Akhir-akhir ini keamanan diseputar kompleks rumah saya semakin berkurang, dalam beberapa bulan terakhir ini kejadian perampokan dan usaha perampokan meningkat. Sepertinya sejak Covid melanda, kriminalitas menjadi dan perampok tidak malu-malu meong lagi melakukan aksinya. Kompleks perumahan di tempat saya tinggal termasuk lokasi yang rawan. Jalan didepan rumah adalah jalan umum yang dipergunakan masyarakat umum berlalu lalang bebas. Portal disediakan, tetapi hanya ditutup mulai pukul 12 malam hingga jam 5 pagi, selebihnya terbuka bebas. Apalagi lokasi perumahan berdekatan dengan pasar dan sedikit berjalan ke belakang maka terletak perumahan kumuh dengan rumah berdempetan rapat berada. Setiap bulan kami, warga kompleks, membayar uang keamanan hanya sekedar untuk tenaga petugas menaikkan dan menurunkan palang portal, bukan petugas keamanan khusus didalam pos mereka yang menjaga selama 24 jam. Alhasil tidak ada yang bertanggungjawab atas keamanan kompleks.
Beberapa bulan lalu, seorang warga kompleks bercuit di grup RT, mengatakan motornya yang terparkir dibalik pagar hilang digondol maling. Kejadiannya di malam hari, dan memang setelah diusut ternyata pagar rumahnya tidak dikunci, sehingga maling bebas masuk ke halaman. Pak RT lantas meminta semua warga untuk selalu menggembok pagar rumah, tak peduli apakah pemilik rumah berada di rumah atau sedang keluar. Saya sendiri sejak tinggal di rumah ini sudah mengetahui betapa rawannya daerah ini. Dulu awal-awal menetap, seringkali rumah disambangi preman berbagai bentuk yang meminta uang sumbangan atas nama RT atau RW hingga preman yang menggedor pagar rumah sekencang-kencangnya hingga saya terpaksa keluar rumah dan memberi uang sepuluh ribu rupiah. Saat kejadian itu saya ketakutan bukan main, dan dengan mudahnya dibully untuk memberikan rupiah. Tapi sekarang saking sudah terbiasanya, saya tak peduli sedikitpun jika ada yang menggedor pagar rumah, kecuali ketika kurir datang mengantarkan pesanan.
Dua bulan lalu, seorang warga bercuit kembali di grup, kali ini cukup membuat saya panas dingin. Pagar rumahnya yang telah terkunci kuat dibobol perampok. Karena si perampok tak mampu membuka gembok maka engsel pagarlah yang jadi sasaran. Engselnya dilepas dalam kondisi pagar masih terkunci, dan sebuah motor yang diparkir dihalaman raib. Kejadiannya shubuh sekitar jam 5 pagi, bahkan si pemilik rumah sempat melihat sepintas ketika dua perampok membawa kabur motornya.
Sebulan kemudian, seorang warga yang rumahnya terletak disisi ujung jalan lainnya berteriak di grup meminta pertanggungjawaban Pak RT karena spion mobilnya yang terparkir didepan rumah, ditepian jalan, lenyap. Kali ini saya cuman ngedumel sendiri, kapokmu kapan? Warga satu ini sering sekali memarkirkan kendaraannya ditepi jalan karena garasinya penuh terisi mobil dan kendaraan lain. Alhasil seringkali jalan menjadi macet karena kendaraan melambat didepan rumahnya. Jadi kalau kali ini spionnya hilang semoga menjadi pelajaran pahit, dan jika meminta pertanggungjawaban Pak RT karena kebodohannya sendiri maka super lucu rasanya.
Tapi ketika dua minggu lalu seorang Ibu yang rumahnya terletak diujung jalan, pagi-pagi mengirimkan pesan di WA grup mengatakan rumahnya disatroni perampok di jam setengah 6 pagi, saya berkeringat dingin sendiri. Bayangkan, di Minggu pagi, di jam setengah enam dimana sebagian besar penghuni rumah biasanya sudah bangun dan beraktifitas, para perampok memanjat pagar depan rumahnya. Dua perampok berhasil meloncat naik dan mengutak-atik gembok, sementara dua lainnya menunggu ditepian jalan. Suami si Ibu yang telah bangun mendengar suara kelotakan pagar, lari dari lantai atas menuju ke depan rumah. Perampok-perampok ini lari dengan motornya sebelum berhasil terlihat wajahnya, hanya kaki-kaki mereka yang sekilas tampak. Walau belum berhasil merampok apapun, tapi gembok pagar menjadi rusak tidak bisa dibuka dan si pemilik rumah terkurung dirumahnya sendiri hingga siang hari ketika tukang kunci akhirnya datang membetulkan. Tobat!
Saya perhatikan umumnya perampokan terjadi pada rumah-rumah yang terletak diujung-ujung jalan dimana perampok dapat cepat kabur melarikan diri ke komplek perumahan atau jalan lainnya. Untungnya, kalau bisa disebut untung, rumah saya terletak tepat ditengah-tengah kompleks, dimana sisi kanan kiri dan depan rumah-rumahnya terisi, bukan rumah kosong yang banyak terdapat dibagian ujung. Tetangga sisi depan juga berupa kos-kosan sehingga selalu ramai anak-anak kos masuk dan keluar. Walapun begitu, tetap saja ada rasa resah dan gelisah ala Obbie Messakh setiap kali ada pesan masuk berisi perampokan. Sialnya, yang bisa saya lakukan hanyalah tetap berdoa dan waspada, karena tak mungkin rasanya jika harus siskamling setiap malam bukan? Apa kata dunia?
Menuju ke resep. Telur berbumbu ala Bali ini termasuk favorit menu, apalagi jika disantap bersama nasi uduk, bihun goreng dan tumis buncis. Tobat sedapnya. Resepnya hasil mengarang sendiri. Sebenarnya ragu apakah menggunakan jahe atau tidak, jadi saya skip dari resep. Beberapa komentar di IG mengatakan, jahe wajib dipakai, beberapa lain mengatakan jahe dan kencur. Menurut saya, kembali ke selera masing-masing ya.
Berikut resep dan prosesnya.
Telur Bumbu Bali
Resep modifikasi sendiri
Tertarik dengan resep telur lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Bahan:
- 6 - 8 butir telur ayam rebus, kupas
Bumbu dihaluskan:
- 10 buah cabai merah keriting
- 5 buah cabai rawit
- 5 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 5 butir kemiri goreng/sangrai
- 1 buah tomat merah
- 1 sendok teh terasi bakar/goreng
- 2 cm jahe (saya tidak pakai)
Bahan dan bumbu lainnya:
- 3 sendok makan minyak untuk menumis
- 1 batang serai memarkan
- 3 lembar daun jeruk purut, remas dan robek kasar
- 1/2 sendok teh garam
- 1 sendok makan gula jawa sisir
- 1/2 sendok teh kaldu bubuk
- 1 sendok makan kecap manis
- 100 ml air
Cara membuat:
Sayat-sayat tipis permukaan telur rebus yang telah dikupas, agar tidak meledak saat digoreng.
Panaskan minyak agak banyak diwajan, goreng telur hingga permukaannya sedikit kecoklatan. Angkat dan tiriskan. Sisihkan. Telur juga bisa tanpa digoreng.
Panaskan 3 sendok makan minyak di wajan. Tumis bumbu halus, daun jeruk dan serai hingga harum dan matang. Jika bumbu belum tanak tapi cepat gosong tambahkan porsi minyak. Bumbu yang tanak akan berwarna lebih gelap dan mengkilap.
Masukkan sisa bumbu dan bahan lainnya kecuali telur, masak hingga mendidih. Masukkan telur, aduk dan masak hingga bumbu mengental dan tidak berkuah. Cicipi rasanya, sesuaikan gula dan garamnya. Angkat dan sajikan dengan nasi hangat.
Wah malah ngeri ya mbak... malingnya nekat banget.
BalasHapusMasak telurnya perlu dicoba nih... keliatannya enak banget
malingnya sudah gak ada takutnya Mbak, siang2 juga dijabanin
HapusSekian kalinya resep mbak endang saya praktekkan..resepnya simpel...dan semua supeeeer yummy😋😋.... Mulai dari ceker hot spicy.. Ayam woku...sate ayam...soto ayam lamongan..klepon..masih bnyak lagi pokoknya..... Dan yg paling juara adalah nastar... Semoga sukses selalu mbak endang... Makasih sudah bikin aq senang memasak 😍😍😍😍😍
BalasHapusTd baru masak ini.. sedeeppp bangettt!! 😍😍😍 makasihh Mba Endang resep2nya yg selalu endulll 😘😘
BalasHapus