Apa yang anda lakukan saat masa-masa #stayhome yang sepertinya entah kapan akan berakhir ini? Di rumah saja saat krisis ini berbeda dengan di rumah saja saat kondisi normal di hari libur. Saat ini kita benar-benar hanya stay at home, tidak ke mal, tidak nongkrong di kafe, tidak bersantap di resto, tidak bisa ngegym bagi yang maniak olah tubuh, tidak juga berkunjung ke rumah saudara kala weekend, bahkan ke pasar dan supermarketpun terbatas. Intinya tidak kemana-mana. Tentu saja ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan walau terkurung dirumah, tapi ketika hari demi hari berlalu dengan hal yang sama maka rasa bosan mulai muncul. Saya bahkan terkadang lupa dengan hari dan tanggal. Waktu berlalu terasa cepat. Pagi dimulai dan tiba-tiba saja adzan sholat Zuhur di masjid sudah berkumandang. Siang kemudian berlalu dan malam pun tiba. Saya melewatkan banyak waktu didepan laptop berusaha bekerja tapi tidak fokus, memasak resep termudah yang bisa ditemukan, membersihkan rumah dan mengecek tanaman dihalaman. Sejak WFH ini rumah menjadi kinclong, karena waktu luang yang begitu banyak. Rumah ini akhirnya berhasil memperbudak saya untuk membersihkannya setiap hari.
Akhir-akhir ini, sejak kasus penderita COVID-19 semakin meningkat, khususnya di Jakarta Selatan, maka saya sudah tidak pernah lagi pergi ke pasar. Saya berbelanja sayur mayur, daging, ikan, dan ayam di toko online. Ada rasa sedih juga dengan Ibu penjual sayur langganan yang selalu saya borong dagangannya seminggu sekali. Ada rasa was-was juga ketika menunggu barang belanjaan tiba dari toko online, khawatir tidak sesuai harapan. Ada rasa kesal, ketika belanjaan datangnya lama, bahkan hingga malam hari, dan sebagian ada yang busuk. Risiko belanja online adalah kita tidak bisa memilih sendiri barang yang hendak dibeli, benar-benar bergantung pada azas kepercayaan bahwa si penjual akan memilihkan produk yang terbaik. Walau begitu saya bersyukur masih bisa mendapatkan produk segar yang diantarkan langsung didepan pagar rumah tanpa harus pergi ke pasar atau supermarket. Saya bandingkan dengan rekan yang rumahnya jauh dari jangkauan kurir instan via ojek online, biaya kurir untuk mengantarkan barang sangat tinggi bahkan lebih mahal dari barangnya sendiri, sehingga membeli produk segar online tak pernah terpikirkan.
Menerima barang via online pun menjadi ekstra hati-hati. Banyak kurir online yang datang tidak mengenakan masker, dan mengingat tingkat bertemu mereka dengan orang asing sangat tinggi maka kemungkinan menjadi carrier virus pun meningkat. Saya biasanya akan mengenakan perlindungan diri mulai masker, kaca mata dan akhir-akhir ini saya mengenakan hijab jumbo lebar yang menutup hingga separuh badan sebelum membuka gerbang. Kurir sepertinya juga mulai tahu karena mereka tidak akan mendekat, melainkan barang diulurkan jauh-jauh. Seringkali jika barangnya tidak mudah pecah, saya meminta mereka melemparnya dari balik pagar. Barang yang telah diterima tidak akan langsung saya masukkan ke rumah. Jika bukan produk segar akan saya geletakkan di teras hingga berhari-hari dan masing-masing bungkusnya di lap dengan cairan disenfektan. Jika produk segar seperti buah dan sayur, saya akan menggelar koran diteras, menata bahan makanan ini diatasnya dan membiarkannya beberapa jam. Jika berupa daging, ikan dan ayam, terpaksa saya membawa baskom atau ember ke halaman, mencucinya terlebih dahulu sebelum membawanya masuk ke dapur. Super repot, rempong, ribet, menyusahkan, you name it.
Membeli makanan via online pun sekarang saya batasi. Jika dulu setiap weekend selalu ada satu atau dua makanan favorit yang saya pesan, sekarang tidak lagi. Ada rasa ragu hendak menyantapnya, bagaimana jika yang meracik makanan tersebut ternyata mengidap COVID? Walau banyak ahli yang mengatakan virus tidak akan ditularkan lewat makanan via online, tapi bagaimana jika kemasannya yang terbuat dari plastik atau kotak karton terkontaminasi? Jika terpaksa harus memesan makanan online, saya lebih memilih masakan yang baru saja dimasak seperti Chinese food atau bakso berkuah panas. Biasanya saya akan mengelap permukaan wadah pembungkusnya dengan cairan disenfektan sebelum membuka isinya. Makanan kemudian saya panaskan kembali di microwave. Mungkin ini terlalu lebay, tapi jika kondisi semakin memburuk maka siapapun dan apapun seakan bisa menjadi ajang penularan virus. Lebih baik mencegahnya mulai dari sekarang daripada terlambat.
Masa-masa dimana bisa bebas berjalan ke tempat manapun seakan hanya samar-samar dalam ingatan, dan kapan masa itu akan kembali juga terasa kabur dalam bayangan. Sungguh saya begitu ingin menikmati kembali saat dimana kita tidak harus melakukan tindakan pencegahan yang super merepotkan ini. Semua beraktifitas normal, bekerja, bersekolah dan melakukan aktifitas sehari-hari sebagaimana tahun lalu. Tapi bahkan expert pun berkata, jika pandemi ini pada satu hari berakhir maka kehidupan kita tidak akan sama, tidak akan kembali normal seperti sebelumnya.
Menuju ke resep fav saya hari ini. Makanan ini super duper mudah dibuat, minim bumbu tapi rasanya spektakuler. Tapi mungkin karena saya penggemar berat masakan Iran, dan tentu saja terung dan okra adalah dua sayur kesukaan. Beberapa bulan lalu saya menanam sendiri okra di halaman didalam pot. Okra hijau dan merah yang saya dapatkan benihnya dari online shop. Okra sangat mudah tumbuh, hampir tidak memerlukan perawatan apapun kecuali air dan cahaya matahari. Saya tebarkan saja bijinya disebuah pot jumbo, dalam beberapa hari tanaman tumbuh dengan cepat. Memerlukan waktu agak lama sejak tumbuh dewasa dan mulai berbunga, tapi ketika sudah berbunga dan berbuah, tanaman ini seakan tak pernah berhenti berproduksi. Buahnya mudah sekali mengeras dan berserat, karena itu setiap hari harus dicek karena kadang dalam 2 hari saja jika ukurannya terlalu besar maka tidak layak makan lagi. Sejak menanamnya sendiri, saya jadi tahu jika okra mentah yang baru saja dipetik sangat lezat rasanya. Manis, tidak terlalu berlendir, dan renyah. Saya biasanya cocol ke mayonnaise atau dressing salad, dan menjadi camilan pulang kantor yang asyik.
Resep khoresh ini sudah pernah saya posting beberapa tahun nan lampau bisa diklik pada link disini, dan kini direcook kembali. Kebetulan stok okra sedang banyak. Nah jika anda masih ragu hendak menyantap okra yang terasa slimy tapi kaya akan gizi, maka resep ini bisa menjadi alternatif. Tips untuk mengurangi lendir pada okra adalah dengan menumisnya sebentar bersama sedikit minyak. Tapi terus terang saya suka dengan tekstur slimy ini terutama didalam khoresh. Bercampur dengan terung lembut, saus tomat yang terasa asam segar dan gurihnya daging sapi. Beh, tak ada duanya! Susah untuk stop menambah nasi ke piring hingga masakan licin tandas tak bersisa.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Khoresh-e Bamieh-o-Bademjan
Resep diadaptasikan dari berbagai sumber
Untuk 6 porsi
Tertarik dengan resep a la Iran lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Bahan:
- 600 gram daging sapi, potong kotak 3 x 3 cm (saya pakai bagian sengkel)
- 1 sendok teh garam
- 1/2 sendok teh merica bubuk
- 3 buah terung, kupas
- 20 buah okra utuh
- 1000 - 1500 ml air
Bumbu:
- 1 buah bawang bombay, rajang kasar
- 4 siung bawang putih, cincang halus
- 2 sendok makan tomato paste, atau 4 sdm saus tomat
- 1 sendok teh kunyit bubuk, atau 1 sendok teh kunyit segar dihaluskan/parut
- 1 sendok makan cabai bubuk, optional
- 2 buah tomat merah, cincang halus
- 2 sendok teh garam
- 1/2 sendok teh merica bubuk
- 1 sendok teh kaldu bubuk
- 2 butir jeruk nipis peras airnya
Cara membuat:
Belah memanjang terung yang sudah dikupas, potong masing-masing menjadi 3 bagian (8 cm). Tata di permukaan loyang beralas kertas tisu, taburi permukaan terung dengan sedikit garam, diamkan minimal 20 menit. Terung akan mengeluarkan air. Cuci terung, tiriskan, sisihkan. menabur garam berguna untuk mengurangi rasa getir pada terung.
Panaskan 3 sendok makan minyak di wajan, goreng terung hingga permukaannya kecoklatan, angkat.Masukkan okra, aduk dan tumis hingga permukaannya kecoklatan, angkat. Sisihkan.
Dalam panci yang sama bekas menggoreng okra, masukkan daging, garam dan merica bubuk, tumis hingga daging kecoklatan permukaannya. Masukkan bawang bombay dan bawang putih, tumis hingga layu dan matang.
Masukkan pasta tomat, kunyit bubuk dan cabai bubuk, aduk dan tumis beberapa detik. Tambahkan tomat cincang, garam, merica dan kaldu bubuk, aduk rata. Tuangkan air hingga merendam daging. Aduk rata. Tutup panci, masak dengan api sedang hingga daging lunak, tambahkan air panas sesuai keperluan hingga daging benar-benar lunak. Tes daging dengan garpi, masak hingga benar-benar lunak. Masukkan air jeruk nipis, aduk rata.
Tata okra diatas daging, tata juga terung dipermukaan okra, tambahkan air panas hingga terung terendam. Tutup dan masak dengan api kecil hingga kuah habis, dan masakan tampak berkuah 'nyemek-nyemek'. Cicipi rasanya, seusaikan asinnya, angkat dan sajikan dengan nasi putih hangat.
Auto lapar bacanya, pingin coba ah, nampaknya ini cara mudah menikmati okra untuk pertama kali
BalasHapusKarena saya belum pernah coba 🙈🙈🙈
Eniwei Terimakasih tips masak terongnya, selama ini saya bingung kok balado terong buatan saya rasanya getir 😁😁😁
yep terong suka getir2, makanya orang iran kalau masak ditabur garam dulu, baru dicuci untuk menghilangkan getirnya.
HapusAssalamualaikum mbak Endang,
BalasHapusSy sudah lama kepikiran okra tumis sambal, tapi ragu, Krn umumnya okra direbus sm sayur berdaun, tapi Krn mbak Endang sudah coba duluan akhirnya jd pede mau nyoba ��
Trims resepnya ya
Tati-kendari
Walaikumsalam Mbak Tati, wah okra tumis sambal pasti enaak! saya suka banget sama sayuran ini tapi dimasak bener, kalau direbus eneg keknya hahahha
HapusPenasaran sama okra mba, temen kantor ku hampir tiap minggu masak sayur okra cuma ku blm berani masak takut berlendir. Tapi liat masakan ini aku ngiler pengen icip hehe
BalasHapusKira2 sama ga sih mba rasanya kayak oyong ?
rasanya gurih sebenarnya, tidak seperti oyong. Kalau dimasak seperti ini hadoooh enak banget, lendirnya gak berasa karena bercampur bumbu lainnya
HapusSaya bersyukur mbak Endang tetep posting di blog. Selain resep, saya juga
BalasHapusSenang baca cerita pengantarnya😁😁.
Mbak sm dg saya, saya pun kalau beli makanan mateng, dipanaskan terlebih dahulu. Kalau beli barang pake kemasan saya lap juga, buah sayur saya cuci smuaaaa.
Btw mbak Endang, bikin QnA di ig story dong mbakkk
Thanks ya Mbak Dewi, senang ceritanya tetap disuka. Memang ribet banget jaman pandemi ini hehehhe
HapusYa Allah mbak Endang...itu porsi makan dirimu? #takjub
BalasHapus