24 Januari 2025

Resep Tomat dengan Telur & Kisah Anggrek Liar di Pohon Asam


Resep Tomat dengan Telur

Pertama kali saya tahu tentang tanaman bernama anggrek adalah saat di sekolah dasar, kala itu di sepanjang jalan desa dari Ngawi menuju ke Paron, banyak sekali jajaran pohon asam yang usianya sudah puluhan tahun. Pohon-pohon asam ini memiliki batang kekar, dengan diameter besar, tubuhnya pendek untuk ukuran pohon tua. Berjajar rapi di sepanjang sungai kecil atau parit, yang memisahkan antara jalan dengan area persawahan milik petani. Paron merupakan desa sentra padi dan palawija di mana sawah bertebaran di mana-mana. Saya paling suka menelusuri jalan utama Paron ini, karena indah, hijau, sejuk dengan deretan pohon asam yang rapi memagari tepian jalan. Di pohon-pohon asam ini lah saya melihat anggrek liar menggelayuti dahannya, tertutup rimbunnya daun asam, membuatnya aman dari terpaan sinar matahari Paron yang gahar.

Setiap kali naik angkutan umum menyelusuri jalanan ini, mata saya jelalatan memandangi kerimbunan pohon asam, berusaha menghapal, pohon mana yang ditumbuhi anggrek. Tidak semua pohon ada. Saya bertekad satu hari nanti, jika saya memiliki sepeda, akan saya kayuh kendaraan roda dua itu ke sepanjang jalan ini dan menjarah semua anggrek di sana. Mimpi yang penuh rasa greedy, seorang bocah usia 9 tahun yang ingin merawat dan menanam anggrek tapi apa daya orang tua tak mampu. Tapi sebuah kemauan kuat, sebuah tekad kuat yang muncul dari dalam dada, akan didukung semesta. Seperti juga mimpi saya hendak mememelihara anggrek liar.

Resep Tomat dengan Telur

Satu hari, saya mendapatkan sepeda mini bekas dari Bapak. Sejak memiliki alat transportasi ini, area saya keluyuran sepulang sekolah semakin jauh dibandingkan tanpa sepeda. Menjelajah banyak desa, sungai dan sendang (mata air). Sungguh, saya bergidik sendiri, ketika saat ini mengingat betapa jauhnya saya bermain kala itu. Seorang anak perempuan, usia 9 tahun, keluyuran naik sepeda kemana-mana, dari siang hingga petang menjelang. Saat itu kondisi masih sangat aman, jarang sekali terjadi kasus-kasus pejahat kelamin atau pedofil seperti saat ini. Orang tua saya, waktu itu Ibu saya yang tinggal di Paron bersama anak-anak, sementara Bapak dinas di Tanjung Pinang, tak terlalu memusingkan anak-anaknya bermain. Ibu saya sehari-hari sudah dipusingkan dengan masalah ekonomi dan masalah mendasar hidup seperti, “Apa yang akan kami makan esok hari?” Sedangkan uang di dompet tidak ada. Sungguh penuh penderitaan.  Jadi bagi beliau lebih baik anak-anak jauh dari rumah, bermain bersama teman-temannya, dibandingkan merengek di rumah meminta ini dan itu. Hati Ibu saya yang lembut tak tega harus menolak permintaan anak-anak.

Puas berkeliling dengan sepeda, saya tak lupa dengan mimpi tentang anggrek liar di pohon asam. Di hari libur, saat pagi baru menjelang, saya pedal sepeda dengan kecepatan yang saya mampu menuju jalan raya Paron ke arah Ngawi. Jarak Paron – Ngawi adalah tujuh kilometer, jarak menuju ke persawahan tempat di mana pohon asam berada kira-kira lima kilometer. Bagi seorang bocah kecil, lima kilometer sangatlah jauh, tapi hati saya sangat kuat jika sudah bertekad. Walau peluh membanjiri jidat dan leher ini, baju basah kuyup, dan nafas ngos-ngosan, saya tetap mengayuhkan kaki hingga tiba ke pohon asam. Saya parkirkan sepeda di salah satu pohon yang telah saya ingat memiliki anggrek liar di dahannya. Masalahnya sekarang bagaimana naik ke atas pohon asamnya?! Walau pohon-pohon tersebut pendek untuk ukuran orang dewasa, tapi sangat tinggi untuk tubuh seorang bocah. Akhirnya saya membawa sepeda menelusuri pohon lainnya hingga tiba di pohon yang memiliki dahan rendah dan batang miring seakan hendak rubuh. Pohon ini bisa dipanjat, dan walau anggrek liar yang ada di sana tidak sebanyak pohon asam lainnya, ini pun sudah lebih dari cukup.

Resep Tomat dengan Telur

Rasa happy, euforia, dan senang yang tak terkira kala mampu meraih batang anggrek pertama membuncah di dada. Anggrek-anggrek liar ini jenis spesies namanya kuku macan atau Aerides odorata, bukan jenis anggrek istimewa atau langka, karena banyak ditemukan di mana-mana terutama di Jawa. Anggrek ini sangat mudah tumbuh, dan mudah dirawat, memiliki aroma wangi. Bunganya kecil menjuntai banyak dalam satu tangkai, berwarna putih pink keunguan dan berbentuk melengkung seperti kuku macan. Tanaman ini sudah tumbuh bertahun-tahun, bahkan mungkin berpuluh tahun di pohon asam. Tenang, aman, damai dan jauh dari gangguan manusia atau apapun hingga seorang bocah degil dan ‘nggeratak’ datang mencabut mereka dari rumahnya. Beberapa batang berhasil saya jarah, ketika dirasa sudah cukup, saya turun dengan cepat takut jika tiba-tiba datang orang dewasa yang menegur.

Saya pulang ke rumah, kali ini mengayuh sepeda dengan tenaga ekstra semangat, tak sabar ingin segera pulang dan tiba di halaman belakang. Tak sabar ingin segera menanam anggrek-anggrek ini dan melihatnya tumbuh subur. Sungguh, tak ada maksud lain dalam hati saya, kecuali ingin menanam anggrek, tanaman yang belum pernah saya coba tanam saat itu, dan yang masih asing dalam kehidupan sehari-hari kami. Setiba di rumah, saya lantas pergi ke pasar di depan rumah dan mencari sabut kelapa yang banyak sekali dibuang oleh tukang kelapa di pasar. Di Paron, kelapa tua yang masih menyisakan sedikit serabut banyak dijual, dan serabut kelapa ini dibuang begitu saja berserakan di dekat lapak tukang kelapa. Mau ambil sebanyak apa pun dipersilahkan dan saya bawa satu kantung besar ke belakang rumah. Anggrek-anggrek kuku macan ini lantas saya tempelkan di pohon sirsak milik Mbah di kebun bersama dengan lilitan sabut kelapanya. Entahlah, saya sendiri tak tahu cara menanamnya, tapi mungkin seperti itulah, karena tidak ada informasi jelas, dan tidak ada anggota keluarga yang tahu cara menanamnya.

Resep Tomat dengan Telur

Di keluarga saya, tidak ada yang mencintai tanaman selayaknya saya, kecuali Mbah Wedhok yang memang berdarah petani asli. Mereka tidak akan  mengerti mengapa saya begitu penuh semangat, seakan tak ada hari tanpa berbicara tentang anggrek-anggrek ini. Ibu saya justru marah begitu tahu saya pergi jauh dari rumah demi mengambil tanaman ini di atas pohon. “Kalau kamu jatuh, siapa yang akan tolong? Anak kok pencilakan kayak gini,” komentar beliau tak terlalu saya gubris karena sedang mabuk kepayang dengan si Aerides odorata yang sekarang nangkring di pohon sirsak. Seminggu berlalu dengan aman, tanaman terlihat baik-baik saja, tidak layu atau kering, tapi betapa terperanjatnya saya kala satu hari saya tak melihat anggrek-anggrek ini di batang pohon sirsak. Panik, saya cari kesana kemari, dan akhirnya menemukan tanaman tersebut teronggok di tempat sampah di belakang rumah. Tempat sampah di rumah di kampung saat itu umumnya terbuat dari lubang besar di tanah yang ditimbun sampah setiap hari hingga penuh. Ketika telah luber, sampah lantas dibakar menimbulkan bau busuk, apak dan asap yang membumbung tinggi. Kalau di Jakarta menggunakan cara ini, dijamin Pemadam Kebarakan langsung datang bersama sirine nyaringnya.

Resep Tomat dengan Telur

“Ojo nandur anggrek neng kono! Kuwi mateni sirsakku (jangan menanam anggrek disitu, itu membunuh pohon sirsakku),” tukas Mbah Wedhok kala melihat saya berjongkok di tepian lubang sampah meratapi anggrek-anggrek yang tercampakkan di sana. Perjuangan saya begitu sia-sia. Mimpi membayangkan bisa melihat tanaman ini tumbuh subur berbunga, musnah begitu saja. Sungguh, saya merasa sangat sedih melihat anggrek itu teronggok, terbuang dan tak mampu hidup layak, lebih baik mereka tetap berada di pohon asam di tepian sawah. “Anggrek ora mateni tanduran Mbah. Anggrek kuwi cuman nempel, dudu benalu (anggrek tidak mematikan tanaman Mbah, anggrek itu cuman menempel, bukan benalu)!” teriak saya kecewa dan sakit hati. Tapi Mbah mana peduli, bagi beliau, tanaman sirsak itu seribu kali jauh berharga dibandingkan dengan anggrek-anggrek liar yang saya ambil dari jalanan. Tak ada yang berani melawan Mbah, saya termasuk yang paling berani dibandingkan kakak dan adik saya, saat itu. Ibu saya hanya diam membisu, karena kami semua menumpang di rumah Mbah, jadi sangat wajar jika semua perintah Mbah adalah aturan yang harus dituruti.

Saya gantung anggrek-anggrek yang masih bisa diselamatkan di tepian teras belakang rumah, tapi karena terkena panas langsung dan lingkungan yang jauh berbeda dari originalnya, perlahan mereka layu, kering dan mati. Saya tak mampu menyelamatkannya. Sejak itu, saya tak pernah berkeinginan mencabut anggrek dari habitat aslinya. Perlu waktu bertahun-tahun bagi tanaman ini untuk bisa hidup di satu tempat, dan perlu waktu bertahun-tahun mereka beradaptasi. Betapa egoisnya saya mencabut hidup mereka begitu saja, betapa rasanya tak menghargai susah payahnya perjuangan si anggrek.

Kini, saya punya Aerides odorata di halaman rumah, hasil hunting di online shop. Saya tahu, anggrek ini pun hasil menjarah para hunter anggrek yang tersebar di seluruh penjuru pelosok Indonesia, apalagi saat ini di mana demam anggrek spesies seakan melanda. Orang-orang semacam saya, yang membeli anggrek jarahan alam, yang membuat pembolang anggrek semakin marak, yang satu saat nanti akan melenyapkan anggrek spesies asli Indonesia di habitat aslinya. Arrgh!

Resep Tomat dengan Telur

Menuju ke resep. Saya punya banyak tomat di kulkas, tomat merah ukuran kecil dengan kulit yang telah kisut karena sudah hampir 2 minggu di sana. Saya suka membeli tomat, semata-mata karena mereka ranum, merah, terlihat segar, mengandung vitamin dan nutrisi, dan terkadang perlu diceburkan dalam satu masakan. Tapi ketika tomat-tomat itu telah ada di dalam kulkas,  justru mangkrak begitu saja tak terjamah. Semua ide resep hendak memanfaatkannya terasa tak menarik. Tapi, tadi malam, tomat-tomat ini harus dieksekusi karena beberapa butir mulai busuk.  Saya ingat satu resep tomat dengan telur yang terlihat lezat dan mudah sekali dibuat. Jam sembilan malam, saya keluarkan semua peralatan dan mulai memasak. Hanya perlu waktu 30 menit saja memprosesnya hingga mencuci semua perabot yang dipergunakan.

Dalam kuliner tanah air, tomat jarang dimasak sebagai bahan utamanya. Buah ini cenderung hanya sebagai pelengkap penderita saja, misal sebagai pemberi rasa asam atau warna merah di dalam masakan. Tetapi di beberapa negara, tomat justru hadir sebagai diva di dalam suatu masakan, aktor utama yang sangat penting, misal di kuliner Spanyol, Italia, Timur Tengah, dan Meksiko, di mana banyak sekali masakan yang terbuat dari tomat sebagai bahannya. Telur dengan tomat ini merupakan masakan ala Chinese yang mantap sekali sebagai selingan menu di rumah. Bahannya simple, murah meriah, cara membuatnya juga sangat mudah. Menu sat set yang sedap menemani nasi hangat. 

Cus ke resep ya.

Resep Tomat dengan Telur


Tumis Telur Tomat
Untuk 4 porsi


Bahan:
5 butir telur kocok lepas
¼ sendok teh lada bubuk
½ sendok teh  garam
Minyak untuk menggoreng

Bumbu:
2 sendok makan minyak untuk menumis
4 siung bawang putih cincang halus
2 cm jahe, cincang halus
1 sendok makan cabai kering tumbuk kasar (chili flakes)
600 gram tomat merah, belah 2 jika kecil dan 4 jika ukuran sedang
1 sendok makan kecap asin
½ sendok teh garam
1 ½ sendok makan gula pasir
½ sendok teh kaldu jamur
½ sendok teh lada bubuk
100 ml air
¼ sendok makan tepung maizena larutkan 2 sendok makan air

Cara:

Resep Tomat dengan Telur

Pecahkan telur ke mangkuk, tambahkan lada dan garam, kocok rata. Panaskan  3-4 sdm minyak di wajan, masukkan telur, biarkan sedikit mengeras baru kemudian aduk kuat dan cacah dengan spatula hingga menjadi telur orak-arik. Jangan cacah terlalu kecil ukurannya. Masak hingga telur matang, angkat. Sisihkan.

Resep Tomat dengan Telur

Panaskan 2 sendok makan minyak di wajan, tumis bawang putih, jahe hingga harum. Masukkan cabai bubuk, tumis beberapa detik saja. Tambahkan tomat, aduk dan masak hingga tomat layu dan agak lunak. Tambahkan kecap asin, garam, kaldu jamur, gula pasir dan lada bubuk,  aduk rata.

Resep Tomat dengan Telur

Tuangkan air, masak hingga mendidih dan tomat menjadi lunak. Tambahkan telur, aduk dan masak 1 menit. Tambahkan larutan maizena, masak hingga kuah mengental dan mendidih. Cicipi rasanya, angkat. Sajikan dengan nasi hangat. Yum!




0 komentar:

Posting Komentar

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...