Sekian lama berkutat di blog, FB, dan kemudian IG, tapi urusan monetization semua platform tersebut tidak saya lakukan. Tak ada satu pun akun medsos yang saya miliki tersebut dimonetisasi. Pernah dulu, saya mendaftarkan blog Just Try & Taste ke Google Adsense, tapi hanya berjalan 1 bulan, tiba-tiba ijin Adsense saya di-banned, dengan alasan melakukan klik terhadap iklan sendiri di blog (yang menurut saya bego bener kalau itu benar-benar saya lakukan!). Saya tak pernah melakukan yang dituduhkan dan sempat mengajukan appeal letter, tapi ijin Adsense saya tidak kembali. Ketika FB bisa dimonetisasi, saya tidak terlalu berminat mencoba, bahkan saat Instagram memiliki fasilitas yang sama pun, tak membuat hati tergerak untuk terjun mencari pundi-pundi rupiah dari media sosial.
Saya mendapatkan tambahan suntikan dana, yah kira-kira cukup buat mengganti biaya membeli bahan-bahan dan tenaga yang dicurahkan untuk memasaknya, dari endorsement. Dulu ketika giat di blog dan IG, ada banyak endorsement yang masuk ke email dan direct message, beberapa bahkan berupa kontrak untuk 2 hingga 6 post. Tapi kemudian saya menjadi jenuh dengan kegiatan itu. Walau menghasilkan uang tetapi tingkat pressure-nya lumayan tinggi, mulai dari timeline yang harus dipenuhi, skenario campaign, serta syarat-syarat tertentu yang diminta klien, hingga berapa banyak views yang berhasil dijaring setelah post berhasil dibuat. Bagi saya yang 'agak-agak' perfectionist, semua ini menjadi beban baru, menambah beban kehidupan sehari-hari yang sudah terasa berat. Akhirnya saya vakum dari dunia medsos, termasuk juga menolak semua tawaran endorsement, hanya ada 1 saja yaitu Lemonilo yang masih dipertahankan karena sudah signed kontrak untuk 1 tahun lamanya.
Ketika vakum dari medsos, saya benar-benar menghilang, artinya bahkan membuka apps-nya pun tidak saya lakukan. Sejujurnya, saya pribadi memang bukan tipe yang suka menggunakan platform medsos, sejak dulu saya aktif nge-blog karena di sini saya menemukan tempat untuk menyalurkan hobi menulis, dan juga hobi berbagi resep masakan yang dicoba di rumah. Saya juga termasuk tipe yang tidak suka berkunjung ke medsos orang lain, tipe 'mager' dalam arti yang sebenar-benarnya 'mager'. Sibuk berkutat dengan aktifitas sendiri, dan tak ada waktu serta keinginan untuk berkunjung ke akun orang lain. Bukan karena alasan sombong, apa yang bisa saya sombongkan? Semata-mata karena fokus dengan apa yang saya kerjakan di media sosial sendiri. Saya jarang menulis komentar di medsos orang lain kecuali akun yang telah saya follow lama tersebut, post-nya benar-benar menggugah hati, selebihnya yah fokus dengan diri sendiri.
Vakum dari IG dan blog tentu saja ada impact-nya, apalagi jika bukan follower turun dengan tajam, dan views berkurang, saya mengerti risiko tersebut. Cukup lama saya menghilang dari peredaran, hingga akhirnya minat untuk berbagi resep dan menulis muncul kembali. Keinginan menulis sebenarnya lebih digerakkan oleh rasa haru. Banyak sekali yang berkomentar di blog atau IG menanyakan kapan saya akan menulis lagi di blog. Sungguh, saya tak menduga jika tulisan acak adul dengan berbagai story tak jelas ini ternyata disuka, beberapa bahkan mengatakan sangat terhibur membacanya, atau mampu mengisi waktunya melalui masa-masa sulit. Komentar-komentar itulah yang menjadi pemicu saya membuka kembali platform jadul Blogspot ini dan mengetikkan kembali kata demi kata mengukir cerita sehari-hari yang saya lalui.
Saya tahu, sudah waktunya mengganti platform sederhana ini menjadi website yang benar-benar profesional, tapi belum ada waktu untuk mengerjakannya. Saya benar-benar single fighter dalam arti yang sesungguhnya! Terkadang tertawa sendiri ketika mendapatkan pesan di IG yang ditujukan untuk 'Kak Endang dan Team Just Try & Taste'. Andai mereka tahu, tidak ada tim Just Try & Taste! Hanya ada Endang seorang yang berbelanja, memasak, cuci piring, foto-foto, shooting video, editing, posting, terkadang mengisi suara, hingga menulis di blog. Team saya adalah ketiga ekor anabul yang bisanya cuman menyusahkan emaknya dan 'ngereog' meminta ini dan itu. Tak ada satu pun dari bocil-bocil ini yang mengerti kalau emaknya sedang susah payah membangun karir di luar kantor. ☺
Saya mulai berpikir tentang monetisasi digital, tidak harus medsos, ketika teman kantor saya, Rahel, menunjukkan komisi affiliate Shopee-nya. Sungguh, saya tidak pernah tahu bagaimana cara kerja affliator dan apa keuntungannya, hingga Rahel menunjukkan rupiah yang berhasil dia kumpulkan. Andai saya tahu dari dulu mengenai keuntungan menjadi affiliator akan saya buat 'bejibun' video dari setiap barang yang dibeli dari Shopee agar bisa mengumpulkan recehan. Recehan ini jika ditimbun lama-lama bisa menjadi gunung emas juga. Saya pun bersemangat mendaftarkan diri menjadi affiliate Shoppe dan mulai memasukkan video produk di akun saya, @EndangIndriani100. Sejak itu, side job saya sehari-hari ketika memiliki waktu luang di rumah adalah shooting video produk dan editing. Video 30 hingga 60 detik yang bisa dibuat dengan cepat dan tidak memerlukan banyak proses edit.
Satu minggu pertama sejak tahu bisa mencari cuan sebagai affiliator, saya langsung post 3 video, kebanyakan mengenai produk berkebun yang memang banyak dibeli dari Shopee. Saya sama sekali tidak mempromosikan produk tersebut di medsos. Selama beberapa waktu, view-nya sangat kecil sekali, hanya beberapa puluh saja, dan komisi pun nol. Saya pun menjadi patah arang. Akun affiliate Shopee saya tinggalkan tanpa ada keinginan untuk mengeceknya, hingga satu hari Rahel bertanya progress akun saya. Alangkah kagetnya ketika dicek, ternyata ada satu video dari total 3 video itu mendapatkan view hingga 20 ribu kali. Komisinya tentu saja masih sangat kecil hanya beberapa ribu rupiah saja, tapi apapun progress-nya bagi saya itu adalah berita baik dan menjadi pemicu semangat. Sejak itu saya pun membabi buta membuat video-video lainnya. Hingga kini ada sekitar 40 buah video berbagai produk yang pernah saya beli dari Shopee yang menurut saya memang layak untuk direkomendasikan.
Video saya tentu saja masih sangat sedikit sekali dan cuan yang dikumpulkan pun masih hitungan puluhan ribu rupiah, tapi saya optimis. Selama kita mau berusaha dan bekerja keras, pasti Allah akan membukakan jalan menuju rejeki. Saya jadi ingat dengan kata-kata sakti Martin Luther King Jr, "If you can't fly, then run; if you can't run, then walk; if you can't walk, then crawl; but whatever you do, you have to keep moving forward." Intinya, jangan pernah berhenti, tetap terus berusaha. Satu saat, usaha kita yang tanpa henti ini pasti akan membuahkan hasil yang manis. Kalau teman-teman pengguna Shopee juga, dan kebetulan sedang membuka platform itu, tolong singgah sejenak di akun saya ya, siapa tahu ada produk yang divideokan sesuai. ☺
Wokeh menuju ke resep. Nasi tutug onom ini terinspirasi dari menu nasi kotak catering di kantor. Yep, kini kantor saya menyediakan makan siang gratis sekali dalam seminggu, sudah berjalan kira-kira satu tahun ini. Kami memiliki langganan catering yang pemiliknya very generous. Masakannya enak, isinya juga banyak untuk makanan seharga dua puluh lima ribu rupiah. Varian makanannya pun bermacam-macam dan tidak membosankan. Si Ibu catering bahkan sangat baik, sesekali kami diberikan salad buah, rujak buah atau asinan buah gratis. Nah menu nasi tutug oncomnya saya suka! Biasanya si nasi bersanding dengan sambal goreng kentang dengan telur puyuh dan bakwan jagung. Nasi tutug oncom adalah makanan khas Tasikmalaya, dan sesuai namanya 'tutug' atau 'diketuk-ketukkan' maka biasanya oncom yang telah dibakar atau goreng memang diketuk-ketukkan di cobek atau di nasi menggunakan ulekan. Umumnya menggunakan oncom hitam, tapi karena sulit menemukan jenis oncom tersebut di Jakarta maka saya hanya menggunakan oncom merah biasa.
Prosesnya mudah dan resepnya pun simple, hanya hasil nasi tutug oncom buatan saya lebih mirip nasi goreng oncom dibandingkan nasi tutug original. Mungkin karena bumbu dan nasi diaduk di dalam wajan dan bukan di dalam bakul dan tidak dibungkus daun pisang. Anyway, rasanya mantap bo! Sungguh menyesal mengapa tidak sejak dulu dibuat. Cuss ke resep ya.
Resep Nasi Tutug Oncom
Untuk 4 porsi
Bahan:
1000 gram nasi putih
1 ikat kecil kucai, rajang halus
200 gram oncom, potong kasar
Bumbu dihaluskan:
3 buah cabai merah keriting
3 buah cabai rawit hijau
3 buah cabai rawit merah
3 cm kencur
4 siung bawang putih
6 siung bawang merah
1/2 sdm terasi bakar
Bumbu lain:
2 sendok makan minyak untuk menumis
½ sendok makan garam
1 sendok teh kaldu jamur
Cara membuat:
Masukkan daun kucai, tumis sekejap. Tambahkan oncom, aduk rata, tumis 1 menit. Masukkan garam, kaldu jamur, aduk dan tumis hingga semua bahan matang. Angkat. Masukkan nasi ke tumisan oncom, aduk rata. Sesuaikan rasanya. Sajikan. Mantap!
Alhamdulillah.. senang rasanya mb Endang kembali menulis blog.. Saya adalah pembaca blog jtt mulai dari beranak 1 sampai skg beranak 5.. hehehe....Ketulusan mb Endang berbagi cerita dan resep2 di blog selalu sampai ke hati.. walaupun kita tidak pernah bertemu secara fisik, tapi rasanya mb Endang sudah menjadi teman selama bertahun tahun..
BalasHapusTetap semangat menulis ya mb... ❤️❤️
Aww, makasih Mbak atas reviewnya yaaa. Senang blog JTT masih diminati dan masih jadi acuan buat mencari resep. Sukses dan sehat selalu yaa.
HapusTulisan mbak Endang mmg menjadi seperti sahabat yg menemani kehidupan.
BalasHapusDari masih di Batam, Jakarta, sampai skrg di Gresik selalu setia nungguin tulisan2 baru di JTT. Bahkan waktu mbak Endang sempat bertahun2 vakum, saya masih ngoprek tulisan2 lamanya karena rindu :)
Jadi ketika mbak Endang tiba2 nulis lagi seperti dulu rasanya sampai terharu.
Saya senang sekali karena sepertinya byk yg relate. Mengingat mbak Endang tinggal di beberapa daerah2 yg jg saya lalui dalam perjalanan kehidupan
(Kepulauan Riau, Jakarta, Jawa Timur), ttg keluarga, masa kecil di sawah, sungai, dll.
Tetap menulis ya mbak Endang 🤍
Wah kita pernah tinggal di daerah yang samaaaa. Saya sempat ke Tg. Pinang waktu liburan lebaran haji tahun lalu, aah kotanya tenang damai, saya sukaaaa. Ya, saya berusaha untuk tekun menulis lagi disela2 waktu. Senang kalau tulisan saya masih diminati. Sukses dan sehat selalu ya Mbak.
HapusSaya penggemar lama JTT, bahkan saya girang ketika ada JTT di iklan, tapi kembali lagi ketika saya baca versi web ini saya jadi mengingat 10 tahun lalu masih coba-coba memasak sebagai pengantin baru hingga saat ini sudah punya 3 anak
BalasHapusBig thanks kepada Mba Endang yang menemani perjalanan saya belajar berbagai masakan untuk keluarga tercinta
Thanks resep nya mba en,,
BalasHapusDan thanks udah kembali aktif menulis, aku terharu biru,,
Alhamdulillah....sudah aktif kembali. Saya sgt bersyukur mba Endang mau mulai menulis lagi. Saya ikuti blog ini dari tahun 2013 dgn resep pertama yg di coba adalahKue Nastar. Jujur, saya deg2kan terus saat mba endang vakum, kenapa...takut blog ini dihapus padahal jadi referensi resep saya no 1. Channel shoopenya apa ya mba...saya pengguna shoope akut...nti saya tonton semua hahaha
BalasHapus