Tikus! Musuh bebuyutan yang peperangan kami bahkan lebih panjang dari Perang Dunia I, karena seingat saya lebih dari empat tahun lamanya. Segala macam cara sudah saya lakukan untuk mengenyahkan makhluk pengerat ini dari halaman rumah. Segala macam cara, mulai dari menutup lubang tikus dengan semen, menuangkan cairan seperti cuka, Porstex, Bayclin, hingga bensin, memasukkan bawang-bawangan yang konon katanya tikus tak suka dengan aromanya, tak ada satupun yang sukses. Tapi ada satu cara yang saya enggan melakukannya, walau dianjurkan banyak orang untuk dilakukan, yaitu menebar halaman dengan racun tikus.
Selama ini jika tikus masuk ke dalam rumah, maka saya selalu mengandalkan lem tikus. Perangkap tikus mematikan berbentuk kotak karton dengan permukaan yang diolesi dengan lem ini menurut saya cara menjebak tikus yang super mudah dan terbukti sukses. Mulai dari tikus kecil hingga jumbo, tikus anakan hingga bangkotan, mampu terjebak. Walau bagian terberat dari perangkap ini adalah saat membuang bangkai tikusnya, atau ketika tikus terlalu besar dan perangkap terlalu ringan sehingga tikus yang lengket di atasnya mampu melarikan kotak karton hingga kemana-mana, bahkan menggigitnya hingga dedel duel. Tapi so far, lem tikus sangat tokcer.
Saya pernah menggunakan racun tikus, satu kali saja, bertahun nan lampau. Saat itu saya belum mengenal jebakan bernama lem tikus. Seekor tikus got besar (ini benar-benar besar), mampu menjebol saluran pembuangan air di lokasi mesin cuci pakaian. Rasanya hidup saya benar-benar runyam saat itu, karena tak ada yang lebih mengerikan selain hidup serumah dengan tikus yang bisa merambah kemana-mana. Saya lantas membeli racun tikus 'mati kering' yang banyak dijual di kios-kios di mal, yang kemudian saya tahu hanya hoax belaka karena tikus memang mati tapi tidak kering sama sekali! Dua hari kemudian saya mencium bau bangkai yang sangat dahsyat dari area di dekat dapur tapi tak menemukan apapun. Saya menjerit histeris kala akhirnya menemukan tikus besar yang telah mati ini tergantung di jendela nako dapur, terjepit antara kaca yang memang posisinya tidak tertutup rapat. Kemungkinan tikus berusaha masuk ke dapur tapi di tengah perjalanan terjepit kaca dan plus racun hingga akhirnya tewas dalam kondisi setengah tergantung. Betapa stresnya saya ketika harus membuang bangkai tersebut, yang saya lakukan dengan meletakkan sebuah tong sampah yang dilapisi kantung plastik besar. Tong saya posisikan persis di bawah bangkai, kemudian tikus saya dorong dari dalam dapur menggunakan sebatang gagang kayu bekas sapu yang panjang. Sukses, tikus jatuh ke kantung plastik dan saya buang ke tempat pembuangan sampah di pasar.
Tapi sejak pengalaman yang sangat menjijikkan itu saya kapok bermain dengan racun tikus. Tidak ada namanya racun tikus mati kering, mungkin akhirnya akan kering tapi memerlukan waktu lama dan panjang, yang sama artinya dengan musibah. Tapi tikus di halaman ini benar-benar membuat saya kehilangan akal, bukan hanya membuat satu lubang tapi banyak lubang, dan kemungkinan besar halaman di depan rumah jika dibongkar isinya adalah kerajaan tikus. Saya lelah harus bertukang di setiap weekend, mengaduk semen mortar yang berat, berpanas-panasan di bawah sinar matahari menutup lubang tikus. Satu lubang ditutup, maka dua lubang lainnya akan dibuka. Pertarungan kami tak akan pernah berakhir sama seperti pertanyaan duluan mana ayam atau telur? Apalagi saat ini saya memiliki banyak tanaman sayuran seperti pakchoi, kale, seledri, daun bawang yang saya tanam dalam box-box kontainer. Tak mungkin rasanya semua kotak-kotak tanaman tersebut saya tutup dengan kawat loket. Membutuhkan berapa meter kawat untuk memenjarakan tanaman itu disana agar tikus tak mengacak-acaknya?
Akhirnya dua minggu lalu dengan hati was-was saya keluarkan juga racun tikus yang dibeli di Tokopedia dua tahun yang lalu. Racun ini harganya lebih mahal dibandingkan racun tikus umumnya. Berbentuk seperti biskuit pelet dengan potongan kecil-kecil sebesar kelingking, berwarna kehijauan dan aromanya percampuran antara ikan dan racun. Konon racun ini pasti akan disikat tikus, karena aroma dan bentuknya yang menarik, itu kata-kata di keterangan produk yang di-display oleh toko. Saya punya dua kotak racun, untuk trial pertama ini akan saya pakai satu kotak berisi sekitar 20 butir pelet. Racun lantas saya tebar secara acak di berbagai sudut yang kira-kira tikus suka melewatinya. Sialnya setelah ditebar, saya baru tersadar seharusnya jumlah racun dihitung terlebih dahulu agar ketahuan apakah ada yang dimakan oleh si tikus atau justru dicuekin. Keesokan harinya dengan perasaaan cemas saya membuka pintu di pagi hari. Bayangan saya tikus akan bergeletakan mati di depan pintu rumah dan membuat saya menjerit histeris, tapi skenario itu tidak terjadi. Setelah dilakukan inspeksi tak percaya diri ke seantero pot dan halaman, tidak ada satupun bangkai tikus yang saya temukan. Pelet-pelet yang ditebar sebagian masih ada di tempatnya, walau sebagian memang menghilang, jadi sepertinya dimakan oleh si tikus. Saya mengira tikus mati di dalam lubangnya masing-masing. Ingin rasanya saat itu saya melakukan toss dengan diri sendiri, karena tak perlu membuang bangkainya.
Keesokan harinya saya mulai mencium aroma bangkai tikus yang memang sangat khas, tidak terlalu kuat, hanya ketika angin berhembus saja. So far tidak menjadi masalah besar. Tapi bukan main kecewanya saya kala sore hari jam lima saya melihat tikus besar berlari ke sudut halaman, bersembunyi di rumpun pohon paku yang rimbun. Tobat! Tikus satu ini adalah musuh utama saya, tikus tua betina yang sudah melahirkan banyak baby tikus yang sebagian besar merambah halaman. Saya katakan tikus tua karena badannya besar dan bulu-bulunya banyak yang telah rontok. Tikus ini telah ada dan bersarang di halaman bertahun-tahun lamanya. Kali ini saya tak menemukan lubang tikus yang biasanya muncul di halaman, jadi kemungkinan dia menjebol lubang di balik pot yang menempel di dinding pagar. Model lubang seperti ini susah ditutup semen.
Saya mulai bertanya-tanya dengan diri sendiri apakah efektif racun tikus biskuit ini, karena terbukti tikus masih hidup. Hendak membongkar pot dan menutup lubang saya sudah kehilangan motivasi, gairah dan harapan, ketiga hal tersebut adalah bahan bakar utama kaki dan tangan ini untuk bergerak membuat adonan semen. Keesokan harinya, di siang hari kala sedang melihat-lihat tanaman di halaman, saya bertemu dengan baby tikus yang lugu tetapi sama sekali tidak lucu. Ukurannya sebesar telur ayam kampung, berbulu hitam tebal, kedua matanya bulat, hitam berkilau. Bayi tikus ini tidak pernah bertemu manusia, jadi sama sekali tidak takut dengan saya yang berdiri di dekatnya. Berjalan tertatih-tatih, terbengong-bengong, bahkan tidak lari ketika saya bentak, "Heh!" Walau seharusnya saya bukan menyapa, tapi mengambil sapu dan menggebuknya sekuat tenaga kala si tikus ini (walau baby) sedang dalam kondisi tidak berdaya. Tapi yang saya lakukan hanya memelototinya, berharap tatapan super tajam ini mampu membunuh tikus seketika. Saat tikus kecil ini masuk kembali ke lubang di balik pot, saya baru tersadar, jika ada satu bayi tikus berarti ada enam bayi lainnya karena satu ekor betina mampu menghasilkan 6-10 ekor bayi! Saat itu juga saya langsung lari mengambil sekotak racun tersisa, kali ini saya hitung jumlahnya kala ditebar di berbagai posisi.
Besok paginya kala hendak berangkat ke kantor, saya melakuan inspeksi tanaman terlebih dahulu. Saya cek biskuit-biskuit banyak yang raib, tapi saya tak melihat tikus mati tergeletak hingga akhirnya saya mendengar suara lalat berterbangan, mendengung dari rumpun kunyit kesayangan. Dengan langkah takut-takut saya mendekat dan melihat buntut tikus dan kaki tikus menjulur dari batang kunyit yang rapat, saya kabur melarikan diri dengan sukses. Saat itu ingin rasanya saya pergi saja ke kantor, melupakan bangkai yang tergeletak, seakan tak pernah ada tikus mati di halaman. Tapi bangkai tersebut berada dekat dengan keran air untuk menyiram tanaman, bagaimana mungkin saya bisa melupakannya begitu saja seperti burung unta yang membenamkan kepalanya ke pasir jika bertemu dengan bahaya? Hati ini berkecamuk dengan dilema, hingga akhirnya saya putuskan mencari bantuan. Pintu pagar saya buka dan saya berdiri di tepi jalan menunggu, menunggu siapapun yang lewat yang kiranya bisa membantu saya membuang si bangkai. Entah tukang sampah, tukang bajaj, atau siapapun, yang jelas bukan saya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, tukang sampah motor dengan gerobak besar tiba-tiba muncul di sudut jalan dan hendak melalui depan rumah, seketika saya acungkan tangan mencegatnya.
"Mas, bisa minta tolong nggak?" Tanya saya ketika si Mas Tukang Sampah berhenti bingung. "Ibu pakai jasa tukang sampah siapa ya? Karena bukan saya yang mengangkut sampah disini," katanya. "Oh bukan, bukan mengangkut sampah. Hm, saya minta tolong buangkan bangkai tikus, nanti saya bayar Mas. Soalnya saya gak berani lihatnya," dan saya mulai merepet panik menjelaskan panjang lebar mengenai proses racun-meracun, dan berujung dengan kematian tikus. Si Mas hanya mengangguk santai, mengambil sapu lidi dan pengki dari dalam gerobaknya dan berjalan ke arah rumpun kunyit yang saya tunjukkan dari jarak 7 meter. Swear saya sama sekali tak berani mendekat. "Maaf ya Mas, saya lihat dari jauh saja yaaaa," teriak saya. "Nggak pa-pa Bu," dan dalam waktu satu menit, bangkai tikus itu berpindah ke gerobak sampah dan uang tiga puluh ribu berpindah juga dari dompet saya ke kocek si Mas yang menerimanya dengan senyum riang. Lebih baik saya keluarkan uang tiga puluh ribu rupiah dibandingkan harus berurusan dengan bangkai tikus sendiri. "Mas, tikusnya gede gak?" Tanya saya penasaran, karena kalau besar berarti simbok tikus berhasil saya enyahkan, kali ini selama-lamanya, dan peperangan kami pun usai. "Lumayan," jawab si Mas yang membuat saya hingga detik ini masih ragu apakah itu benar si emak tikus atau tikus lainnya. Tapi demi benar-benar melenyapkan semua jenis tikus, apapun itu di halaman, saya lantas membeli racun berikutnya di Tokopedia. Racun tikus Ma Owang. Gubrak!
Menuju ke resep. Apple pie, makanan enak tapi sayangnya memang agak ribet dibuat. Saya suka pie, suka juga dengan resep pie di bawah, karena kulit pie ini benar-benar nyaman di lidah. Tapi setiap kali hendak membuat pie, selalu terasa berat memulainya. Mungkin karena harus membuat dua hal yaitu kulitnya dan isinya, walau sebenarnya sih gak susah-susah amat juga bahan dan caranya. Pie apel ini sudah lama saya buat, saya pakai apel hijau Granny Smith, rekan kantor ada yang suka jualan buah dan sayuran murah karena diambil dari Pasar Induk. Pakai jenis apel apapun bisa ya, biasanya apel hijau dipilih karena teksturnya keras sehingga tidak hancur kala di panggang dan rasanya asam. Buah yang asam memang cenderung cocok diolah menjadi pie, karena rasa pie menjadi nano-nano, manis, asam dan gurih.
Jika pakai apel lain selain Granny Smith atau apel Malang, misal apel Washington, atau Fuji, jangan terlalu lama merebus apel agar tidak terlalu lunak. Tambahkan jus lemon lebih banyak dari resep agar rasa filling lebih asam karena apel yang digunakan terasa manis.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Apple Pie
Resep diadaptasikan dari New York Times - Apple Pie
Untuk 1 loyang diameter 20 cm
Tertarik dengan resep pie lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Bahan apple filling:
- 2 sendok makan mentega
- 5 buah apel hijau, kupas, buang biji dan iris wedges tipis
- 1/4 sendok teh kayu manis bubuk
- 1/4 sendok teh garam
- 120 gram light brown sugar
- 1/2 sendok teh parutan kulit jeruk lemon
- 2 sendok makan jus lemon
- 2 sendok makan tepung terigu protein sedang
- 1 sendok makan tepung maizena
Bahan kulit pie:
- 300 gram tepung terigu protein sedang
- 1/4 sendok teh garam
- 140 gram mentega dingin dan keras, potong kubus
- 1 buah kuning telur
- 1 sendok teh apple cider vinegar
- 60 ml air es
Topping:
- 1 buah kuning telur untuk olesan
- brown sugar untuk taburan, optional
Cara membuat filling:
Panaskan mentega di panci, masukkan potongan apel, aduk dan masak 1 menit. Masukkan kayu manis bubuk, garam, brown sugar, kulit jeruk lemon dan jus lemon, aduk dan masak dengan api kecil hingga apel mulai lunak sekitar 5 menit.
Taburkan tepung terigu dan tepung maizena di permukaan apel, aduk cepat hingga tercampur baik. Masak selama 3 menit sambil diaduk-aduk hingga mengental. Angkat, biarkan hingga apple filling dingin sebelum digunakan untuk mengisi pie.
Membuat adonan kulit pie:
Masukkan tepung dan garam ke mangkuk, tambahkan potongan mentega dingin, aduk rata. Cacah campuran tepung dan mentega dengan pisau pastry atau garpu hingga berbutir-butir dan remah. Jangan berlebihan menghancurkan mentega, biarkan butiran seukuran kacang tetap utuh.
Tuangkan kuning telur, aduk rata adonan dengan spatula. Tambahkan air es sedikit demi sedikit sambil adonan diaduk perlahan hingga air terserap dan adonan menjadi lembab.
Gumpalkan adonan perlahan dengan jemari tangan sambil ditekan agar menyatu. Jika adonan terasa kering dan remah serta susah menggumpal, tambahkan sedikit air es dengan sendok.
Jangan uleni adonan, tekan perlahan hingga menggumpal agar mentega tetap berbentuk butiran bukan meleleh dan hancur. Bagi adonan menjadi 2 bagian yang sama beratnya. Bungkus masing-masing adonan dengan plastic wrap sambil ditekan hingga berbentuk piringan diameter 15 cm. Masukkan adonan ke chiller kulkas selama 20 menit agar rileks.
Keluarkan adonan, gilas satu buah adonan hingga tipis dan lebarnya sesuai dengan loyang yang digunakan (20 cm). Letakkan adonan yang telah ditipiskan ke permukaan loyang, tekan hingga adonan tenggelam dan menutup permukaan dasar dan sisi loyang. Potong dan rapikan adonan berlebih ditepi loyang.
Tuangkan apple filing ke dalam loyang, ratakan permukaannya. Gilas tipis potongan adonan lainnya selebar permukaan loyang. Letakkan di atas pie, rapikan dan rekatkan tepiannya hingga permukaan pie tertutup rapat. Segel sambungannya dengan garpu. Jika ada sisa adonan kulit, bisa digunakan untuk menghias permukaan pie.
Oles permukaan pie dengan kuning telur. Buat dua atau tiga irisan di permukaan pie dengan ujung pisau untuk jalan keluar uap panas. Taburi permukaannya dengan brown sugar.
Panggang pie di oven yang telah dipanaskan sebelumnya suhu 180'C selama 45-50 menit atau hingga kulit pie garing kecoklatan. Keluarkan dari oven, diamkan hingga agak dingin sebelum disajikan. Yummy!
Hahahah, pengalaman yg luar biasa mba. Tapi saya juga pake si ma Wang . Ampuh banggat. Tapi nanti setelah berpaa bulan next generation nya ada lagi. Jadi perang belum lah usai mba.
BalasHapusYep, ampuh juga ternyata, saya tebar2 beberapa bungkus wakakkak, tikus lenyaap
HapusAdduh sangat menggugah selera, pengen nyoba ah mbak, tengkyu resepnya..
BalasHapussip, moga suka ya Mbaak
HapusFungsi dari vinegar apa mbak? Karena Sy biasa pakai dr resep mbak yg strawberry pie itu
BalasHapusya, biasanya saya juga pakai yang itu, ini dapat resep baru dari NY Times, keknya buat merenyahkan kulit pie. Tapi pakai resep lama juga udah ok
HapusHai mbak Endang, bolehkah saya request JTT punya ruang khusus untuk tulisan keseharian mbak Endang, pengalaman2 mbak Endang dll tanpa resep?
BalasHapusSaya yakin sekali teman2 pembaca banyak yg setuju.
Karena menulis resep (menurut saya) bukan hal yg mudah untuk dilakukan. Sementara kalau mbak Endang ingin menulis dan itu selalu harus disertai resep tentu lebih membutuhkan effort.
Saya sering sekali mampir hanya untuk membaca tulisan mbak Endang yg menyenangkan hati :)
Tulisan2 yg selalu menemani dari jaman saya masih kerja di Batam bertahun lampau, pulang ke Bali, hingga sekarang ikut suami di Jakarta (dan kantornya di wilayah yg sering mbak Endang sebutkan dalam cerita, what a coincidence).
Bahkan saya pun punya journey tersendiri dgn tulisan2 mbak Endang.
Thus, please put my request as a consideration ya mbak :)
Salam hangat
Halo Mbak,memang menulis resep butuh waktu panjang dan lamaa, mana gambar2 butuh edit dulu banyaaak. Hanya kalau saya bikin blog baru takutnya pembaca blog JTT yang suka baca tulisan dan resep akan bingung, jadi untuk saat ini saya tetap menulis keseharian saya disini hehehhe. Thanks yaaa sudah menyukai JTT, senang resep, artikelnya disuka.
Hapussalam hangat, stay safe, stay healthy
Mba cobain Mao Wang dehh..ak si ampuh tokcer yaaa..metong g bau 😂😂😂. Cm kudu ati2 ad yg kw jg ternyata racun tikus..Huhuhu
BalasHapusya, saya sudah cobain yang itu, tokcerrrr,hilang tikusnya wakakkak
Hapus