Kalau bicara tentang kebaikan atau hal-hal baik, saya percaya dengan adanya karma. Jika kita berbuat baik maka kita akan dikelilingi dengan hal-hal baik juga, dan dibalas dengan kebaikan yang sama atau bahkan berlipat ganda. Saya bersyukur dalam usia setua ini, selalu bertemu dengan orang-orang yang baik, dan beruntung tidak pernah terbersit dalam hati untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Walau definisi baik di sini perlu untuk dijabarkan lebih baik lagi tapi intinya saya berusaha menjadi manusia yang baik-baik saja agar terhindar dari hal yang tidak baik. Liyer kan? Saya yang nulis lebih pusing lagi.
Nah ngomong-ngomong soal kebaikan, di kantor saya ada contoh yang kasat mata, nyata, dan riil, bukan omon-omon semata. Contoh itu adalah teman kantor saya, bernama Rahel. Rahel adalah seorang wanita, ibu dari dua orang anak lelaki yang masih bersekolah di tingkat dasar. Setiap hari, dia berangkat ke kantor di bilangan Thamrin, Jakarta, dari rumahnya di daerah Bojonggede, Bogor. Agar terhindar dari berdesakannya penumpang di KRL yang memang super tidak manusiawi padatnya kala jam berangkat dan pulang kerja, Rahel harus berangkat jam lima subuh setiap hari. Jika hendak mencari Rahel di kantor, bisa dimulai dari jam 6.30 pagi, karena pada waktu tersebut dia sudah duduk terkantuk-kantuk di meja kerjanya, setelah perjalanan panjang melelahkan dari Bogor.
Ketika saya tanya aktifitasnya sebelum berangkat ke kantor, akan lebih membuat diri ini menggaruk-garuk kepala yang 'memang' gatal ini. "Aku bangun jam 3 an Mbak. Siapin bekal anak sekolah, makan siang, snack-nya juga. Trus siapin mereka berangkat ke sekolah. Habis itu aku siap-siap. Jam lima sudah harus meluncur ke stasiun, telat sedikit sudah penuh nanti kereta, bisa nggak dapat tempat duduk sampai Jakarta," begitu ceritanya yang membuat saya merasa lelah dan capek membayangkannya. Lebih melelahkan lagi, pekerjaan Rahel di kantor menuntutnya untuk baru bisa pulang ke rumah di atas pukul enam sore. Setiap hari, Rahel tiba di rumah pukul delapan malam, karena dari stasiun kereta harus menumpang angkot menuju rumah sekitar tiga puluh menit. Itu dilakukannya setiap hari, lima hari dalam seminggu. Sampai di sini bisa dibayangkan kan perjuangan Rahel untuk mencari sesuap nasi? Okeh lanjut dengan story berikutnya.
Rahel tinggal di kompleks perumahan yang ramai dan aktif di Bojonggede, dimana sebagian besar warganya melakukan bisnis kecil-kecilan ala UMKM. Dia bertutur, "Tetanggaku Mbak, ada yang jualan roti goreng, siomay, dimsum, frozen food, daging beku, ikan segar, bakso, bakpao, durian montong beku, buah-buahan, sayuran, jadi mau cari apa saja ada di dalam kompleks," katanya sambil tertawa khas Rahel. Kepala saya yang gak punya jiwa bisnis ini langsung membayangkan sebuah kompleks penuh penjual yang saling menjual dagangannya masing-masing dengan penjual lainnya, dan mereka sibuk menjajakan dagangan mereka secara masif. Mungkin mirip-mirip kondisi pedesaan jaman Majapahit atau pedesaan ala Asterix dimana warga Galia umumnya berdagang dan menjual dagangannya antar mereka sendiri.
Jadi kalau kemudian Rahel sering menawarkan aneka produk yang dijual tetangganya, memang bukan hal yang mengherankan, karena tetangganya memang sibuk melakukan offering melalui WA chat. Tapi yang mengherankan bin menakjubkan adalah ketika dia rela membawa semua pesanan anak-anak kantor yang memesan produk tetangganya tersebut. Menenteng berkilo-kilo buah, frozen food, atau daging beku sejak subuh menggunakan KRL, naik turun angkot, berjalan kaki melewati jembatan layang yang jauh, berjalan kaki dari stasiun ke kantor, untungnya yang terakhir ini tidak terlalu jauh tapi akan gempor kalau membawa buah naga 4 kg! Dia rela melakukan itu semua tanpa ada biaya tambahan, atau komisi atau fee tambahan, semata-mata karena alasan, "Menolong tetangga saja Mbak. Biar tetap baik hubungannya dan juga menolong anak-anak di kantor kalau perlu buah yang murah. Toh nanti Allah yang akan membalasnya." Saya terhenyak, diam semedi mendengarnya.
Tapi memang produk yang dijual Rahel jauh lebih murah harganya dibandingkan toko buah atau pasar. Terutama aneka buah-buahan, karena tetangga yang menjual buah adalah toko gosir besar di Bojonggede. Beberapa hari sekali saya dan teman-teman di kantor akan mendapatkan WA dari Rahel berisi apa yang akan ditawarkan untuk dibawa esok hari, entah itu buah, ikan, atau jamur enoki yang saya pakai untuk membuat beef enoki rolls hari ini. Terkadang saya menitip untuk dibelikan dengan embel-embel bawa sedikit-sedikit saja, agar tidak berat dan capek. Rahel selalu menjawab, "Nggak berat Mbak, aku sudah biasa kerja keras. Kan barang bawaannya ditaruh di lantai kereta." Ah Rahel, kamu menetapkan definisi baik itu ke standar yang lebih tinggi, yang susah untuk saya raih. Ikhlas! Keikhlasan dia untuk membantu tetangganya membuat saya harus belajar banyak tentang bagaimana berbuat baik dari lubuk hati yang terdalam. Tetap sehat dan berhati mulia ya, semoga Allah SWT membalas kebaikanmu dengan kemuliaan dan berkah yang berlipat ganda. Amin.
Wokeh sekarang menuju ke ulasan resep. Ini resep super mudah, sebenarnya saya buat gara-gara saya masih punya 3 pack jamur enoki yang dipesan di Rahel sejak 2 minggu lalu. Yep, 2 minggu! Jamur ini walau kecil mungil secara fisik dan terlihat ringkih, ternyata menyimpan keajaiban besar yaitu tahan lama. Dalam packing plastiknya, gerombolan enoki-enoki imut ini bersatu padu dan bekerja agar tetap fresh lebih lama. Dibandingkan dengan jamur lain seperti shiitake, jamur kuping, atau jamur shimeji, maka enoki menjadi juara untuk urusan ketahanan fisik. Saya berpikir, apakah jika kita santap rutin akan membuat diri ini awet muda dan bugar lebih lama seperti enoki? Hm....
Saya order 300 gram daging sapi short plate di Sayur Box, aplikasi belanja sayur mayur yang bisa mengantar barang kilat 1-2 jam dan gratis ongkir untuk minimal tertentu. Awalnya hendak saya ceburkan saja ke kuah ala shabu-shabu, tapi dikukus begini ternyata asyik juga dan simple. Banyak yang tidak suka dengan enoki karena liat teksturnya setelah dimasak, tapi saya justru suka! Ada perlawanan saat dimakan, tidak melulu lunak sebagaimana jamur umumnya. Bagi yang menghindar daging sapi bisa menggantinya dengan tahu sutera cincang kasar, atau ayam cincang kasar yang ditumis matang baru ditaburkan di atas jamur dan diguyur sausnya. Saya yakin semua versi pasti sedap, apalagi ketika baru saja matang keluar dari kukusan dan disantap panas-panas dengan nasi hangat. Hadooh nikmat!
Cuss ke resepnya ya.
Jamur Enoki Kukus
Untuk 4 porsi
Bahan:
3 pack jamur enoki, belah menjadi rumpun kecil
250 gram daging sapi short plate (irisan tipis untuk shabu-shabu)
1 batang daun bawang rajang halus
Biji wijen putih untuk taburan
Saus aduk jadi satu:
3 siung bawang putih cincang halus
2 cm jahe cincang halus
2 buah cabai merah besar cincang kasar
2 buah cabai rawit cincang kasar
1 sendok makan kecap asin
1 sendok makan minyak wijen
1 sendok makan saus tiram
1/2 sendok makan gula pasir
1/2 sendok teh garam
1/2 sendok teh lada bubuk
1/4 sendok teh kaldu jamur
200 ml air
Cara membuat:
Lilitkan setiap lembar daging sapi ke potongan jamur enoki. Tata di loyang. Siram dengan sausnya. Tabur daun bawang dan biji wijen. Kukus 30 menit.
Angkat sajikan panas dengan nasi putih. Maknyus!!
0 komentar:
Posting Komentar
PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:
Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.
Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.
Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.
Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.
Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.
Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.
Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^