Saya mengenal hidangan bernama pho sudah cukup lama, hanya tahu dari net tapi mencicipinya langsung belum pernah. Begitu penasarannya saya dengan rasanya, hingga akhirnya dengan knowledge minim nekat mengeksekusi resepnya dan post di blog pada tahun 2011. Kalau saya napak tilas ke postingan pertama pho tersebut, saya jadi malu hati sendiri. Tampilan foto yang sama sekali tidak menarik dan tidak menunjukkan kelezatan asli cita rasa si pho, resep yang saya tak tahu itu mendapatkan ilham dari mana, proses yang entah benar entah ‘ngaco’ (mau membacanya ulang hati ini tak sanggup). Tapi saya masih ingat, betapa saat itu semua bahan yang saya gunakan premium. Tulang sapi yang fresh, satu kilogram daging sapi has dalam dari pasar Blok A, dedaunan rempah segar yang lengkap. Saya juga masih ingat betapa saat itu terkantuk-kantuk menunggu kuah pho direbus di kompor hingga jam 2 pagi. Yep, jam 2 pagi saudara-saudara! Waktu itu belum memiliki slow cooker, dan semangat memasak plus ngeblog memang masih super strong. Ketika akhirnya si pho berhasil dibuat pun, bagi saya taste-nya tidak lah spektakuler. Sejak itu, pho menurut saya bukanlah makanan istimewa.
31 Januari 2025
30 Januari 2025
Ayam Suwir Kecombrang
Saya suka dengan aneka rempah yang wangi, seperti basil, daun ketumbar, kemangi, kecombrang, daun kencur, di dalam masakan. Menambah nafsu makan dan membuat taste-nya menjadi dua kali lipat lebih lezat. Tapi tidak semua orang menyukai aroma daun dan bunga rempah ini, di keluarga saya, hanya saya dan Ibu yang maniak. Anggota keluarga lainnya, biasa saja reaksinya, memang sih masih mau dimakan tapi dalam kondisi terpaksa. Dulu ketika masih di Paron, di mana sayuran super murah harganya, saya sering menyantap urap kemangi sebaskom besar, hanya kemangi dan kelapa parut saja. Karena berikat-ikat kemangi mungkin hanya lima ribu rupiah saja, jadi sebaskom urap hampir tidak ada harganya. Sekarang, seikat kecil (keciiiiil banget) kemangi di Jakarta dibandrol tiga ribu hingga lima ribu rupiah, itu di pasar di dekat rumah. Hendak membuat sebaskom urap mikir tujuh kali dulu.
Nah kecombrang ini salah satu bunga rempah fav! Mau diolah apapun lezat. Apalagi ditumis bersama suwiran dada ayam dengan cita rasa pedas, gurih, asin, manis dan sedikit jejak asam. Alamak, nasi mana? Pertama kali mengenal kecombrang ketika kantor lama tempat saya bekerja mengadakan acara outing di Puncak, Bogor. Di halaman hotel tempat kami menginap, banyak tanaman kecombrang ditanam. Tumbuhan ini mirip dengan lengkuas, berpostur besar, tinggi, dengan daun-daun lebar, bunganya lantas tumbuh dari bagian rimpangnya menjulur ke atas dengan kuntum yang berwarna kemerahan, mirip seperti obor, tak heran jika nama lainnya adalah ginger torch. Ketika mekar akan sangat semarak dan wangi. Kecombrang masih satu keluarga dengan lengkuas, jahe dan sejenisnya dari family jahe-jahean (Zingiberaceae).
Kecombrang utuh |
24 Januari 2025
Resep Tomat dengan Telur & Kisah Anggrek Liar di Pohon Asam
Pertama kali saya tahu tentang tanaman bernama anggrek adalah saat di
sekolah dasar, kala itu di sepanjang jalan desa dari Ngawi menuju ke Paron,
banyak sekali jajaran pohon asam yang usianya sudah puluhan tahun. Pohon-pohon
asam ini memiliki batang kekar, dengan diameter besar, tubuhnya pendek untuk
ukuran pohon tua. Berjajar rapi di sepanjang sungai kecil atau parit, yang
memisahkan antara jalan dengan area persawahan milik petani. Paron merupakan
desa sentra padi dan palawija di mana sawah bertebaran di mana-mana. Saya paling
suka menelusuri jalan utama Paron ini, karena indah, hijau, sejuk dengan
deretan pohon asam yang rapi memagari tepian jalan. Di pohon-pohon asam ini lah
saya melihat anggrek liar menggelayuti dahannya, tertutup rimbunnya daun asam,
membuatnya aman dari terpaan sinar matahari Paron yang gahar.
Setiap kali naik angkutan umum menyelusuri jalanan ini, mata saya
jelalatan memandangi kerimbunan pohon asam, berusaha menghapal, pohon mana yang
ditumbuhi anggrek. Tidak semua pohon ada. Saya bertekad satu hari nanti, jika
saya memiliki sepeda, akan saya kayuh kendaraan roda dua itu ke sepanjang jalan
ini dan menjarah semua anggrek di sana. Mimpi yang penuh rasa greedy, seorang
bocah usia 9 tahun yang ingin merawat dan menanam anggrek tapi apa daya orang
tua tak mampu. Tapi sebuah kemauan kuat, sebuah tekad kuat yang muncul dari
dalam dada, akan didukung semesta. Seperti juga mimpi saya hendak mememelihara
anggrek liar.
23 Januari 2025
Mengadopsi Kucing Part 2 - Perjuangan
Semua orang punya jiwa keibuan yang lembut dan nurturing, atau
jiwa kebapakan yang maskulin dan melindungi. Kombinasi keduanya di dalam diri
kita akan saling melengkapi dan mengisi satu sama lain, yang membedakan hanyalah
kadarnya. ~ Me
Saya suka merawat tanaman. Ada kepuasan tersendiri memperhatikan mereka tumbuh, berkembang dan menjadi dewasa. Ada kebahagiaan di dada ini kala menyaksikan semua susah payah itu terbayarkan di ujung. Ada kebanggaan, bahwa seorang manusia biasa seperti saya, bisa menumbuhkan sayuran atau tumbuhan lainnya. Bukan hanya sekedar tumbuh, tapi subur dan lezat dipandang mata. Saya lebih menikmati setiap proses dan step-nya, dibandingkan memetik hasilnya kala panen. Tetapi tanaman tentunya berbeda dengan hewan, untuk yang satu ini saya hanya memiliki pengalaman yang sangat minim.
Dalam puluhan tahun kehidupan saya, hanya beberapa kali saja keluarga saya memelihara hewan peliharaan. Pertama adalah burung dara yang dibawa seorang sepupu dari desa nun jauh. Sepasang burung dara itu kemudian berkembang cepat menjadi puluhan ekor. Lambat laun, burung-burung ini lenyap satu persatu. Ada yang sakit, hilang tak jelas rimbanya, atau dimakan kucing. Penyebab terakhir yang paling banyak terjadi. Hewan peliharaan kedua adalah kelinci. Seorang tetangga di Paron memiliki banyak kelinci yang disukai bocah seperti kami. Akhirnya Ibu setuju memeliharanya di dapur, di dalam sebuah kandang berukuran 1 x 1 meter dan berisikan sekitar 4 ekor kelinci. Tak pernah terkena sinar matahari, tak pernah menginjak tanah, tak pernah hidup bebas, sementara pemiliknya tak mengerti cara memeliharanya. Waktu itu belum ada internet, sehigga informasi susah didapatkan. Kelinci-kelinci ini lantas terkena penyakit jamur di ujung telinga dan hidungnya, sebagian mati, sebagian disembelih menjadi lauk hari itu.
20 Januari 2025
Spicy Odeng & Arti Kebahagiaan
Dulu, ketika masih tinggal bersama orang tua, kebahagiaan saya simple. Saya paling bahagia ketika Bapak membelikan sepatu baru. Rasa bahagia yang membuncah di dada, yang membuat saya ingin menari dan tak sabar melalui malam itu agar esok pagi bisa berangkat ke sekolah dengan si sepatu. Saya ingat merk sepatu yang lumayan terkenal saat itu dan harganya cukup mahal untuk kondisi perekonomian orang tua saya yang pas-pasan, yaitu Spotec. Sepatu hitam mengkilap yang terlihat gagah di kaki kala dipakai, kuat, dan super awet bertahun-tahun lamanya. Alasan terakhir itulah yang membuat Bapak membelikan merk ini. Sekali beli bisa dipakai selama 3 tahun di SMA, walau sebenarnya harganya cukup menguras dompet.
Malam harinya sepatu saya letakkan persis di bawah ranjang, seakan takut jika besok benda itu raib menguap. Berangkat ke sekolah hati menjadi ceria, dunia terasa indah, cerah, dada terasa plong dan semangat berapi-api. Bukan untuk niat menuntut ilmu, tapi lebih hendak pamer sepatu baru ke teman-teman. Sepatu Spotec ini seakan meningkatkan value saya dari anak keluarga kurang mampu menjadi anak keluarga sedikit mampu. Seakan eksistensi saya mampu terdongkrak bukan karena saya anak paling pintar di kelas, tapi karena kaki saya bersepatu baru. Entah apa yang saya pikirkan saat itu, tapi di usia belasan tahun, usia mencari jati diri, dan usia dimana rasa percaya diri setipis iman saya, maka urusan materi menjadi hal paling penting dalam hidup, di tengah ekonomi keluarga yang susah.
16 Januari 2025
Chinese Seafood Soup
Beda kepala, beda kepribadian, beda sifat, beda tampilan, beda kemauan, beda mimpi dan beda nasib, walau memiliki ayah dan ibu yang sama. Satu hal yang membuat keluarga saya kompak hanyalah soal makan. Kami semua suka makan! Happy jika berbicara tentang makanan! Super happy jika makan bersama-sama di luar! Jadi ketika kakak saya, Mbak Wulan, datang bersama keluarganya ke Jakarta beberapa waktu yang lalu dan bertepatan dengan ulang tahunnya, kami pun menagih traktiran. Venue ditentukan, kali ini di restoran Mandala di jalan Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan, sekarang bernama Sinar Mandala dan pindah ke lokasi tak jauh dari posisi semula. Restoran ini sudah sangat lama berbisnis dan tetap eksis hingga saat ini. Spesialisasi mereka adalah masakan Chinese, lebih tepatnya masakan Chinese dengan porsi jumbo dan rasa yang gak kaleng-kaleng. Semua menu di resto ini sedap!
Saya cukup sering makan disini bersama teman kantor, tapi karena banyak anggota keluarga yang belum pernah mencicipinya, maka resto ini tampaknya pilihan tepat karena porsi makanannya yang besar. Menu andalan disini adalah mi goreng ulang tahun, gurame asam manis, nasi goreng, aneka masakan ayam dengan saus khas Chinese yang lezat, tentu saja masih banyak menu enak lainnya, tetapi favorit saya adalah sup seafood. Kuah sup bening gurih dengan taste light ini dipenuhi dengan potongan ikan, udang, bakso ikan dan oyong. Rasanya unik dan berbeda dari sup seafood umumnya.
15 Januari 2025
Beef Enoki Rolls dan Apa sih Definisi Baik?
Kalau bicara tentang kebaikan atau hal-hal baik, saya percaya dengan adanya karma. Jika kita berbuat baik maka kita akan dikelilingi dengan hal-hal baik juga, dan dibalas dengan kebaikan yang sama atau bahkan berlipat ganda. Saya bersyukur dalam usia setua ini, selalu bertemu dengan orang-orang yang baik, dan beruntung tidak pernah terbersit dalam hati untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Walau definisi baik di sini perlu untuk dijabarkan lebih baik lagi tapi intinya saya berusaha menjadi manusia yang baik-baik saja agar terhindar dari hal yang tidak baik. Liyer kan? Saya yang nulis lebih pusing lagi.
Nah ngomong-ngomong soal kebaikan, di kantor saya ada contoh yang kasat mata, nyata, dan riil, bukan omon-omon semata. Contoh itu adalah teman kantor saya, bernama Rahel. Rahel adalah seorang wanita, ibu dari dua orang anak lelaki yang masih bersekolah di tingkat dasar. Setiap hari, dia berangkat ke kantor di bilangan Thamrin, Jakarta, dari rumahnya di daerah Bojonggede, Bogor. Agar terhindar dari berdesakannya penumpang di KRL yang memang super tidak manusiawi padatnya kala jam berangkat dan pulang kerja, Rahel harus berangkat jam lima subuh setiap hari. Jika hendak mencari Rahel di kantor, bisa dimulai dari jam 6.30 pagi, karena pada waktu tersebut dia sudah duduk terkantuk-kantuk di meja kerjanya, setelah perjalanan panjang melelahkan dari Bogor.
14 Januari 2025
Sambal Tempong dengan Ayam Goreng
Tomat ranti |