Seandainya saya hendak membuka usaha makanan, sepertinya saya tertarik jenis kafe kecil nan cozy. Menyajikan minuman seperti es kopi atau coklat dengan es krim sebagai topping-nya. Makanannya yang ringan-ringan saja, seperti homemade carrot cake, brownies, atau cinnamon bun, jenisnya berganti setiap hari. Jikalau ingin agak berat sedikit mungkin hanya satu atau dua jenis hidangan spesial dihari itu seperti sup, pasta atau nasi, yang setiap hari berganti. Misal di hari Senin, spaghetti bolognese, dan hari Jumat, sup buntut goreng. Suasana kafe dibuat nyaman, musik jazz lembut mengalun, aneka tanaman dalam pot bertebaran dimana-mana sehingga terasa adem. Mungkin ala-ala greenhouse cafe.
Tapi saya sendiri tak yakin akan banyak pengunjungnya. Saya suka dengan suasana seperti itu, tapi pangsa konsumennya sangat terbatas. Berbeda dengan di Eropa atau negara-negara maju dimana kafe atau resto banyak bertebaran di tepian jalan. Umumnya memiliki nuansa yang sangat nyaman dan ditata cantik. Pengunjung duduk-duduk hingga ke pedestrian, santai menikmati semilir angin senja atau sinar matahari lembut saat spring. Disini? Mana ada pengunjung mau berpanas-panas ditengah terik gahar matahari dipinggiran jalan? Debu beterbangan dan asap knalpot menari-nari diudara. Seharian saja duduk didepan kafe, alamat bengek selama 10 tahun. Gubrak!
Jadi kalau hendak terjun ke bisnis makanan dan berharap profit cepat ditangan, saya lebih memilih membuka warung soto, bakso, mie ayam, lontong sayur, bubur ayam, dan nasi Padang. Jenis-jenis makanan yang sangat diminati dan digemari hampir seluruh masyarakat Indonesia. Setiap hari dimakan, dikangeni dan ketika tidak dicicipi selama seminggu alamat bisa meriang! Harganya murah meriah, porsinya segede gentong, rasanya kudu medhok, taste lidah lokal. Dijamin tak susah menghabiskan dagangan hari itu. Tak perlu susah-susah mencari jenis makanan kekinian, atau makanan viral yang dibuat-buat atau diada-adakan agar terlihat berbeda dari yang lain, karena yang model seperti itu tak akan bertahan lama. Booming sebentar dan kemudian tenggelam diterjang makanan aneh lainnya yang segambreng banyaknya. Makanan sehari-hari terkesan biasa, banyak yang menjual, dan kompetitor dimana-mana. Tapi tak perlu khawatir, penikmatnya juga banyak karena dibutuhkan. Tukang bubur ayam gerobak disamping kantor saya hanya berjualan dari jam 7 pagi hingga 10 saja, selepas itu pulang ke rumah. Ibu penjual nasi uduk lebih dahsyat, hanya berjualan 1 jam saja. Datang jam 1 siang dan jam dua semua dagangan sudah ludes diserbu pembeli. Padahal si Ibu hanya berjualan disebuah meja di tepian jalanan dekat parkiran motor, ketika beliau datang pembeli sudah panjang mengantri.
Terkadang impian memang susah diwujudkan menjadi realitas, apalagi jika impian tersebut melibatkan banyak faktor, dalam kasus kafe impian saya faktornya begitu banyak, termasuk didalamnya adalah iklim, lingkungan, budaya dan kebiasaan masyarakat. Tapi bicara mengenai makanan viral dan kekinian, sejak medsos melanda maka makanan semakin mudah diviralkan. Cukup di-blast di Facebook, IG dan You Tube, maka para pecinta kuliner yang penasaran akan berduyun-duyun datang, walau lokasinya jauh sekalipun. Bahkan antrian untuk bisa membelinya hingga seminggu lebih. Contohnya adalah pangsit goreng yang saya posting resepnya kali ini. Sejak banyak yang mem-posting makanan ini dianeka medsos dan diulas di media online lainnya, pangsit goreng menjadi salah satu kuliner yang diburu. Salah satu yang direkomendasikan adalah pangsit goreng Le Gino. Sayangnya saya bukan pemburu makanan viral, tidak tertarik juga mencicipinya, kecuali jika lokasinya berdekatan dengan rumah atau kantor. Jika harus berjuang mengantri atau menempuh perjalanan jauh, saya menyerah.
Dari berbagai foto makanan yang banyak beredar dan ulasan, saya menebak makanan ini tak jauh dengan Chinese food umumnya. Sebagaimana Chinese food maka aneka seasonings seperti saus tiram, minyak wijen dan kecap asin biasanya selalu dipakai. Bumbu standar adalah bawang putih dan merica, plus jahe jika suka. Minggu lalu, pangsit goreng saya coba dengan resep dari hasil tebak-tebak sendiri. Karena tak ada lembaran kulit pangsit, saya pakai kulit gyoza atau dumpling yang bulat bentuknya. Sayangnya kulit dumpling agak tipis, jadi mudah sobek ketika diaduk bersama bahan lainnya. Jadi saran saya pakai saja kulit pangsit segi empat lokal biasa yang banyak dijual di pasar tradisional. Isi pangsit standar saja, cincangan daging ayam dengan sedikit bumbu, bisa pakai cincangan udang jika ingin lebih lezat rasanya. Pangsit saya lipat menjadi dua bagian dengan isi dibagian dalam dan direbus hingga matang. Mungkin kalau mau agak sedikit liat teksturnya bisa digoreng sebentar agar lebih keras dan tidak mudah hancur ketika diaduk bersama bahan lainnya.
Pangsit ini sebenarnya sebagai pengganti mi atau kwetiaw dimasakan mi goreng, jadi bahan lain yang bisa ditambahkan menurut saya standar, biasanya bakso, irisan fillet ayam, udang, sosis, otak-otak ikan, dan sayuran umumnya yang dipakai adalah tauge dan caisim atau sawi hijau. Proses membuatnya mudah sebagaimana mi goreng umumnya, tapi disini saya pisahkan antara memasak saus dengan bahan lain. Selain itu, ketika sayur dimasukkan, jangan masak terlalu lama, cukup hingga layu saja. Terlalu lama terkena panas akan membuat sayur layu dan mengeluarkan air, pangsit goreng akan menjadi berkuah.
Secara keseluruhan, makanan cukup lezat cita rasanya, tapi sayang sekali pangsit goreng kurang saya gemari. Saya suka pangsit jika makanan itu dihidangkan didalam kuah sup yang ngaldu dan segar, bersama irisan sayuran, rasanya jauh lebih mantap.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Pangsit Goreng
Resep modifikasi sendiri
Untuk 4 porsi
Tertarik dengan resep pangsit lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Bahan:
- 20 buah kulit pangsit siap pakai (saya pakai kulit dumpling)
- 1 ikat kecil baby caisim / pak choi, rajang kasar
- 1 mangkuk tauge
- 1 batang daun bawang rajang kasar
- 1 buah sosis sapi, iris tipis (atau 5 butir bakso)
- 4 buah otak-otak ikan, iris tipis
- 100 gram fillet dada/paha ayam, iris tipis, taburi sedikit garam
Bahan isi pangsit:
- 100 gram ayam cincang
- 1/2 sendok makan tapioka
- 1 siung bawang putih cincang halus
- 1/6 sendok teh garam
- 1/6 sendok teh merica bubuk
- 1/6 sendok teh gula pasir
- 1 sendok makan daun bawang rajang halus
Bumbu tumisan:
- 1 sendok makan minyak goreng
- 1 sendok makan minyak wijen
- 1 cm jahe, cincang halus
- 1 sendok makan ebi, rendam air hingga lunak, cincang kasar
- 4 siung bawang putih cincang halus
Bahan saus, aduk jadi satu hingga larut:
- 1 sendok makan saus tiram
- 2 sendok makan kecap asin (gunakan jenis
- 4 - 5 sendok makan kecap manis
- 1/4 sendok teh merica bubuk
- 1/2 sendok teh kaldu bubuk
- 1/4 sendok teh garam
- 1 sendok teh gula pasir
- 1 sendok makan tepung maizena
- 150 ml air
Pelengkap:
- bawang merah goreng
- irisan cabai rawit
Cara membuat:
Siapkan mangkuk masukkan semua bahan isi pangsit, aduk rata. Ambil selembar kulit pangsit, letakkan 1 sendok teh adonan isi ditengahnya. Olesi tepian kulit dengan air, lipat kulit pangsit sehingga isi ditengah, dan rekatkan tepian kulitnya. Lakukan hingga semua kulit dan isi habis.
Rebus air dipanci agak banyak hingga mendidih, masukkan pangsit dan rebus hingga matang dan mengapung. Tiriskan, ceburkan pangsit ke air dingin. Sisihkan.
Panaskan 1 sendok makan minyak di wajan, tumis fillet ayam hingga matang dan berubah permukaannya kecoklatan. Masukkan sosis dan otak-otak, aduk dan tumis hingga berubah warnanya agak gelap. Angkat, sisihkan.
Panaskan 1 sendok makan minyak goreng dan 1 sendok makan minyak wijen di wajan. Tumis jahe, ebi dan bawang putih hingga harum dan matang. Masukkan bahan saus yang telah diaduk jadi satu. Masak dengan api sedang sambil diaduk-aduk hingga mengental. Angkat. Sisihkan.
Tuangkan tumisan ke wajan berisi saus. Tiriskan pangsit rebus hingga air rendaman benar-benar tiris, masukkan pangsit ke tumisan, aduk rata. Masak hingga semua bahan panas dan saus meresap.
Tambahkan tauge, caisim, dan daun bawang, aduk rata. Masak dengan api besar hanya agar sayur layu, jangan memasak terlalu lama karena sayur akan mengeluarkan air dan membuat masakan menjadi berkuah. Matikan api, cicipi rasanya, tambahkan kecap manis dan garam untuk menyesuaikan rasa.
Sajikan dengan irisan cabai rawit, taburan bawang merah goreng.
Bismillah..bs d coba mbak...maaf mbak klu pangsitny tanpa isi trus d iris2 d masak ...ok ngak y ...succes slalu mbak
BalasHapusbisa mbak, tetap oke kok
HapusKangen banget udah lama gak baca blog nya MB endang. Biasanya cuma lewat IG. Tapi memang beda, baca di blog MB endang itu bikin berpikir baca cerita MB endang 🤭😁😘
BalasHapus