Waktu berlalu, tahun berganti, tak terasa sudah empat tahun sejak Pak Junaediy membersihkan torn diatas. Selama air baik-baik saja, saya tak begitu peduli dengan kondisi didalamnya, boro-boro hendak mengurasnya secara rutin. Hingga akhirnya air mati total. Saya kehilangan kontak dengan Pak Junaedi, karena handphone yang telah berganti beberapa kali. Akhirnya saya WA adik saya, Wiwin, menanyakan tukang pompa langganannya. Nomor tukang pompa lainnya diberikan dengan embel-embel, "Bapak yang ini lebih murah biayanya dari Pak Junaedy," dan langsung saya kontak saat itu juga.
Satu jam kemudian tukang pompa datang dan mengecek. "Kalau pompa rusak, atau jika dibetulkan pun tidak akan bertahan lama, diganti saja ya Pak. Saya ada pompa ekstra masih baru didekat tangga," itu pesan saya sebelum si Bapak bekerja. Saya memang punya satu pompa kecil merk Mitzui yang sama kapasitasnya dengan pompa pendorong yang mati, pompa ini saya dapatkan kala serah terima rumah di Cilebut, yang hingga kini belum ditempati dan belum dipasang pompa. "Baik Bu," jawab si Bapak, orangnya sopan, rapi jali dan sangat ramah. Adik saya sudah menjelaskan panjang lebar mengenai karakter ini di WA. Bagi kami berdua, jika berurusan dengan tukang yang masuk ke rumah, maka ciri-ciri seperti ini sangat penting.
Hanya sekitar 20 menit si Bapak mengutak-ngatik mesin pompa pendorong dan mesin hidup kembali, air pun mengalir. Saya tak bisa katakan air itu mengalir deras, walau seharusnya dengan adanya pompa tambahan ini air mengalir bukan hanya deras tapi super deras, tapi saya cukup lega dengan kondisi ini karena yang penting air hadir kembali dirumah. Ketika saya tanyakan biayanya, si Bapak menyerahkannya ke saya. Terus terang, saya kurang suka dengan model seperti ini dimana tukang tidak memberikan satu angka pasti dan menyerahkannya ke kita untuk menebak harga. Bingung berapa rupiah yang harus dibayarkan, akhirnya beberapa lembar seratus ribu saya serahkan. "Kalau ada kerusakan atau masalah lagi langsung telpon ya Bu, saya punya banyak langganan disekitar sini," pesannya.
Saya membutuhkan Pak Junaedy, tukang pompa terbaik dan terbukti tokcer, bukan Pak Mulyono, tukang pompa andalan adik saya yang terbukti kurang tokcer. Akhirnya iseng saya WA adik saya, "Punya nomor Pak Junaedy nggak? Air mati," tulis saya. Adik saya ini menyimpan semua nomor tukang yang pernah dipanggilnya ke rumah, karena rumah yang ditempatinya saat ini sama tuanya dengan rumah Pete, maka kerusakan rumah selalu ada setiap bulannya. Wiwin langsung membalasnya, "Memang kenapa dengan Pak Mulyono?" Sambil mengirimkan no WA Pak Junaedy, Pak Mulyono dan satu nomor tukang pompa lainnya dengan embel-embel, "Ini nomor tukang pompa lain, temennya Pak Mulyono, tidak secanggih Pak Mulyono, tapi harganya lebih murah." No way! Saya hanya membutuhkan Pak Junaedy, "Aku butuh Pak Junaedy. Cuman dia yang the best." Saya lantas mengirimkan WA ke Pak Junaedy meminta beliau untuk datang ke rumah. Satu jam berlalu tak kunjung dibalas, rasa khawatir mulai merambat, akhirnya saya telpon dan untungnya beliau angkat. "Baik Bu, satu jam lagi saya datang," janjinya.
Satu jam kemudian Pak Junaedy datang dengan motor bebeknya. Tampilan Bapak ini tak jauh berbeda dengan Pak Mulyono, rapi jali, sangat sopan, baik dan super ramah. Seperti sebelumnya, saya langsung berkata, "Kalau pompanya error dan kudu diganti, jangan paksakan dibetulkan ya Pak, saya punya pompa baru," beliau langsung mengiyakan dan naik ke lantai atas yang kondisinya acak adul dan mengecek. Tak lama kemudian, Pak Junaedy turun dan memanggil saya. "Bu, ini pompanya sudah tidak bisa dibetulkan. Saringannya sudah jebol, dan kipasnya mati. Harus diganti." See? Ini bedanya kedua tukang pompa ini. Pak Junaedy akan melaporkan kondisi dan fakta dilapangan, menjelaskannya dengan detail dan profesional, sementara Pak Mulyono ketika saya tanya waktu itu bagian pompa apa yang rusak hanya berkata, "Saya bersihkan saringannya, hidup kembali Bu." Saya suka detail dan penjelasan yang ilmiah dan Pak Junaedy akan memberikannya dengan penuh confidence. "Ganti saja Pak, itu pompanya," beliau langsung mengambilnya, naik kembali keatas, dan 30 menit kemudian air mengalir deras.
Tak lama beliau turun kembali dan memberikan laporan kedua, "Bu, itu tornnya saya cek sudah kotor sekali. Waktunya di kuras dan dibersihkan. Dan kayanya ada keran yang bocor ya? Kok pompanya hidup terus." Seperti inilah harusnya tukang pompa profesional. Bukan hanya membetulkan kerusakan, tetapi juga alert ketika ada satu hal yang kurang beres terjadi dan berusaha memperbaikinya dengan tuntas. "Iya Pak, ini keran dapur bocor, airnya merembes terus," jawab saya, sambil dalam hati semakin cinta dengan si Tukang Pompa yang canggih ini. "Boleh saya cek?" Tanyanya. Beliau mengecek aliran air di kitchen sink, dan berkomentar aliran airnya seharusnya lebih deras lagi. Akhirnya saya meminta beliau untuk memperbaikinya sekaligus semua.
Menuju ke resep. Coffee cake adalah jenis cake yang biasanya menggunakan kopi didalam bahannya atau disajikan bersama secangkir kopi saat makan pagi. Sour cream lebih sering dipakai didalam adonan dibandingkan yogurt, dan jikalau yogurt dipakai maka jenis Greek yogurt yang creamy dan padat lebih sering dipilih. Saya menggunakan jenis plain yogurt biasa, pilih yang full cream bukan skim milk. Jika yogurt yang digunakan terlalu lembek, encer dan banyak mengadung air, saring yogurt dengan kain tipis semalaman di chiller kulkas, buang air saringan ini. Hal ini juga berlaku jika anda menggunakan cream cheese didalam resep cake. Terlalu banyak air akan membuat cake menjadi encer dan terkadang bantat hasilnya.
Coffee cake biasanya menggunakan streusel yang terbuat dari mentega, tepung terigu dan gula yang diaduk hingga menjadi butiran dan ditaburkan di permukaan cake sebagai topping. Atau terkadang crumbs yang terbuat dari oatmeal, atau sering juga menggunakan cincangan kacang-kacangan seperti walnut, mete, almond yang telah dipanggang dan diaduk bersama brown sugar. Motif layer didalam cake terbuat dari campuran brown sugar dan kacang-kacangan yang ditaburkan agak banyak diantara tumpukan adonan. So far, membuat cake ini super mudah dan rasanya lezat.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Yogurt Coffee Cake
Tertarik dengan resep cake sejenis lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Pound Cake Pandan
Pound Cake Coklat Marmer
Pound Cake Cream Cheese Strawberry
Untuk 1 loyang bundt diameter 22 cm
Wah betul banget, Mbak. Air itu sumber utama ketentraman di rumah. Macet sebentar, paniknya ga ketulungan. Punya rekomendasi tukang pompa daerah Yogya gak, Mbak?
BalasHapusMalah fokus ke ceritanya, ikut gemes. Hihihi
wakakkaka kalau jogya saya kurang tahu Mbak
HapusAssalamualaikum, mbak Endang yg canggih, aq selalu grogi kalo bikin cake telur masuk 1/1 setelah mentega dan gula, pasti jd encer...ngiri banget liat pic adonannya mbak Endang, kalo pake cara lain bisa gak...telur + gula dulu, trus masukin mentega cair, kalo gini q lebih pede. Apakah hasilnya akan berbeda? Mohon sarannya ya...TRIms a lot.
BalasHapusTati - Kendari
Walaikumsalam Mbak Tati, bisa pakai teknik mentega cair mbak, hanya menurut saya lbh riskan karena porsi mentega di resep tinggi, kalau dicairkan akan terlalu banyak cairan di adonan, kemungkinan bs over mixing agar mentega cair bs tercampur. Masukkan telur satu persatu, pastikan dikocok baik sblm masuk telur berikutnya, kalau encer/pecah masukkan 1 sdm tepung dan kocok agar tepung menyerap cairan
HapusOww ternyata jalan lain ke Roma ini lebih jauh dan bikin lecet2 ya.. anyway penjelasan n solusinya sangat bermanfaat.
HapusMakasih ya
Tati- Kendari
Halo mba Endang, diresep ini mmg ga pakai kopi di adonannya ya? Thanks mbaa.. Pengen segera eksekusi cake ini.
BalasHapus😀