Saya suka makanan Korea, tapi tidak dengan drama Korea alias drakor. Bukan karena menurut saya ceritanya tidak oke, tapi karena saya menghindar mati-matian menonton cerita berseri seperti ini. Saya tahu jika sudah mengikuti dua atau tiga episode maka akan ketagihan dan ujung-ujungnya mengerikan. Tingkat rasa penasaran saya sangat tinggi, dalam sekejap saya akan menghabiskan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu sibuk menonton hingga selesai serialnya. Artinya, terbengkalailah semua kewajiban dan pekerjaan lainnya yang jauh, dan jauh lebih penting dibandingkan sekedar mengikuti drama Korea. Dulu waktu kuliah saya ketagihan dengan game di komputer. Hanya Super Mario Bro's dan game sejenis lainnya mampu membuat saya terjaga hingga pukul empat pagi agar bisa melewati setiap levelnya.
Saya pernah juga ketagihan serial drama China, drama India, dan tentu saja telenovela, yang benar-benar membuat hidup menjadi tidak produktif. Pengalaman terparah adalah ketagihan serial CSI yang saya beli CD bajakannya bergepok-gepok di Mal Ambassador. Hal lain seakan menjadi tidak penting, begitu pulang kantor saya langsung nongkrong didepan laptop dan menonton hingga jam dua pagi. Keesokan harinya, kepala menjadi nyut-nyutan, mata mengantuk berat dan badan terasa meriang. Kerja menjadi tidak fokus. Rasa ketakutan jika melakukan error di pekerjaan dan kemungkinan dipecatlah yang membuat saya memasukkan semua CD CSI - padahal masih banyak yang belum saya tonton - ke dalam tas dan menyimpannya di lemari pakaian terdalam. Tobat!
|
Gochugaru - cabai bubuk Korea |
|
Gochujang - fermentasi pasta cabai Korea |
Drakor dan serial sejenisnya memang seru dan membuat kita terbuai. Ragam ceritanya yang banyak dan penuh intrik tak ayal seakan kita enggan berhenti mengikuti ceritanya hingga usai. Ibu saya yang sudah sepuh saja saat ini kecanduan serial drama China yang diikutinya setiap hari di You Tube. Hari-harinya banyak dihabiskan menonton aneka video yang seakan tak ada habisnya. Terus terang saya khawatir dengan kondisi mata jika terus menerus terpapar dengan radiasi dari layar ponsel yang saya akui lebih gahar dibandingkan PC atau laptop. Sejak smartphone merajai hidup saya, kualitas mata menurun lumayan drastis beberapa tahun ini. Dari tidak menggunakan kaca mata sama sekali, kini saya terpaksa harus memakainya setiap waktu. Ditambah lagi, akhir-akhir ini saya kecanduan dengan aneka novel asing di online books. Sering kali dua hari weekend dihabiskan hanya membaca novel diatas kasur. Tapi saya akui, rasa kecanduan saya tak semengerikan dulu, kini semua bisa direm dan mudah teralihkan dengan aktifitas lainnya. Mungkin karena begitu banyaknya hal yang harus dikerjakan maka tak ada waktu untuk terlalu fokus pada satu hal.
Menuju ke resep. Jika memasak makanan Korea yang memiliki cita rasa pedas seperti kimchi atau tteokbokki maka gochujang dan gochugaru tidak akan pernah ketinggalan. Kedua bumbu ini menjadi bumbu wajib makanan Korea dan sepertinya selalu ada di setiap dapur di rumah masyarakat Korea. Masalahnya adalah seringkali sisa gochujang masih bagitu banyak dan bingung hendak dipermak menjadi apa. Tidak setiap hari saya membuat kimchi, dan jika membuatnya pun akan sekaligus banyak dan bertahan hingga berbulan-bulan dikulkas. Gochugaru masih bisa dipergunakan untuk aneka masakan yang menggunakan cabai bubuk, tapi gochujang yang memiliki rasa spesifik tentunya tidak.
Gochujang adalah kondimen atau bahan pelengkap masakan yang memiliki rasa manis, gurih, dan pedas. Terbuat dari fermentasi bubuk cabai (gochugaru), tepung beras ketan, meju (fermentasi bubuk kedelai), bubuk malt barley dan garam. Rasa manis gochujang diperoleh dari tepung ketan yang dimasak dan dari hasil samping proses fermentasi. Secara tradisional, gochujang difermentasikan alami di halaman, didalam jangdok (guci) yang diletakkan diatas tumpukan batu datar yang disebut jangdokdae. Saat ini gochujang sudah sangat mudah ditemukan di Indonesia. Banyak toko makanan khas Korea dan Jepang seperti New Seoul atau Papaya yang menjualnya. Atau online shop yang menjadi andalan saya berbelanja aneka bumbu Korea juga banyak menjual gochujang dan gochugaru dengan harga yang lebih terjangkau.
Tapi sejak melihat resep Korean cucumber salad ini di internet, saya jadi punya ide memanfaatkan gochujang. Membuatnya super simple, rasanya saya sesuaikan dengan selera dengan tambahan sedikit kucuran jeruk nipis agar agak asam. Bahan utamanya yaitu ketimun bisa diganti dengan buah-buahan lain seperti mangga, nanas, jambu air, pir, atau apel, jadi mirip seperti rujak atau acar. Atau vesi sayurannya menggunakan lettuce, ketimun, wortel mentah, atau sawi putih juga mantap.
Berikut resep dan prosesnya.
Korean Cucumber Salad
Resep diadaptasikan dari berbagai sumber
Untuk 4 porsi
Tertarik dengan makanan Korea lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Bahan:
- 3 buah ketimun ukuran besar, 5 jika kecil, kupas sebagian kulitnya dan potong menyerong
- 3 siung bawang putih cincang halus
- 1 buah bawang bombay kecil, belah dua dan iris tipis
- 2 sendok makan gochujang (pasta cabai Korea)
- 2 sendok makan gochugaru (cabai bubuk Korea)
- 1 sendok makan minyak wijen
- 1/4 sendok teh garam
- 1 1/2 sendok makan gula pasir
- 2 sendok makan air jeruk nipis
- 2 sendok makan biji wijen putih sangrai
Masukkan ketimun, bawang putih dan bawang bombay ke mangkuk. Sisihkan.
Aduk jadi satu gochujang, gochugaru, minyak wijen, garam, gula pasir dan air jeruk nipis.
Tuangkan saus ke mangkuk berisi ketimun. Tambahkan 1 sendok makan biji wijen sangrai. Aduk rata.
Sesuaikan rasa asin manisnya sesuai selera. Sajikan segera dengan taburan biji wijen.
Bener mba.. Saya juga tobat mengikuti Drakor, bukan karena tidak suka tapi justru sebaliknya, dan ketagihannya itu sungguh menyiksa, kita jadi terikat tidak bisa kemana-mana..
BalasHapusResepnya terlihat menggugah selera nih mba, seger kayaknya ya..
Kalau boleh tau online shop andalan mba biasanya apa ya buat beli2 bumbu aneka rupa..
betul banget, kerja dan melakukan apapun jadi malas karena maunya balik ke drakor mulu hiks. Saya biasa pakai tokopedia, dan cari saja toko yang review dan bintangnya ok
HapusKalo saya ketagihan baca cerita dari mbak Endang ����
BalasHapuswakakka thanks yaa
HapusIyA NIH,...KETAGIHAN JTT...GIMANA DONG....#YG SENASIB, MANA SUARANYAAAA...
BalasHapuswaah thanks yaaa
HapusHalo mb endang, udah lama gak mampir keJTT akyuuu ������ td buka pinterest, eeh ndilalah pas ketemu resep ini. Nah, kebetulan ada stok guchujang di rumah, jd pengen nyoba bikin ini. Tp aku gak punya gochugaru. Kalo seandainya gochugaru nya kuskip, kira-kira mengubah rasa apa engga ya? Aku krg suka makanan yg terlalu pedes juga sih �� mohon tanggapan nya, makasih mb endang ��
BalasHapusskip gak masalah Mbak, gochugaru lbh memberikan rasa pedas dan merah bukan rasa lainnya pada salad
HapusMba gochigaru nya yg halus atau yg kasar yah ?
BalasHapus