Seandainya waktu bisa diputar ulang dan dimundurkan, saya ingin kembali ke masa kecil ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Jika mimpi gila itu bisa diwujudkan, hal pertama yang akan saya lakukan adalah serius bersekolah dan belajar, bukan keranjingan main kesana-kemari, tak pernah membuka buku. Alhasil kemampuan akademis parahnya minta ampun. Seperti kakak saya, Mbak Wulan, yang bahkan sejak kecil sudah tahu apa yang dimau dan dituju ketika kelak dewasa. Kakak saya sejak SD, sudah memiliki cita-cita menjadi dokter, dan cita-cita tersebut tak sedikitpun bergeming hingga akhirnya benar-benar terwujud. Mbak Wulan, bukan saja dikaruniai otak tokcer bin encer, tapi juga kemauan keras dan persisten. Dari SD hingga lulus di bangku SMA, rangking tiga besar dikelas dan sepuluh besar sekolah selalu diraih. Tak pernah melenceng. Betapa jauh berbedanya dengan saya, boro-boro tiga besar, dua puluh besar dikelas bisa diraih saja sudah syukur alhamdulilah. Almarhum Bapak saya, bahkan gave up memberikan pelajaran matematika, pelajaran yang saya benci bahkan hingga saat ini. Untungnya ketika bekerja sekarang, excel dan kalkulator mempermudah urusan, tapi saat sekolah dulu jam pelajaran matematika adalah nightmare buat saya. Tobat!
Setiap pelajaran matematika keringat dingin bercucuran, rasanya jika bisa skip saja mata pelajaran tersebut dan tetap lulus, ingin itu saya lakukan. Tapi tentu saja impossible! Bapak yang berotak encer dan suka dengan pelajaran matematika atau fisika seakan menemukan sparing partner yang sangat mengasyikkan kala mengajarkan soal-soal sulit dua mata pelajaran ini bersama kakak saya. Tapi ketika harus mengajari saya, maka beliau seakan menemukan musuh bebuyutan. Dari nada sabar, berubah menjadi tinggi dan ujung-ujungnya tekanan darah meninggi dan nightmare juga buat saya. Akhirnya, tak mampu meng-handle, saya dileskan pada seorang guru matematika yang kebetulan tak jauh rumahnya dari kami saat masih tinggal di Paron. Les pun tak memberikan hasil mumpuni, karena saya benar-benar benci dengan mata pelajaran ini. Otak seakan buntu tak mampu menghapal rumus atau mengerti rangkaian angka. Guru les memberikan laporan bernada menyerah ke Bapak kala beliau meminta hasil perkembangan. "Susah Pak, anaknya benar-benar lemah dengan matematika," kata guru les waktu itu, dan Bapak pun semakin puyeng memikirkan saya. Fast forward, ajaib juga saya bisa lulus dari sekolah, tentu saja dengan nilai matematika yang bukan hanya pas-pasan tetapi kurang. Seandainya saat itu sudah ada syarat kelulusan dengan Ujian Nasional, maka saya mungkin tidak akan lolos sensor. Gubrak!
Tapi ada satu kejadian lucu ketika saya kuliah dan harus melewati mata kuliah Fisika Dasar. Saya sudah mengikuti satu semester mata kuliah ini dan mendapatkan nilai D. Panik tak terbayangkan kala itu. Saya tak mau lulus dengan nilai C apalagi D di ijasah. Jadi ketika semua mata kuliah telah diambil dan sedang mempersiapkan skripsi, saya pakai waktu lengang itu dengan mengulang 2 mata kuliah C dan satu nilai D tersebut. Target saya untuk Fisika Dasar hanya C, itu pun jika belajar mati-matian dan hoki. Tapi bintang keberuntungan tak pernah hinggap dalam hidup saya, jadi pilihannya hanya belajar mati-matian. Masalahnya, setiap kali mengikuti mata kuliah ini, tak satupun teori saya mengerti atau rumusan saya pahami, hati ini yakin nilai D akan tercetak didalam ijasah kala lulus kelak. Malam sebelum ujian, saya sudah berkeluh kesah ke Ana, salah satu adik tingkat yang juga teman kos dan sedang mengikuti mata kuliah yang sama. "Kayaknya bakalan D lagi nih An, gak ada satupun latihan soal yang bisa dikerjakan," curhat saya waktu itu, menyerah sebelum bertempur. Ana hanya menatap pasrah dan mencuitkan hal yang sama.
Esok paginya kala ujian tiba, lima puluh soal saya lewati dalam waktu 20 menit saja dari waktu 90 menit yang disediakan. Bagaimana tidak 20 menit? Tak ada satupun soal yang bisa dijawab, jadi akhirnya saya pakai metode cap-cip-cup kembang kuncup dikombinasikan dengan menghitung kancing baju, jika ada tokek bernyanyi mungkin itupun akan digunakan untuk menjawab pilihan jawaban ABCD. Sepuluh soal essay berisi hitungan dan rumusan saya jawab dengan rumus hasil mengarang sendiri. Jika ilmuwan dan ahli fisika memerlukan waktu seumur hidup merumuskan teori momentum dan sebagainya dan sebagainya, maka saya hanya perlu 1 menit saja. Saya yakin, dosen fisika bukan hanya garuk-garuk kepala ketika mengecek jawaban tersebut, tetapi juga muntah-muntah bahkan mungkin resign karena merasa gagal. Kala anak-anak lain sibuk dan khusyuk didepan lembaran soal masing-masing meramu angka dan mengingat rumusan, saya justru ongkang-ongkang kaki di kursi menunggu waktu ujian selesai and do nothing.
Seminggu kemudian nilai ujian Fisika Dasar pun diumumkan di papan pengumuman yang tertempel di salah satu dinding kampus. Hari yang sangat mendebarkan dan saya ogah pergi ke kampus untuk mengeceknya. Saya justru tahu nilai Fisika dari Ana yang sejak pagi ada di kampus menunggu nilai-nilai ujian keluar. "Dasar lu Mbak, katanya gak bisa satu soalpun. Kamu dapat nilai A tahu gak!" Teriaknya ketika sampai di kosan saat jam makan siang. Hah, nilai A? Tak percaya dengan perkataan Ana, saya langsung memacu motor ke kampus yang letaknya cukup dekat dengan kosan. Ketika melihat deretan nama mahasiswa di hasil ujian Fisika Dasar, dan nilai A di sebelah nama Endang Indriani, saya ngakak sengakak-ngakaknya. Well, something jelas wrong dengan hasil ini. Bisa jadi nilai tertukar dengan mahasiswa lain, atau dosen sedang mengantuk kala mengeceknya. Apapun itu what the hell, akhirnya dewi fortuna singgah juga dalam hidup saya. 😂
Menuju ke resep. Menu ayam memang tak terhitung banyaknya, dan terus terang setiap kali hendak share resep masakan dengan bahan ini saya menjadi ragu. Tapi ayam memang bahan paling fleksibel, terjangkau harganya, dan mudah untuk dipermak dalam aneka resep. Selain itu dibandingkan dengan daging merah seperti sapi, maka ayam lebih menjadi pilihan. Jadi wajar jika kali ini kembali satu resep ayam saya hadirkan ya. Semoga anda belum bosan atau give up dengan saya.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 4 porsi
Tertarik dengan resep simple dengan bahan ayam lainnya? Silahkan klik link dibawah ini ya:
Bahan:
- 1/2 ekor ayam negeri, potong menjadi 12 bagian
- 1/2 buah jeruk nipis, peras airnya
- 1 sendok teh garam
- 1/2 sendok teh merica bubuk
- 2 siung bawang putih dihaluskan
- 3 sdm minyak goreng
Bumbu:
- 2 sendok makan mentega
- 1 buah bawang bombay, potong kasar
- 3 siung bawang putih cincang halus
Bahan saus aduk jadi satu:
- 2 sendok makan kecap inggris
- 1 1/2 sendok makan saus tiram
- 1/2 sendok makan gula palem bubuk
- 2 sendok makan saus tomat
- 1/2 sendok teh garam
- 1 sendok makan maizena
- 1/2 sendok teh kaldu bubuk
- 2 sendok makan kecap asin
- 1 sendok makan kecap manis
- 200 ml air
Cara membuat:
Siapkan ayam yang sudah dicuci dan ditiriskan ke mangkuk, masukkan air jeruk nipis, garam, merica bubuk dan bawang putih, aduk rata. Panaskan minyak di wajan, goreng ayam hingga permukaannya kecoklatan. Angkat dan tiriskan, sisihkan.
Panaskan 2 sendok makan mentega di wajan/pan, tumis bawang bombay dan bawang putih hingga layu. Tuangkan larutan saus, aduk dan masak hingga mendidih dan kental. Masukkan ayam, aduk dan masak dengan api sedang selama 3-5 menit hingga saus meresap dan ayam matang. Jika saus terlalu kental tambahkan air dan masak hingga kuah kental tapi masih mengalir ketika disendok. Cicipi rasanya, sesuaikan asin dan manisnya. Angkat, sajikan dengan nasi panas.
Saya ngakak membaca cerita mbak endang. Persis sekali dengan kisah hidup saya. Tiap kali mau ulangan matematika pasti langsung sakit panas, hahaha...untung sekarang sudah gak sekolah lagi.
BalasHapusTerima kasih cerita-ceritanya yang selalu menghibur dan resep-resepnya yang mudah dipraktekkan dan selalu enak rasanya. Sehat selalu mbak endang.
Iin-Malang
Wakakkak samaa, saya banyak pengalaman bad dengan guru2 matematika. Semakin membuat nightmare kalau ikut kelasnya.
HapusNumpang ketawa ngakak pagi2 mba, maafkan aku. Emang bener juga sih, banyak pengalaman saat kita sudah bener2 berhenti berharap, biasanya pertolongan/keajaiban datang. Jangan pesimis mba, mungkin saja mba Endang punya kelebihan yg gak dipunyai mba Wulan. Gak ada yg sempurna, ada kekurangan pasti ada kelebihan. Berbagi resep gratis dan cerita sehari2 yg bikin bahagia senang terharu orang lain itu juga kelebihan mba, gak semua orang bisa melakukannya. Tetep semangat mbaaaaaa
BalasHapusWakakkak ya betul, hanya sampai sekrg ingat nightmarenya kelas matematika, betapa bersyukurnya saya itu telah berlalu walau nilai kebakaran semua hahahah
HapusBukan main hebat masa kecil Mbak Endang yang penuh tantangan. Ini yang menjadikan hidup berwarna dan indah untuk dikenang. Inspiratif banget!
BalasHapusbtw gula palem itu bisa diganti gula jawakah?
Bisa diganti gula jawa Mbak. Pengalaman jaman SD dan SMP yag paling bad, SMA sudah agak lebih membaik karena mulai serius belajar hahahah
HapusAssalamualaikum mbak Endang, ijin save resep, ijin ngakak juga...bwaha..ha..ha..ini kisah mbak Endang paling lucu, mirip aq sih, kakak juga pinter, ntah kenapa beda sama aq padahal dari cetakan yg sama...
BalasHapusAnyway thanks resepnya ya, lg pengen yg bersaus..
Thati, Kendari
Betul banget Mbak Thati, hanya di keluarga, cuman saya dan Ibu saya yang super bad matematika wakkaka
HapusHai mbak Endang,cap cip cup kembang kuncup digunakan utk ujian fisika dasar? Kok bisa ?
BalasHapuskok bisa spt saya juga maksudnya,itu adalah jurus andalan hahahha...ai lup yu mbak,sukses selalu.
Hahahhaha dah gak ada jalan lain buat jawabnya, capcipcup jalan terbaik wakakkak
HapusSelalu terhibur dg cerita mba endang, dan selalu nunggu blog mba endang update.. mba kayane klo bikin novel top deh..
BalasHapusHalo Mbak Puji, thanks ya Mbak, senang ceritnya disuka, sukses yaa
HapusHorayyy akhirnya mba endang ngeblog juga.. selalu seru dengan intro nya, kangen resep resepnya juga. Kayaknya cuma mba endang aja yg nyisipin cerita di resep masakan diantara chef chef kelas dunia sekalipun. Nah kan mn ada yg bisa masak sambil mikir alur cerita, top abis deh
BalasHapushahahha, kadang ide nulis lancar, kadang benar2 mandek Mbak
HapusPagi Mbak Endang. Blog Mbak Endang aku jadikan referensi resep setiap aku mau masak, dan aku selalu kangen dengan prolog di tiap resepnya. Berasa baca cuplikan portfolio Mbak Endang di setiap resepnya. Multi tasking lho Mbak, menuangkan cerita nyata sekaligus merangkai sebuah resep masakan itu enggak gampang. Dan akupun sudah dibuat ngakak pagi-pagi baca true story matematika. Semakin sukses ya Mbak Endang
BalasHapusHalo Mbak Indah, thanks ya, senang resep dan prolognya disuka, sukses selalu yaaa
Hapus