang ngalor ngidul gak keruan. Sehat selalu juga Mbak
HapusIya mba, aku jg pernah gitu. Mencak-mencak gara2 sesuatu hal yg bikin kesel karena merasa kita udh berkorban waktu dan uang, eh ternyata alasan batal/pendingnya malah bikin kita jadi sedih. Trus kita dibaik-baikin, aku jd nyesel sendiri karena kurang bisa menahan diri. Sebagai pengingat kalau mau ngamuk-ngamuk, agak di rem sekarang hehe.. aku sering bikin acar ikan ini mba tp pake mujaer hasil mancing.
BalasHapusbener banget, kudu direm, tapi saya sering gak ingat mana temperament saya rada2 high wakakkaa
HapusSedih banget ya mbak? Bapak penjual bit khas bangsa kita yang sering " ga enak hati "
BalasHapusPadahal binis mah bisnis, ngga ada istilah ngga enak hati di kamus bisnis 😁😁😁
iya, sistem gak enak hati begini kadang bikin pembeli justru gak nyaman sendiri.
HapusSudah dicoba tuk menu buka puasa kemarin....Alhamdulillah gak pake diicip icip lagi langsung pas rasanya dan semua suka....
BalasHapuswuih mantap Mbak Titik, thanks yaaa
HapusAkan ku coba resepnya mbak ...maap pemula nih,tenchiuu 😊😉👍
BalasHapussip, moga sukses yaa
Hapus