Berbicara mengenai project endorsement, banyak ceritanya entah manis atau pahit. Umumnya sih tidak terlalu aneh, karena permintaan yang ribet biasanya saya tolak. Terus terang, daripada kepala pusing dan menghabiskan waktu karena banyaknya request ini dan itu, saya memilih menolak project tersebut. Project-project endorsement ini berhubungan dengan post di Instagram, entah itu berupa bahan yang diolah menjadi satu resep, alat memasak yang diuji coba dan di-review, atau hanya sekedar foto produk saja. Saya membatasi hanya produk yang berhubungan dengan makanan, bahan mentah, bumbu, dan alat perlengkapan dapur dan rumah tangga. Terkadang juga promosi aplikasi yang berhubungan dengan kuliner. Saya tidak menerima promo atau endorse diluar itu karena selain tidak berhubungan dengan tema Just Try & Taste, juga akan membuat wall Instagram terlihat tidak profesional.
Tapi dari sekian banyak pengalaman saya dengan klien entah itu melalui agency atau langsung dengan pemilik brand, maka ada satu pengalaman yang super menyebalkan yang hingga kini membuat saya menggelengkan kepala sendiri. Kejadiannya di tahun lalu BC (Before Covid), produknya adalah merk salah satu tepung bumbu yang cukup terkenal dan namanya berbau-bau Jepang. Waktu itu mereka ingin mempromosikan tepung pisang goreng instan, dan meminta saya menggunakan si tepung untuk resep yang sama sekali tidak berhubungan dengan goreng-menggoreng. Hal seperti ini sudah biasa, satu merk meminta kreatifitas influencer untuk mengolah produk mereka menjadi makanan yang tidak sesuai pakem mereka. Untuk kasus tepung ini mereka meminta saya mengolahnya menjadi makanan yang tidak digoreng. Saya belum pernah mencoba si tepung bumbu, entah itu tepung ayam goreng, tempe goreng atau pisang gorengnya, tapi selama itu berbentuk tepung dan rasanya tidak gurih maka tentunya bisa dipermak menjadi makanan berbahan tepung.
Kontak person si brand, kita panggil saja Mbak A, menginginkan resep ditampilkan di blog, berbeda dengan kebanyakan brand lain yang lebih mengincar Instagram. Dia meminta saya mengirimkan view dan statistik blog, yang biasanya jika klien sudah mulai banyak permintaan begini saya tolak, tapi kali ini masih saya jabanin. Permintaan kemudian mulai terasa aneh, si Mbak A meminta saya mengirimkan statistik resep dengan view paling banyak di blog dan itu adalah resep Nastar Lembut Lumer di Mulut yang dipost di tahun 2010. Hingga kini resep nastar ini masih bercokol sebagai resep yang paling banyak diminati dan selalu diserbu untuk dilihat terutama menjelang Lebaran.
Awalnya dia bertanya, "Apakah bisa jika kita minta tepung diolah menjad nastar?" Permintaan tersebut saya sanggupi walau tak yakin apakah nastar akan lembut sebagaimana resep originalnya. Pertanyaan berikutnya, "Apakah bisa jika resep nastar yang menggunakan tepung kami dimasukkan ke dalam resep Nastar Lembut Lumer di Mulut yang sekarang sudah ada di blog?" Nah, pertanyaan ini mulai membuat saya bingung, apa maksudnya? "Maksud Mbak, tepung terigu di resep original nastar diganti dengan tepung bumbu pisang goreng ini di dalam post yang sama?" Dia mengiyakan konfirmasi saya. "Maaf ya Mbak, saya tidak bisa penuhi requestnya. Resep nastar original itu menggunakan tepung terigu, bagaimana mungkin saya akan gantikan dengan tepung bumbu pisang goreng? Itu namanya membohongi pembaca dan tidak jujur. Kalau Mbak mau, ya kita bikin post baru dengan resep nastar tersebut," jawaban si Mbak A hanya, "Baik Bu, akan kita diskusikan terlebih dahulu."
Saya tahu maksud brand ini, mereka mengincar keyword nastar JTT yang jika diketikkan di Google akan nangkring di urutan teratas daftar pencarian. Mereka tak peduli apakah tepung tersebut sukses atau tidak menjadi nastar idaman, yang mereka pedulikan hanya alamat url post si nastar. Saya sendiri hampir tidak percaya sebuah brand terkenal yang harusnya bersikap profesional bisa memiliki ide seperti itu, apalagi dengan fee endorse yang menurut saya kecil untuk sebuah brand terkenal. Dibayar berapapun saya tidak akan bersedia mengganti tepung terigu di post tersebut dengan tepung mereka.
Beberapa hari kemudian si Mbak A kembali mengontak saya di WA, mengajukan pertanyaan yang sama yang langsung saya tolak, hingga akhirnya dia berkata, "Baik Bu, kalau begitu kita bikin posting baru saja." Kalau yang ini saya bersedia mengerjakannya. Tepung pisang goreng kemudian dikirimkan, jumlahnya lumayan banyak untuk project yang hanya memerlukan tepung seberat 300 gram saja. Di hari weekend saya lantas meluangkan waktu, bahan dan tenaga mempermak si tepung menjadi nastar keju. Hasilnya tidak selumer dan seempuk nastar original yang menggunakan tepung terigu plus maizena, karena bagaimanapun namanya tepung pisang goreng (yang hasilnya renyah dan garing digorengan), maka jenis tepung yang dipakai tentunya bukan hanya terigu dan maizena saja.
Hari Seninnya si Mbak menanyakan eksperimen saya membuat nastar menggunakan tepung brand mereka, "Hasilnya masih oke walau tidak selumer resep aslinya Mbak," jawab saya. Betapa terkejut dan kesalnya saya ketika si Mbak berkata, "Bu, berdasarkan hasil meeting dengan management, kami meminta agar resep menggunakan tepung tersebut menggantikan resep nastar yang sekarang sudah ada di blog, karena kami memang mengincar alamat url dan keywordnya di Google." Saya tak percaya kami membahas hal yang sama kembali, padahal jawabannya sudah saya tegaskan di awal-awal percakapan sebelumnya. "Lho kok kita membahas mengenai hal ini lagi? Saya sudah katakan tidak bisa ya Mbak karena itu tidak fair bagi pembaca saya," dan segambreng penjelasan panjang lebar yang hanya membuat saya naik darah ketika menuliskannya di WA. Jawaban si Mbak A, "Baik Bu, akan kami bahas dulu."
Sejak itu saya tak pernah mendapatkan jawaban dari Mbak A hingga hari ini dan detik ini. Tidak juga saya menanyakan kelanjutan project, padahal saya sudah mengeluarkan biaya, tenaga dan waktu. Tepung pisang goreng yang dikirimkan saya bagi-bagikan ke anak-anak kantor. Dan sejak itu juga lah setiap kali mendapatkan project endorse saya akan meminta fee dibayarkan dimuka sebelum resep diuji coba, 'no money, no honey'. Jika klien memerlukan waktu untuk membayarnya sementara materi sudah harus dipost maka saya meminta perjanjian diatas kertas, atau lebih baik saya tolak. Saya akui, pengalaman dengan brand tepung ini adalah kesalahan saya yang terlalu percaya dengan klien, kenyataannya brand besar sekalipun bisa menjalankan bisnis dengan tidak profesional.
Menuju ke resep. Saya pernah membuat coto Makassar sebelumnya, waktu itu saya ambil resepnya dari buku resep yang disertakan pada slow cooker merk Mitzui. Rasanya kurang maknyus bagi selera saya, jadi jika memiliki waktu dan semangat lagi, coto Makassar akan saya recook. Minggu lalu, berhubung menjelang Idul Adha dan masakan banyak yang berhubungan dengan kambing atau sapi, maka coto Makassar masuk ke dalam list resep yang ingin saya eksekusi. Umumnya coto Makassar menggunakan jeroan sapi, di resep ini saya pakai daging sapi berlemak atau sandung lamur. Untuk air rebusannya, bisa menggunakan air cucian beras ke-3 atau ke-4 yang konon katanya akan membuat kuah coto lebih kental dan rasanya lebih lezat. Saya belum pernah mencoba air rebusan beras untuk memasak coto, dan di resep ini saya hanya menggunakan air biasa. Tapi tak perlu khawatir kuah kurang kental, karena kacang tanah tumbuk di resep akan membuat kuah mengental.
Coto biasanya disajikan dengan buras, lontong atau ketupat dan ditambahkan kondimen berupa sambal tauco. Saya pakai tauco manis dari Tegal, tapi bisa juga menggunakan tauco asin khas Medan.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Coto Makassar
Resep modifikasi sendiri
Untuk 6 porsi
Tertarik dengan resep dari daerah Sulawesi lainnya? Silahkan klik link dibawah:
Bahan:
- 600 gram daging sapi sandung lamur, potong dadu
- 1200 ml air
- 100 gram kacang tanah goreng, blender hingga halus
Bumbu dihaluskan:
- 8 siung bawang merah
- 5 siung bawang putih
- 5 butir kemiri sangrai
- 2 cm jahe
- 1/2 buah pala
- 1 sendok makan ketumbar bubuk
- 1/4 sendok teh jintan
- 1 sendok teh merica bubuk
Bumbu lainnya:
- 3 sendok makan minyak untuk menumis
- 3 lembar daun salam
- 2 batang serai dimemarkan
- 3 cm lengkuas dimemarkan
- 2 sendok teh garam
- 1 sendok makan gula jawa
- 1 sendok teh kaldu bubuk
Bahan sambal tauco:
- 4 siung bawang putih
- 5 siung bawang merah
- 8 buah cabai merah keriting
- 5 buah cabai rawit merah
- 2 sendok makan tauco (saya pakai tauco manis)
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
- 1/2 sendok makan gula jawa
- 1/4 sendok teh kaldu bubuk
- 100 ml air panas
Pelengkap:
- daun bawang dan seledri rajang halus
- ketupat / buras
- bawang merah goreng
Cara membuat:
Membuat sambal:
Panaskan 3 sendok makan minyak di wajan, goreng bawang putih, bawang merah, cabai hingga matang. Angkat (jangan buang minyak sisa diwajan) dan haluskan di cobek. Masukkan cabai kembali ke wajan berisi sisa minyak, tambahkan tauco, gula, garam, kaldu bubuk, aduk dan tumis selama 1 menit. Masukkan air panas, masak hingga mendidih. Cicipi rasanya, angkat dan sajikan dengan coto dan ketupat.
Membuat coto:
Panaskan 2 sendok makan minyak, masukkan daging, aduk dan tumis hingga kecoklatan. Angkat.
Masukkan bumbu halus ke wajan bekas menggoreng daging, tambahkan minyak jika kurang. Tumis bumbu hingga harum, masukkan daun salam, serai, lengkuas, aduk dan tumis hingga bumbu matang, tampak lebih gelap warnanya.
Masukkan daging, aduk rata. Tuangkan air panas, rebus hingga daging lunak.
Masukkan gula, garam, kaldu bubuk dan 1/2 porsi kacang tanah tumbuk, aduk rata. Tambahkan porsi kacang tanah jika kuah dirasa kurang kental. Cicipi rasanya, sesuaikan asinnya, angkat. Sajikan coto dengan lontong, ketupat, buras dan sambal tauco. Mantap!
Wah mbak... sepertinya mereka berkuasa sok ngatur2... padahal cuma DP tepung bumbu... OMG...
BalasHapusyep, dan gak ada malunya bo. gak ada ucapaan maaf atau apapun, kacrut
HapusWah hebat mbak... Salut saya kebanyakan malah orang lebih mementingkan untung daripada kepercayaan... Aplaus buat mbak... Saya ini g pinter masak... Tp begitu dapat blog mbak praktek masak pakai resep mbak... Alhamdulillah suami cocok suka... Lup you mbak... Salam kenal... Tetap semangat...
BalasHapusSalam kenal Mbak, thanks ya. senang resep2nya disuka, sukses yaaa
HapusDp tepung aja Request banyak ya mba. Salut dg mba endang yang jujur, krn skrg bnyk org review tp sulit dipercaya .
BalasHapusSejauh ini jtt selalu yg pertama tempat ku buat cari menu masakan. Karena suka dgn cerita2 mba endang yg informatif..
Thnaks Mbak Nia, soalnya kalau gak jujur ntar yang coba ngamuk2 kalau gak oke wkakakak
Hapusmakasih banyak Mbak Endang, pas banget lagi pengen jajan coto Makasar tapi warung langganan tutup karena covid (copid oh copiiiid). Akhirnya bisa bikin sendiri di rumah. yeeaayy
BalasHapusSip, sama2 Mbak. Moga suka yaaa
HapusSemangat terus mbak
BalasHapusCobaanya banyak hikmah nya ya
Selalu kita tunggu mbak cerita dan resep2 yg kita andalkan buat keluarga kami dari blog JTT. Semoga mbak Endang sehat selalu agar bisa terus berkarya
Thanks Mbak, sukses yaaa
HapusTerima kasih mbak Endang atas kredibilitasnya dengan tidak mengecewakan pembaca seperti kami ini meski kami cuma mengunjungi blognya tanpa memberikan apa-apa.
BalasHapusNgomong2 berhubung ada sisa daging dengan bagian lemak2nya dapet idul adha kemaren, bisa nih dicoba resep Coto Makassarnya. Selama ini cuma bisa coba yang versi Indomie karena di Palembang tidak mudah nemu yang jual Coto Makassar.
thanks yaa, silahkan dicoba resepnya, moga suka yaa. suksess!
Hapuswah mba endang, salut saya mba. terima kasih sudah memoertahankan resep nastar lumer ya, saya salah satunya yang selalu berkunjung ke resep nastar lumer. sudah nyobain bbrp resep nastar baker terkenal di ig, tapi sejauh ini resep nastar jtt yang paling juara.
BalasHapussemoga sehat selalu ya mba
sip, sama2 ya Mbak. Thanks ya sudah menyukai resepnya
HapusHalo Mbak Endang..thanks for sharing resep resep yang mantap. beberapa resep cakes dan cookies (cake wortel, banana bread, pandan,muffins, oatmeal cookies, dll) di blog ini sudah menjadi favorit anak anak saya, deeply thankyou Mbak..
BalasHapusSedikit flash back menemukan blog ini sekitar 2011an karena awalnya niat belajar masak. Dan benar benar saya mengikuti step by step yang ada di blog ini dan voila! pasti berhasil. catatan di sharing pertama pun tidak terlewat karena untuk pemasak pemula seperti saya, notes awal itu yang paling penting ketika memasak.
Anyway, resep COTO MAKASSAR, yeeaaaayyyy!!..adalah resep yang saya tunggu tunggu Mbak..karena masakan ini salah satu favorit
dari kota asal saya, hehehe..
oiya Mbak, kacang tanahnya goreng kulitnya dikupas kah?
Semangat selalu Mbak..sukses selalu..IG nya aku follow juga dan sangat suka dengan penyajiannya. God Bless U, Mbak
Halo Mbak Adriani, thanks ya sudah menyukai JTT sejak lama, wow 2011 lamaaa banget hehhehe.
HapusKacang tanahnya gak saya kupas Mbak biar kuah coto lebih gelap.
Sukses yaaaa
sebelum instagram hits dengan selebgram2 resep2 masakan, justtryandtaste.com amat sangat membantu kami2 ini yg tdk bisa masak sampai bisa masak dan semua resep jtt dijamin anti gagal...
BalasHapussampaii bertanya2...ini mba endang amat sangat NIAT banget bikin resep tutorial nya sampai foto2 langkah2 pembuatan nya di buat sedemikian rupa, sehingga semua yg praktekin ga perlu susah2 lagi dan meminimalisasikan pertanyaan2 hahahaha...
mba Endang Indriani, Tokoh Inspiratifffff di dunia permasakan seindonesia
konten Terniat...konten yg helpful...konten anti gagal dan enak
jasa mu luar biasa di bidang perdapuran
salam sukses dan berjaya selalu ya mba..
*dari penggemar yg gatel pengen komentar dan yg suka ngintip n praktekin resep JTT*
Halo Mbak, waah makasih banget testimoninya wakakka, saya senang resepnya sukses dicoba. Stay safe dan stay healthy yaa.
Hapus